27 Des 2009

Jadilah Perintis Kebaikan 1of3

. 27 Des 2009

Judul : Jadilah Perintis Kebaikan 1of3
Penulis : Syaikh Raid Bin Shabri

_________________________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________________________

HADITS

وعن جرير بن عبد اللَّه رَضِيِ اللَّهُ عَنْهُ قال: كنا عند رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم في صدر النهار فجاءه قوم خفاة عراة مجتابي النمار أو العباء متقلدي السيوف، عامتهم من مضر بل كلهم من مضر، فتمعر وجه رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم لما رأى بهم من الفاقة، فدخل ثم خرج فأمر بلالاً فأذن وأقام فصلى ثم خطب فقال: {يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة} إلى آخر الآية {إن اللَّه كان عليكم رقيباً} (النساء 1) والآية التي في آخر )الحشر(18 {يا أيها الذين آمنوا اتقوا اللَّه، ولتنظر نفس ما قدمت لغد} تصدق رجل من ديناره، من درهمه، من ثوبه، من صاع بره، من صاع تمره حتى قال: <ولو بشق تمرة> فجاء رجل من الأنصار بصرة كادت كفه تعجز عنها بل قد عجزت، ثم تتابع الناس حتى رأيت كومين من طعام وثياب حتى رأيت وجه رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يتهلل كأنه مذهبة. فقال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: <من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء، ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء>

Dari Jarir bin 'Abdillah, ia berkata: Kami bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pada pagi hari. Lalu datanglah suatu kaum yang telanjang kaki dan tidak memakai baju, berselimutkan wool yang bergaris-garis atau hanya mengenakan abaya (pakaian luar) dengan menyandang pedang. Kebanyakan dari mereka kabilah mudhor, lalu wajah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berubah ketika melihat kefaqiran mereka. Beliau masuk, kemudian keluar dan memerintahkan Bilal untuk adzan, lalu Bilal adzan dan iqamat lalu beliau shalat. Setelah shalat beliau berkhutbah seraya membaca ayat:

{يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة} إلى آخر الآية {إن اللَّه كان عليكم رقيباً} (النساء 1)

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. [Terjemah Qs An Nisa ayat 1]

Dan membaca Ayat di surat Al Hasyr
)الحشر(18 {يا أيها الذين آمنوا اتقوا اللَّه، ولتنظر نفس ما قدمت لغد}


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.[Terjemah QS Al Hasyr ayat 18]
Hendaklah seseorang bershadaqah dari dinarnya, dirhamnya, pakaiannya, takaran sha' kurmanya, sampai beliau berkata: "Walaupun separuh kurma."
Jarir berkata: Lalu seorang dari anshar membawa satu kantong, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan tidak mampu.
Jarir berkata: Kemudian berturut-turut orang memberi, sampai aku melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersinar seperti emas.
Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
__Man sanna fil islaami sunnatan hasanatan fa lahu ajruhaa wa ajru man ‘amila biha ba’dahu min ghairi’an yan-qushu min ajuurihim syai-un. Wa man sanna fil islaami sunnatan sayyiatan kaana ‘alaihi wazruhaa wa wazru man ‘amala biha min-ba’dihi min ghairi in-yanqusha man auzaarahum syai-un__
Artinya: "Barangsiapa yang membuat contoh yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamlkannya setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang mencontohkan contoh jelek dalam Islam, maka ia mendapat dosanya dan dosa orang yang mengamalkan setelahnya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka."
Takhrij Hadits
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Ash Shahih (7/103-104 bersama Syarah Nawawi) dan (16/225-226); Ahmad dalam Al Musnad (4/357,359,361,362); An Nasa'i dalam Al Mujtaba' (5/75-76-77); At Tirmidzi dalam Al Jami' (5/42) No. 6275 dengan lafadz من سن سنت خير ... و من سن سنت شر dan Ibnu Majah (1/74) No 203.

Pemahaman Yang Benar Terhadap Hadits Ini

Yang dimaksud sunnah dalam hadits ini, adalah sunnah secara bahasa, yaitu jalan (contoh) yang diikuti atau dilalui; bukan bermakna sunnah secara etimologi syar’i, sebagaimana terdapat dalam sabda beliau __‘alaikum bi sunnati__ dan sabdanya __man sanna fil islaami sunnatan hasanatan fa lahu ajruhaa__.

Kelaziman hadits menuntut penafsiran seperti ini. Yang saya maksudkan dengan kelaziman hadits adalah dalam sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :

__wa man sanna fil islaami sunnatan sayyi-atan__
[dan barangsiapa yang mencontohkan contoh/sunnah yang jelek dalam Islam, -JJ]

, karena dalam sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ini, beliau mensifatkan sunnah dengan sunnah jelek [sayyiah = jelek -JJ]. Jadi yang dimaksud sunnah di sini adalah sunnah dalam makna bahasa (etimologi) bukan syar’i.

Kemudian kepada orang yang menyelisihi, kita sampaikan bahwa orang-orang itu telah memisah-misahkan hal-hal yang sama dan mencampur-adukkan yang baik dengan yang buruk, yang berkualitas rendah dengan yang berkualitas tinggi dan adonan tanah dengan roti.

Dalam banyak nash, kata Sunnah bermakna jalan (metode), sebagaimana hal itu terdapat dalam sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :

__Tidak ada satu jiwapun yang terbunuh secara dzhalim, kecuali anak adam pertama (yaitu yang membunuh saudaranya, red) mendapatkan bagian dari darahnya (dosa pembunuhan) itu karena ia adalah orang pertama yang membuat jalan [sunnah, -JJ] pembunuhan.__

Dan juga sabdanya

_Latatba’unna sanana man kaana qablakum_

Seandainya kita mendabat orang yang mencampuradukkan pemahaman sunnah yang telah disyariatkan tadi, maka konsekwensinya kita akan mengatakan “Sesungguhnya membunuh itu adalah sunnah, dan meniru orang musyrik adalah sunnah”. Padahal kalimat ini tidak akan diucapkan oleh orang yang berakal.

Kalau begitu, kita tidak mungkin membawa pengertian sabda beliau __Man sanna fil Islaami sunnatan hasanatan__ kepada anjuran membuat amalan baru, karena keterkaitannya dengan baik dan jelek, yang tidak diketahui kecuali dengan syari’at. Karena menilai baik atau buruk merupakan kekhususan syari’at semata. Dalam hal ini, akal tidak memiliki peran. Inilah madzhab Ahlu Sunnah wal jama’ah, dan pendapat yang mengatakan –baik dan buruk dinilai dengan akal- merupakan Ahlu Bid’ah.

(Karena yang dimaksud dalam hadits itu adalah sunnah secara bahasa yang berarti jalan.metode, -Red), maka sunnah dalam hadits itu adakalanya baik menurut syari’at, atau buruk menurut syari’at. Sehingga sunnah (yang baik, -Red) tidak benar (pemakaiannya, -red), kecuali pada shadaqah yang disebutkan dalam hadits (di depan, -Red)(atau di atas, -JJ) dan pada sunnah-sunnah lain yang disyari’atkan. Sedangkan sunnah sai’ah (jalan yang buruk) tetap difahami untuk kemaksiatan yang ditetapkan syari’at sebagai maksiat seperti membunuh yang dijelaskan dalam hadits Ibnu Adam, ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
__Liannahu awwalu man sannal qatla__
, dan pada kebid’ahan, karena sudah ada celaan dan larangannya dalam syari’at.[1]

Al Hafizh berkata dalam Al Fath 13/302, Al Muhallab berkata, “Dalam bab ini (yaitu bab dosa orang yang mengajak kepada kesesatan atau memberikan contoh yang jelek, Red) mengandung makna peringatan dari kesesatan dan (keharusan, -Red) menjauhi perbuatan-perbuatan bid’ah dan perkara-perkara baru dalam agama, serta (mengandung, -Red) larangan menyelisihi jalan kaum mukminin.”

Sisi peringatannya (wajhu tahdzir), adalah orang yang berbuat kebid’ahan terkadang meremehkannya, karena pada awalnya menganggapnya kecil, tidak merasakan kerusakan yang diakibatkan amalan tersebut, yaitu berupa beban dosa orang yang didapatkan dari dosa orang-orang yang mengamalkan perbuatan bid’ah setelah dia –meskipun seandainya dia tidak mengamalkannya- namun (dia mendapatkan dosa, -Red) karena ia sebagai orang yang merintisnya.

Imam An Nawawi berkata dalam Syarh Muslim (7/104), “Dalam hadits ini terdapat anjuran memulai kebaikan (menjadi perintis kebaikan) dan mencontohkan perbuatan yang baik, serta terdapat paringatan keras dari membuat-buat kebatilan dan hal-hal yang jelak. Ucapan ini (Barangsiapa membuat jalan yang baik dalam Islam, -Red), beliau sampaikan dalam hadits ini, karena pada awal hadits Beliau mengatakan,

Jarir berkata: Lalu seorang dari anshar membawa satu kantong, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan tidak mampu.
Jarir berkata: Kemudian berturut-turut orang memberi…

Ini merupakan keutamaan yang besar bagi perintis kebaikan dan orang yang membuka pintu kebaikan tersebut.”

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Disalin dari kitab Tash-hihul akhtha wal auham al waqi'ah fi fahmi ahadits, karya Syaikh Raid Bin Shabri halaman 189-200)
[Disalin ulang oleh Jibril Jundurrahman dari Majalah As-Sunnah Edisi 04/ Tahun VIII/ 1425 H/ 2004 M Halaman 07-13 Dengan perubahan]

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | The Blog Full of Games