tag:blogger.com,1999:blog-87668947185472999412024-03-13T03:44:20.030-07:00Jalan KebenaranHanya Dengan Mengikuti Pemahaman Salaf, Kebenaran Hakiki Akan Engkau RaihAbu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.comBlogger1001125tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-92218712899792294102016-02-17T23:47:00.002-08:002016-02-17T23:47:37.750-08:00Mosvid.com Situs Video Kajian-Silahkan Sebarkan<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Artikel dibawah ini kami copy dari situs www.mosvid.com langsung dari halaman <a href="http://www.mosvid.com/tentang-kami/" target="_blank">tentang kami</a>, silahkan Anda Sebarkan semoga bermanfaat dan menambah amal</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Salam kenal Sobat Muslim diseluruh Dunia, saya Abu Abdullah admin dari Mosvid.com<br />
Mungkin Sobat baru pertama kali berkunjung di website sederhana ini (<a href="http://www.mosvid.com/" style="background: 0px 0px; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #3498db; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px !important; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" target="_blank">www.mosvid.com</a>) . Semoga Anda sekalian betah dan mau berkunjung lagi. Mosvid merupakan website yang memberikan informasi tentang kajian-kajian Islam yang bersumber dari Ustadz-Ustadz Ahlussunnah wal Jama’ah. Anda dapat melihat video dari berbagai kategori: Ceramah Agama Islam, Ceramah Singkat, Kacamata Islam, Kajian Hadits, Kajian Muslimah, Keluarga, Konsultasi Kesehatan dan banyak kategori lainnya yang insyaAllah akan kami update secara rutin.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Kami khusus memfilter video yang direkomendasikan tim Mosvid. Video yang kami tampilkan merupakan video-video kajian yang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaf. Anda pun bisa request video yang mau dimasukkan dalam Mosvid.com. Anda bisa melihat tata cara dan prosedur request video di <a href="http://www.mosvid.com/request-video/" style="background: 0px 0px; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #3498db; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px !important; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" target="_blank">halaman request</a>. Video akan kami tampilkan setelah di pertimbangkan oleh tim Mosvid.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Selain video kajian, Anda juga bisa requet video bertemakan ilmu pengetahuan/pembelajaran dengan catatan video sesuai dengan ketentuan yang ada.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Latar belakang dibentuknya Mosvid.com adalah banyaknya ikhwah yang mengeluhkan youtube sebagai website video terbesar, sekarang tidak terfilter lagi, banyak kajian-kajian yang diupload kedalam youtube , tetapi sayang untuk menikmati kajian tersebut, sering muncul berbagai iklan dan gambar yang tidak layak dilihat.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Kami berusaha mengetengahkan sajian kajian yang nyaman, dengan meminimalisir iklan yang tidak jelas. Walaupun kadang masih muncul beberapa iklan yang memang tidak bisa diblokir dari sumber aslinya youtube.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Dengan adanya website ini semoga kita diberikan kemudahan untuk menimba ilmu dan lebih semangat lagi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Jazakumullahu khoiran kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu, terutama para ustadz yang video ceramahnya kami masukkan dalam Mosvid.com dan para pengupload video-video kajian tersebut.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Ucapan maaf kami sampaikan kepada semua pihak, karena sebagian besar video yang ada belum kami mintakan ijin dari pengupload ataupun ustadz nya langsung karena keterbatasan waktu dan biaya. Ucapan maaf juga kami sampaikan atas segala sesuatu yang kurang berkenan baik dari isi website ini ataupun atas kealpaan kami sebagai manusia.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Kritik, saran dan masukan selalu kami harapkan dari sobat sekalian untuk mengembangkan website ini.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: pt_sansregular; font-size: 14px; font-stretch: inherit; line-height: 22.4px; margin-bottom: 10px; padding: 0px; vertical-align: baseline; word-break: normal;">
Silahkan kirimkan saran anda melalui email: <a href="mailto:admin@mosvid.com" style="background: 0px 0px; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #3498db; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px !important; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" target="_blank">admin@mosvid.com</a> atau melalui sms ke HP: 08984444498</div>
Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-36819451170071828152011-10-24T18:38:00.000-07:002011-10-24T18:38:46.061-07:00Amalan Sholih di Awal Dzulhijah<h3 class="pgtitle" style="text-align: justify;">
Amalan Sholih di Awal Dzulhijah</h3>
<div>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-W3zI3fnxv6s/TqYS8w8-KQI/AAAAAAAAAYU/0-vZMLxMCGA/s1600/crescent-moon.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-W3zI3fnxv6s/TqYS8w8-KQI/AAAAAAAAAYU/0-vZMLxMCGA/s1600/crescent-moon.jpeg" /></a></div>
<div class="articleinfo" style="text-align: justify;">
<br /> <a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/amalan-sholih-di-awal-dzulhijah-dan-puasa-arofah.html#comments" title="Comment on Amalan Sholih di Awal Dzulhijah"></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta’ala masih memberikan
kita berbagai macam nikmat, kita pun diberi anugerah akan berjumpa
dengan bulan Dzulhijah. Berikut kami akan menjelasakan keutamaan beramal
di awal bulan Dzulhijah dan apa saja amalan yang dianjurkan ketika itu.
Semoga bermanfaat.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-1625"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Keutamaan Sepuluh Hari di Awal Bulan Dzulhijah</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara yang menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah hadits Ibnu ‘Abbas, Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ
مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ . يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ
فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ
يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah
melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari
pertama bulan Dzul Hijjah).”</em> Para sahabat bertanya: <em>“Tidak pula jihad di jalan Allah?”</em> Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjawab: <em>“Tidak
pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan
jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.”</em>[1]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di antaranya lagi yang menunjukkan keutamaan hari-hari tersebut adalah firman Allah Ta’ala,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
وَلَيَالٍ عَشْرٍ</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Dan demi malam yang sepuluh.”</em> (QS. Al Fajr: 2). Di sini
Allah menggunakan kalimat sumpah. Ini menunjukkan keutamaan sesuatu yang
disebutkan dalam sumpah.[2] Makna ayat ini, ada empat tafsiran dari
para ulama yaitu: sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah, sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Ramadhan dan sepuluh
hari pertama bulan Muharram.[3] Malam (lail) kadang juga digunakan
untuk menyebut hari (yaum), sehingga ayat tersebut bisa dimaknakan
sepuluh hari Dzulhijah.[4] Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan bahwa
tafsiran yang menyebut sepuluh hari Dzulhijah, itulah yang lebih tepat.
Pendapat ini dipilih oleh mayoritas pakar tafsir dari para salaf dan
selain mereka, juga menjadi pendapat Ibnu ‘Abbas.[5]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Keutamaan Beramal di Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijah</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda, <em>“Tidak ada
satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh
yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul
Hijjah).”</em> Para sahabat bertanya: <em>“Tidak pula jihad di jalan Allah?”</em> Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menjawab: <em>“Tidak
pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan
jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.”</em>[6]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa
amalan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah lebih dicintai oleh Allah
daripada hari-hari lainnya dan di sini tidak ada pengecualian. Jika
dikatakan bahwa amalan di hari-hari tersebut lebih dicintai oleh Allah,
itu menunjukkan bahwa beramal di waktu itu adalah sangat utama di
sisi-Nya.”[7]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan jika seseorang melakukan amalan yang mafdhul (kurang utama) di
hari-hari tersebut, maka bisa jadi lebih utama daripada seseorang
melakukan amalan yang utama di selain sepuluh hari awal bulan Dzulhijah.
Karena Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> ketika ditanya, <em>“Tidak pula jihad di jalan Allah?”</em> Beliau pun menjawab, <em>“Tidak pula jihad di jalan Allah.”</em>
Lalu beliau memberi pengecualian yaitu jihad dengan mengorbankan jiwa
raga. Padahal jihad sudah kita ketahui bahwa ia adalah amalan yang mulia
dan utama. Namun amalan yang dilakukan di awal bulan Dzulhijah tidak
kalah dibanding jihad, walaupun amalan tersebut adalah amalan mafdhul
(yang kurang utama) dibanding jihad.[8]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hal ini menunjukkan bahwa amalan
mafdhul (yang kurang utama) jika dilakukan di waktu afdhol (utama) untuk
beramal, maka itu akan menyaingi amalan afdhol (amalan utama) di
waktu-waktu lainnya. Amalan yang dilakukan di waktu afdhol untuk beramal
akan memiliki pahala berlebih karena pahalanya yang akan
dilipatgandakan.”[9] Mujahid mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada
awal bulan Dzulhijah akan dilipatgandakan.”[10]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian ulama mengatakan bahwa amalan pada setiap hari di awal
Dzulhijah sama dengan amalan satu tahun. Bahkan ada yang mengatakan sama
dengan 1000 hari, sedangkan hari Arofah sama dengan 10.000 hari.
Keutamaan ini semua berlandaskan pada riwayat fadho’il yang lemah
(dho’if). Namun hal ini tetap menunjukkan keutamaan beramal pada awal
Dzulhijah berdasarkan hadits shohih seperti hadits Ibnu ‘Abbas yang
disebutkan di atas.[11]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Amalan yang Dianjurkan di Sepuluh Hari Pertama Awal Dzulhijah</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja,
tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut bisa
shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan sholih lainnya.[12] Di
antara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijah adalah amalan puasa.
Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> mengatakan,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ
وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ
اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Rasulullah </em><em>shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa
pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram),
berpuasa tiga hari setiap bulannya</em>[13]<em>, …”</em>[14]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal
Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu
Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari
tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama. [15]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun ada sebuah riwayat dari ‘Aisyah yang menyebutkan,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَائِمًا فِى الْعَشْرِ قَطُّ</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Aku tidak pernah melihat Rasulullah </em><em>shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada sepuluh hari bulan Dzulhijah sama sekali.”</em>[16] Mengenai riwayat ini, para ulama memiliki beberapa penjelasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> meninggalkan puasa ketika itu –padahal beliau suka melakukannya- karena khawatir umatnya menganggap puasa tersebut wajib.[17]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ahmad bin Hambal menjelaskan bahwa ada riwayat yang menyebutkan
hal yang berbeda dengan riwayat ‘Aisyah di atas. Lantas beliau
menyebutkan riwayat Hafshoh yang mengatakan bahwa Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>
tidak pernah meninggalkan puasa pada sembilan hari awal Dzulhijah.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa jika ada pertentangan antara perkataan
‘Aisyah yang menyatakan bahwa Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>
tidak pernah berpuasa sembilan hari Dzulhijah dan perkataan Hafshoh
yang menyatakan bahwa beliau malah tidak pernah meninggalkan puasa
sembilan hari Dzulhijah, maka yang dimenangkan adalah perkataan yang
menetapkan adanya puasa sembilan hari Dzulhijah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun dalam penjelasan lainnya, Imam Ahmad menjelaskan bahwa maksud riwayat ‘Aisyah adalah Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> tidak berpuasa penuh selama sepuluh hari Dzulhijah. Sedangkan maksud riwayat Hafshoh adalah Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berpuasa di mayoritas hari yang ada. Jadi, hendaklah berpuasa di sebagian hari dan berbuka di sebagian hari lainnya.[18]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Kesimpulan:</strong> Boleh berpuasa penuh selama sembilan
hari bulan Dzulhijah (dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijah) atau berpuasa
pada sebagian harinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Catatan:</strong> Kadang dalam hadits disebutkan berpuasa
pada sepuluh hari awal Dzulhijah. Yang dimaksudkan adalah mayoritas dari
sepuluh hari awal Dzulhijah, hari Idul Adha tidak termasuk di dalamnya
dan tidak diperbolehkan berpuasa pada hari ‘Ied.[19]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Keutamaan Hari Arofah</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara keutamaan hari Arofah (9 Dzulhijah) disebutkan dalam hadits berikut,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا
مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى
بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari
neraka adalah di hari Arofah (yaitu untuk orang yang berada di Arofah).
Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada
para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh
mereka?”</em>[20]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah keutamaan orang yang berhaji. Saudara-saudara kita yang sedang
wukuf di Arofah saat ini telah rela meninggalkan sanak keluarga,
negeri, telah pula menghabiskan hartanya, dan badan-badan mereka pun
dalam keadaan letih. Yang mereka inginkan hanyalah ampunan, ridho,
kedekatan dan perjumpaan dengan Rabbnya. Cita-cita mereka yang berada di
Arofah inilah yang akan mereka peroleh. Derajat mereka pun akan
tergantung dari niat mereka masing-masing.[21]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Keutamaan yang lainnya, hari arofah adalah waktu mustajabnya do’a. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah.”</em>[22]
Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan.[23]
Jadi hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu ini untuk banyak berdoa
pada Allah. Do’a pada hari Arofah adalah do’a yang mustajab karena
dilakukan pada waktu yang utama.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Jangan Tinggalkan Puasa Arofah</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi orang yang tidak berhaji dianjurkan untuk menunaikan puasa
Arofah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijah. Hal ini berdasarkan hadits Abu
Qotadah, Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ
السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ
عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى
قَبْلَهُ</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan
setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa
setahun yang lalu.”</em>[24] Hadits ini menunjukkan bahwa puasa Arofah
lebih utama daripada puasa ‘Asyuro. Di antara alasannya, Puasa Asyuro
berasal dari Nabi Musa, sedangkan puasa Arofah berasal dari Nabi kita
Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.[25] Keutamaan <a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/amalan-sholih-di-awal-dzulhijah-dan-puasa-arofah.html" title="amalan bulan dzulhijjah">puasa Arofah</a>
adalah akan menghapuskan dosa selama dua tahun dan dosa yang
dimaksudkan di sini adalah dosa-dosa kecil. Atau bisa pula yang
dimaksudkan di sini adalah diringankannya dosa besar atau ditinggikannya
derajat.[26]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa Arofah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَفْطَرَ بِعَرَفَةَ وَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ أُمُّ الْفَضْلِ بِلَبَنٍ فَشَرِبَ</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Nabi </em><em>shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berpuasa
ketika di Arofah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun
meminumnya.”</em>[27]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwa beliau ditanya mengenai puasa hari Arofah di Arofah. Beliau mengatakan,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
حَجَجْتُ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ
أَبِى بَكْرٍ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ عُمَرَ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ
عُثْمَانَ فَلَمْ يَصُمْهُ. وَأَنَا لاَ أَصُومُهُ وَلاَ آمُرُ بِهِ وَلاَ
أَنْهَى عَنْهُ</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Aku pernah berhaji bersama Nabi </em><em>shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan beliau tidak menunaikan puasa pada hari Arofah. Aku pun
pernah berhaji bersama Abu Bakr, beliau pun tidak berpuasa ketika itu.
Begitu pula dengan ‘Utsman, beliau tidak berpuasa ketika itu. Aku pun
tidak mengerjakan puasa Arofah ketika itu. Aku pun tidak memerintahkan
orang lain untuk melakukannya. Aku pun tidak melarang jika ada yang
melakukannya.”</em>[28]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sini, yang lebih utama bagi orang yang sedang berhaji adalah
tidak berpuasa ketika hari Arofah di Arofah dalam rangka meneladani Nabi
<em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan para Khulafa’ur Rosyidin
(Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman), juga agar lebih menguatkan diri dalam
berdo’a dan berdzikir ketika wukuf di Arofah. Inilah pendapat mayoritas
ulama.[29]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Puasa Hari Tarwiyah (8 Dzulhijah)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada riwayat yang menyebutkan,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
صَوْمُ يَوْمَ التَّرْوِيَّةِ كَفَارَةُ سَنَة</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu.”</em></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih.[30] Asy
Syaukani mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih dan dalam riwayatnya
ada perowi yang pendusta.[31] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini dho’if (lemah).[32]</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, tidak perlu berniat khusus untuk berpuasa pada
tanggal 8 Dzulhijjah karena hadisnya dha’if (lemah). Namun jika berpuasa
karena mengamalkan keumuman hadits shahih yang menjelaskan keutamaan
berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, maka itu diperbolehkan.
Wallahu a’lam.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Siapakah yang Harus Diikuti dalam Puasa Arofah?</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Permasalahan ini sering muncul dari berbagai pihak ketika menghadapi
hari Arofah. Ketika para jama’ah haji sudah wukuf tanggal 9 Dzulhijah di
Saudi Arabia, padahal di Indonesia masih tanggal 8 Dzulhijah, mana yang
harus diikuti dalam puasa Arofah? Apakah ikut waktu jama’ah haji wukuf
atau ikut penanggalan Hijriyah di negeri ini sehingga puasa Arofah tidak
berpapasan dengan wukuf di Arofah?</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin mendapat pertanyaan sebagai berikut,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
إذا اختلف يوم عرفة نتيجة لاختلاف المناطق المختلفة في مطالع الهلال فهل
نصوم تبع رؤية البلد التي نحن فيها أم نصوم تبع رؤية الحرمين؟</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jika terdapat perbedaan tentang penetapan hari Arofah disebabkan
perbedaan mathla’ (tempat terbit bulan) hilal karena pengaruh perbedaan
daerah. Apakah kami berpuasa mengikuti ru’yah negeri yang kami tinggali
ataukah mengikuti ru’yah Haromain (dua tanah suci)?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh <em>rahimahullah</em> menjawab,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
هذا يبنى على اختلاف أهل العلم: هل الهلال واحدفي الدنيا كلها أم هو
يختلف باختلاف المطالع؟ والصواب أنه يختلف باختلاف المطالع، فمثلاً إذا كان
الهلال قد رؤي بمكة، وكان هذا اليوم هو اليوم التاسع، ورؤي في بلد آخر قبل
مكة بيوم وكان يوم عرفة عندهم اليوم العاشر فإنه لا يجوز لهم أن يصوموا
هذا اليوم لأنه يوم عيد، وكذلك لو قدر أنه تأخرت الرؤية عن مكة وكان اليوم
التاسع في مكة هو الثامن عندهم، فإنهم يصومون يوم التاسع عندهم الموافق
ليوم العاشر في مكة، هذا هو القول الراجح، لأن النبي صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول: «إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا»
وهؤلاء الذين لم يُر في جهتهم لم يكونوا يرونه، وكما أن الناس بالإجماع
يعتبرون طلوع الفجر وغروب الشمس في كل منطقة بحسبها، فكذلك التوقيت الشهري
يكون كالتوقيت اليومي.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Permasalahan ini adalah derivat dari perselisihan ulama apakah hilal
untuk seluruh dunia itu satu ataukah berbeda-beda mengikuti perbedaan
daerah. Pendapat yang benar, hilal itu berbeda-beda mengikuti perbedaan
daerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Misalnya di Mekkah terlihat hilal sehingga hari ini adalah tanggal 9
Dzulhijjah. Sedangkan di negara lain, hilal Dzulhijjah telah terlihat
sehari sebelum ru’yah Mekkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di Mekkah
adalah tanggal 10 Dzulhijjah di negara tersebut. Tidak boleh bagi
penduduk Negara tersebut untuk berpuasa Arofah pada hari ini karena hari
ini adalah hari Iedul Adha di negara mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian pula, jika kemunculan hilal Dzulhijjah di negara itu selang
satu hari setelah ru’yah di Mekkah sehingga tanggal 9 Dzulhijjah di
Mekkah itu baru tanggal 8 Dzulhijjah di negara tersebut. Penduduk negara
tersebut berpuasa Arofah pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut mereka meski
hari tersebut bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah di Mekkah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini karena Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda, <em>“Jika
kalian melihat hilal Ramadhan hendaklah kalian berpuasa dan jika kalian
melihat hilal Syawal hendaknya kalian berhari raya.”</em> (HR Bukhari dan Muslim).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang yang di daerah mereka hilal tidak terlihat maka mereka tidak termasuk orang yang melihatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana manusia bersepakat bahwa terbitnya fajar serta
tenggelamnya matahari itu mengikuti daerahnya masing-masing, demikian
pula penetapan bulan itu sebagaimana penetapan waktu harian (yaitu
mengikuti daerahnya masing-masing).” [33] –Demikian penjelasan dari
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin <em>rahimahullah</em>-. Namun
kami menghargai pendapat yang berbeda dengan penjelasan Syaikh di atas.
Hendaklah kita bisa menghargai pendapat ulama yang masih ada ruang
ijtihad di dalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian pembahasan kami mengenai amalan di awal Dzulhijah dan puasa
Arofah. Semoga Allah memudahkan kita beramal sholih dengan ikhlas dan
sesuai dengan petunjuk Nabi-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Diselesaikan di Panggang, Gunung Kidul, 27 Dzulqo’dah 1430 H<br />
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal<br />
Artikel <a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/amalan-sholih-di-awal-dzulhijah-dan-puasa-arofah.html" title="amalan bulan dzulhijjah">www.muslim.or.id</a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Footnote:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[1] HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727,
dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad
hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[2] Lihat <em>Taisir Karimir Rahman</em>, ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 923, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1420 H.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[3] <em>Zaadul Masiir</em>, Ibnul Jauziy, 6/153, Mawqi’ At Tafasir.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[4] Lihat <em>Tafsir Juz ‘Amma</em>, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, hal. 159, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, cetakan tahun 1424 H.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[5] <em>Latho-if Al Ma’arif</em>, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 469, Al Maktab Al Islamiy, cetakan pertama, tahun 1428 H.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[6] HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727,
dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad
hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[7] <em>Latho-if Al Ma’arif</em>, hal. 456.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[8] Lihat <em>Latho-if Al Ma’arif</em>, hal. 457 dan 461.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[9] Idem</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[10] <em>Latho-if Al Ma’arif</em>, hal. 458.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[11] Idem</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[12] Lihat <em>Tajridul Ittiba’</em>, Syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar Ruhailiy, hal. 116, 119-121, Dar Al Imam Ahmad.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[13] Yang jadi patokan di sini adalah bulan Hijriyah, bukan bulan Masehi.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[14] HR. Abu Daud no. 2437. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[15] <em>Latho-if Al Ma’arif</em>, hal. 459.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[16] HR. Muslim no. 1176, dari ‘Aisyah</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[17] <em>Fathul Bari</em>, 3/390, Mawqi’ Al Islam</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[18] <em>Latho-if Al Ma’arif</em>, hal. 459-460.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[19] Lihat <em>Fathul Bari</em>, 3/390 dan Latho-if Al Ma’arif, hal. 460.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[20] HR. Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[21] Lihat <em>Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih</em>, Al Mala ‘Alal Qori, 9/65,Mawqi’ Al Misykah Al Islamiyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[22] HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[23] Lihat <em>Tuhfatul Ahwadziy</em>, Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri Abul ‘Ala, 8/482, Mawqi’ Al Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[24] HR. Muslim no. 1162, dari Abu Qotadah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[25] Lihat <em>Fathul Bari</em>, 6/286.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[26] Lihat <em>Syarh Muslim</em>, An Nawawi, 4/179, Mawqi’ Al Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[27] HR. Tirmidzi no. 750. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits
tersebut hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[28] HR. Tirmidzi no. 751. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[29] Lihat <em>Shahih Fiqih Sunnah</em>, Abu Malik, 2/137, Al Maktabah At Taufiqiyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[30] Lihat <em>Al Mawdhu’at</em>, 2/565, dinukil dari http://dorar.net</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[31] Lihat <em>Al Fawa-id Al Majmu’ah</em>, hal. 96, dinukil dari http://dorar.net</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[32] Lihat <em>Irwa’ul Gholil</em> no. 956.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
[33] <em>Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin</em>, 20/47-48, Darul Wathon – Darul Tsaroya, cetakan terakhir, tahun 1413 H.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/amalan-sholih-di-awal-dzulhijah-dan-puasa-arofah.html">http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/amalan-sholih-di-awal-dzulhijah-dan-puasa-arofah.html</a>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-83159828044267659082011-08-04T17:39:00.000-07:002011-08-04T17:39:02.544-07:00Empat Orang yang Dilaknat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-Hbu95KtnNZA/Tjs7lzqWVVI/AAAAAAAAAYQ/t1SE0ZT6krc/s1600/lava.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://1.bp.blogspot.com/-Hbu95KtnNZA/Tjs7lzqWVVI/AAAAAAAAAYQ/t1SE0ZT6krc/s320/lava.jpg" width="294" /></a></div><h1 class="single-title" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Empat Orang yang Dilaknat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam</span></h1><div> </div><br />
<div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Oleh Syaikh Ali bin Hasan al Halabi al Atsari – hafizhahullah-</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Naskah ini diangkat berdasarkan khutbah Jum’at Syaikh Ali bin Hasan al Halabi al Atsari – hafizhahullah- di Masjid al Akbar Surabaya, 18 Muharram 1427H bertepatan 17 Februari 2006. Narasi khutbah tersebut diterjemahkan oleh Abdurrahman Thayyib, kemudian kami tulis kembali dalam bentuk naskah, dengan penyesuaian seperlunya, tanpa mengurangi substansi materi. Judul di atas adalah dari Redaksi. Semoga bermanfaat. (Redaksi).<br />
_________________________________________________________<br />
<span id="more-8677"></span><br />
Dari ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">لَعَنَ اللهُ مَن ذَبَحَ لِغَيرِ اللهِ, و لَعَنَ اللهُ مَن سَبَّ وَالِدَيهِ, و لَعَنَ اللهُ مَن غَيَّرَ مَنَارَ الأَرضِ,<br />
لَعََنَ اللهُ مَن آوَى مُحدِثَا</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat orang yang mencaci-maki kedua orang- tuanya. Allah melaknat orang yang merubah tanda batas tanah (orang lain), dan Allah melaknat orang yang melindungi orang yang mengada-adakan perkara baru dalam agama (bid’ah).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">TAKHRIJ HADITS<br />
- HR Bukhari di Adabul Mufrad, bab (8) man la’ana Allah man la’ana walidaih, no. 17.<br />
- Muslim, dalam Shahih Muslim, kitab al adhahi, no. 3657, 3658, 3659.<br />
- An Nasa-i, dalam as Sunan, kitab adh dhahaya, no. 4346, dan<br />
- Ahmad di berbagai tempat dalam Musnad-nya.[1]</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">SYARAH HADITS<br />
Di antara nikmat Allah yang terbesar dan anugerahNya yang paling agung, yaitu dijadikannya kita sebagai kaum Muslimin dan kaum Mukminin yang hanya beribadah kepadaNya, dan yang hanya mengikuti NabiNya Shallallahu ‘alaihi was sallam, serta menjadi pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Islam adalah agama yang mulia, tegak di atas al Qur`an dan Sunnah.<br />
Allah berfirman dalam al Qur`an :</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan Kami turunkan kepadamu al Qur`an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka. [an Nahl : 44].</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Al Qur`an adalah dzikr, dan Sunnah adalah dzikr, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Ketahuilah, bahwa aku telah diberi al Qur`an dan yang semisal dengannya”.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Al Qur`an adalah Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan mukjizat, dan membacanya terhitung sebagai suatu ibadah. Demikian pula Sunnah (hadits) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti yang telah Dia firmankan :</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى , إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى .</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al Qur`an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). [an Najm : 3-4].</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Amru bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya dia pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil bertanya : “Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya, Anda terkadang berkata dalam keadaan marah dan terkadang dalam keadaan ridha. Apakah boleh kita menulis semua yang Anda katakan?” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Tulis semuanya, demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, tidaklah yang keluar dariku melainkan haq (benar),” sambil menunjuk ke arah mulut beliau yang suci.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tafsir bagi ayat-ayat yang global dalam al Qur`an dan pengkhusus bagi ayat-ayat yang umum, serta pengikat bagi ayat-ayat yang mutlak, dan dia adalah wahyu Allah Ta’ala. Di antara wahyu tersebut adalah diberinya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jawaami’ul kalim, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim, Pent), beliau bersabda : “Aku diutus dengan jawaami’ul kalim”. Arti jawaami’ul kalim adalah ucapan singkat, tetapi padat maknanya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di antara jawaami’ul kalim tersebut adalah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan pembahasan kita sekarang yang tercantum dalam Shahih Muslim, dari seorang sahabat yang mulia dan seorang khalifah yang mendapat petunjuk, yaitu Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">لَعَنَ اللهُ مَن ذَبَحَ لِغَيرِ اللهِ, و لَعَنَ اللهُ مَن سَبَّ وَالِدَيهِ, و لَعَنَ اللهُ مَن غَيَّرَ مَنَارَ الأَرضِ, لَعََنَ اللهُ مَن آوَى مُحدِثَا و</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat orang yang mencaci-maki kedua orang- tuanya. Allah melaknat orang yang merubah tanda batas tanah (orang lain), dan Allah melaknat orang yang melindungi orang yang mengada-adakan perkara baru dalam agama (bid’ah).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini amat singkat, namun mengandung banyak perkara yang berharga, karena menjelaskan hak-hak yang agung, yang menjadi landasan sosial masyarakat muslim. Jika kaum Muslimin telah mundur ke belakang, maka dengan mewujudkan hak-hak ini, mereka akan kembali menjadi umat yang maju di tengah umat-umat yang lain.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang hak ibadah, hak sunnah, hak nafs (jiwa), dan hak orang lain. Jika kita mau merenungi keempat hak-hak di atas, maka kita akan mendapatkan hal tersebut telah mencakup semua hak muslim, baik yang berkaitan dengan dirinya, orang lain, dan yang berkaitan dengan Rabb-nya serta NabiNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hak ibadah adalah tauhid yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau “Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah”. Bagaimana dia bisa mengarahkan sembelihan kepada selain Allah? Sedangkan tindakan tersebut termasuk ibadah. Dan ibadah adalah sebuah nama yang mencakup hal-hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan, yang lahir maupun yang batin, sebagaimana yang telah Allah Azza wa Jalla firmankan :</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(162)لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku (sesembelihanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. [al An'am : 162-163].</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Menjaga hak tauhid dan ibadah, adalah kewajiban yang harus ditanamkan di dalam hati dan akal pikiran, lalu diwujudkan dalam amal perbuatan dengan penuh keyakinan, tanpa ada sedikit pun keraguan. Bagaimana tidak demikian, sedangkan kita tidaklah diciptakan, melainkan hanya untuk beribadah kepadaNya saja, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka, dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. [adz Dzariyaat : 56-58].</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mengajarkan kepada sahabat-sahabat beliau yang masih kecil, apalagi kepada yang dewasa tentang hak ibadah ini agar ditanamkan dalam hati, dan tumbuh di dalam akal pikiran serta anggota badan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu –sepupu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya : “Wahai, anak kecil. Aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa perkara. (Yaitu) jagalah Allah, maka pasti Allah menjagamu. Jagalah Allah, pasti engkau akan mendapatiNya di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika engkau memohon pertolongan, mintalah kepada Allah”.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Maka, tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Allah. Tidak ada yang berhak dimintai pertolongan melainkan Allah. Tidak ada yang berhak dijadikan sumpah melainkan Allah. Dan tidak ada yang berhak diistighasahi, melainkan Allah. Tidak ada yang berhak diserahi sesembelihan dan nadzar, melainkan Allah. Tidak boleh bernadzar kepada Nabi, wali maupun siapa saja, meskipun tinggi kedudukannya. Dengan ini, (seorang muslim) bisa menjaga hak ibadah dan tauhidnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah melaknat orang yang melindungi muhditsan”.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Al muhdits, adalah orang yang mengada-adakan hal baru dalam agama (bid’ah) dan yang merubah Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hal ini, terdapat pemeliharaan terhadap hak Sunnah dan ittiba’ (mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Ketika kita mengikrarkan kalimat tauhid Laa ilaha illallah Muhammaddur Rasulullah. Maka, ucapan ini mengandung hak-hak, kewajiban-kewajiban serta konsekuensi-konsekuensi. Dan kalimat tersebut, bukan hanya sekedar huruf-huruf yang digandeng, atau ucapan yang terlepas begitu saja dari lisan. Tetapi, dengan kalimat inilah berdiri langit dan bumi. Tidak diciptakan manusia, melainkan untuk mewujudkan kandungan kalimat tersebut. Dan tidaklah diturunkan kitab-kitab Allah serta diutus para rasul, melainkan karenanya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kalimat Laa ilaha illallahu, maknanya tidak ada yang berhak disembah dengan benar, kecuali Allah. Dan kalimat Muhammadur Rasulullah, maknanya tidak ada yang berhak diikuti, melainkan Rasulullah. Sebaik-baiknya perkara adalah apa yang disunnahkannya. Dan sejelek-jeleknya perkara adalah apa yang beliau tinggalkan (bid’ah, Pent). Tidaklah beliau meninggal dunia, melainkan beliau telah menjelaskan segala kebaikan kepada kita dan melarang dari segala kejelekan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam Shahih-nya dari sahabat Abu Dzar al Ghifari Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya dia berkata : “Tidaklah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kita, sampai-sampai burung yang terbang di udara telah beliau jelaskan kepada kita ilmunya”.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang hak Sunnah yaitu hak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada yang berhak diikuti, melainkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaulah suri tauladan yang baik dan yang sempurna bagi kita; bagaimana tidak, sedangkan Allah telah berfirman tentang beliau :</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [al Ahzab : 21].</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan, bahwa satu-satunya jalan petunjuk, yang seorang hamba selalu memohonnya lebih dari sepuluh kali sehari semalam di kala shalat fardhu, sunnah maupun nafilah, yaitu اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (Tunjukilah kami jalan yang lurus), adalah dengan mengikuti sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada jalan yang lurus melainkan dengan mengikuti Sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang telah Allah firmankan وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا (Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. –an Nuur : 54). Apabila kalian mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kalian akan mendapat hidayah yang selalu kalian minta kepada Rabb kalian dikala siang dan petang hari. Inilah hak Allah, dan inilah hak RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta hak agamaNya. Maka apakah kita telah menjalankan semua hak-hak ini?</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di bagian yang lain dari hadits ini terdapat peringatan adanya dua kewajiban lain.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Yang pertama, yang merupakan urutan kedua dari hadits di atas, yaitu sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Allah melaknat orang yang mencela kedua orang tuanya”. Ini adalah kewajibanmu dan anda mesti menjadi pemeliharanya dengan baik. Yaitu engkau berbakti kepada keduanya, mendoakan mereka dan menjaga hak-hak mereka, tidak meremehkannya serta tidak menjadi penyebab engkau mencaci kedua orang tuamu.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hak kedua orang tua, terkadang bisa secara langsung disia-siakan oleh anak yang durhaka, yaitu dengan mencaci-maki ayah atau ibunya karena mencari ridha sang istri, hawa nafsu maupun setannya. Dan sangat disesalkan, hal ini terjadi (di tengah masyarakat kita, Pent).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Adapun yang kedua, secara tidak langsung, yaitu engkau berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain mencaci-maki kedua orang tuamu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci-maki kedua orang tuanya,” para sahabat bertanya,”Bagaimana seseorang bisa mencaci-maki kedua orang tuanya?” maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Dia mencaci-maki ayah orang lain, lalu orang lain itu mencaci maki kembali orang tuanya”. Dan ini (termasuk) di antara arah tujuan syariat, yaitu menutup segala pintu (kejelekan) serta membendung kerusakan. Engkau tidak boleh berbuat suatu yang mengakibatkan kerusakan yang besar di kemudian hari. Tetapi amat disayangkan, perkara ini secara global banyak disepelekan oleh sebagian kaum Muslimin, bahkan oleh Islamiyyin (orang-orang yang bersemangat membela Islam tanpa bekal ilmu yang benar, Pent). Kita melihat, mereka bersemangat dalam banyak perkara dan banyak berbuat sesuatu, dan mereka mengira hal tersebut sebagai suatu bentuk hidayah dan kebenaran, namun hakikatnya tidak seperti itu [2]. Mereka melakukan dengan semangat membara, yang mengakibatkan umat Islam menjadi santapan lezat bagi umat-umat yang lain, dan menjadikan orang-orang kafir menguasai kaum Muslimin dan merampas harta kekayaan mereka.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ini termasuk menutup segala pintu kejelekan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melarang kita mencaci-maki orang tua, sebuah tindakan yang termasuk dosa, maka bagaimana jika kita melakukannya lebih dari itu? Yaitu mencaci-maki orang tua orang lain, lalu orang tersebut mencaci-maki kedua orang tua kita? Ini termasuk dosa besar. Jika kita melaksanakan ketaatan kepada mereka maka ini termasuk menjaga hak jiwa pribadi (nafs) . Adapun meremehkan dan menyia-nyiakan mereka, maka akibat buruknya akan menimpa dirinya sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : [وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا] Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (Al-Isra’ : 23).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di dalam ayat ini Allah menyatukan antara ketaatan kepada kedua orang tua dengan ibadah hanya kepada-Nya saja, karena didalamnya terdapat unsur pemeliharaan terhadap hak jiwa sendiri, ayah dan anak.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Adapun hak yang terakhir yang disebutkan dalam hadits ini adalah yang berkaitan dengan hak orang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan dalam hadits ini empat hak yaitu : (1). Hak Allah (2). Hak Nabi (3). Hak nafs (4). Hak orang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah melaknat orang yang merubah tanda batas tanah orang lain” maksudnya dia melanggar hak (tanah) orang lain baik itu tetangganya, kerabat, saudaranya ataupun orang yang jauh darinya. Barangsiapa yang melanggar hak orang lain meski kelihatannya sepele, niscaya akan terkena ancaman dalam hadits ini. Jika melanggar hak tanah orang lain saja yang berkaitan dengan masalah dunia mengakibatkan terlaknat, maka bagaimana kalau pelanggaran tersebut berkaitan dengan hak yang lebih besar dari itu seperti melanggar kehormatan atau kemuliaan orang lain dengan menggunjingnya, mengadu domba, berdusta atas namanya ?</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Renungilah sabda Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam : [إِنَّ أربَى الرِبَا استِطَالَة الرَجُلِ فِي عِرضِ أَخِيهِ المُسلِم] Artinya : “Dosa riba yang paling besar adalah seseorang melanggar kehormatan saudaranya muslim” yaitu dengan menggunjingnya, berdusta atas namanya, berburuk sangka kepadanya atau dengan mengadu domba antara dia dengan orang lain. Semua ini terlarang dan merupakan sebab perampasan hak orang lain dan termasuk dosa besar.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Jika kita mengetahui sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Satu dirham (hasil) riba yang dimakan oleh seseorang yang tahu (hukum-nya-pent) lebih besar dosanya di sisi Allah dari pada 36 kedustaan” Apabila ini tingkat paling rendah akibat harta riba, maka bagaimana dengan riba yang paling besar ? Ini semua dalam rangka menjaga hak-hak orang lain baik kerabat maupun orang yang jauh. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpesan kepada Mu’adz bin Jabal, beliau bersabda : “Dan pergauli manusia dengan akhlak yang baik”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan (pergaulilah) orang-orang mukmin atau muslimin atau yang berpuasa saja atau orang-orang shalih atau shadiqin saja, tapi beliau malah mengatakan (pergaulilah manusia) maksudnya semua manusia baik dia mukmin atau kafir, shaleh atau tholeh. Karena dengan akhlakmu disertai pemeliharaan terhadap hakmu dan hak orang lain, engkau dapat mengambil hati mereka sehingga engkau bisa menyerunya (kepada kebenaran).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VI/1423H/2002M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]<br />
Sumber: almanhaj.or.id dan dipublikasikan oleh <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/12/30/empat-orang-yang-dilaknat-nabi/www.salafiyunpad.wordpress.com" target="_blank">www.salafiyunpad.wordpress.com</a></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">_______<br />
Footnote<br />
[1]. Takhrij ini merupakan tambahan dari Redaksi<br />
[2]. Hal ini seperti yang dilakukan oleh harokiyyin yang selalu semangat dalam mengobarkan api jihad melawan orang-orang kafir dengan melakukan peledakan-peledakan atau pembantaian warga sipil. Mereka kira, dengan semua itu dapat memuliakan Islam dan kaum Muslimin, padahal jika mereka mau merenungi kembali, justru mereka telah menyebabkan kaum Muslimin semakin ditindas dan mencoreng nama Islam. Sungguh benar yang Allah firmankan tentang mereka ini :</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">[قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا(103)الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. -al Kahfi : 103-104. (Redaksi)<br />
[3]. Kemudian khutbah ini beliau tutup dengan doa. (Redaksi).</div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-25681298690338304632011-08-04T17:34:00.000-07:002011-08-04T17:34:45.569-07:00Mengkritisi Keabsahan Hadits-hadits Kitab Ihya’ Ulumiddin<h1 class="single-title" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Mengkritisi Keabsahan Hadits-hadits Kitab Ihya’ Ulumiddin</span></h1><div> </div><br />
<div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;"><strong><a href="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/04/ihya-ulumuddin-imam-ghazali.jpg"><img alt="" class="alignright size-full wp-image-9549" height="220" src="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/04/ihya-ulumuddin-imam-ghazali.jpg?w=146&h=220" title="ihya-ulumuddin-imam-ghazali" width="146" /></a> </strong></div><div class="arab" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="arab" style="text-align: justify;"><strong>Oleh Ustadz Abdullah Taslim, Lc., M.A. (Lulusan S2 Jurusan Hadits, Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia)</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">بسم الله الرحمن الرحيم</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kiranya tidak berlebihan kalau kita mengatakan bahwa kitab <strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ Ulumiddin</a> </em></strong>adalah termasuk kitab berbahasa Arab yang paling populer di kalangan kaum muslimin di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kitab ini dianggap sebagai rujukan utama, sehingga seorang yang telah menamatkan pelajaran kitab ini dianggap telah mencapai kedudukan yang tinggi dalam pemahaman agama Islam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Padahal, kiranya juga tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa kitab ini termasuk kitab yang paling keras diperingatkan oleh para ulama untuk dijauhi, bahkan di antara mereka ada yang <strong>merekomendasikan agar kitab ini dimusnahkan!</strong> (Lihat kitab <em>Siyaru A’laamin Nubala’</em>, 19/327 dan 19/495-496).<br />
<span id="more-9548"></span><br />
Betapa tidak, kitab ini berisi banyak penyimpangan dan kesesatan besar, sehingga orang yang membacanya apalagi mendalaminya tidak akan aman dari kemungkinan terpengaruh dengan kesesatan tersebut, terlebih lagi kesesatan-kesesatan tersebut dibungkus dengan label agama.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di antara kesesatan besar yang dikandung buku ini adalah pembenaran ideologi (keyakinan) <em>wihdatul wujud </em>(bersatunya wujud Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dengan wujud makhluk), yaitu keyakinan bahwa semua yang ada pada hakikatnya adalah satu dan segala sesuatu yang kita lihat di alam semesta ini tidak lain merupakan perwujudan/ penampakan Zat Ilahi (Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>) – Mahasuci Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dari segala keyakinan rusak ini –.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Keyakinan sangat menyimpang bahkan kafir ini dibenarkan secara terang-terangan oleh penulis kitab ini di beberapa tempat dalam kitab ini, misalnya pada jilid ke-4 halaman 86 dan halaman 245-246 (cet. Darul Ma’rifah, Beirut).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Cukuplah pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berikut ini menggambarkan besarnya penyimpangan dan kesesatan yang terdapat dalam kitab ini, “Kitab ini berisi pembahasan-pembahasan yang tercela, (yaitu) pembahasan yang rusak (menyimpang dari Islam) dari para ahli filsafat yang berkaitan dengan tauhid (pengesaaan Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>), kenabian dan hari kebangkitan. Maka, ketika penulisnya menyebutkan pemahaman orang-orang ahli <em>Tasawwuf </em>(yang sesat) keadaannya seperti seorang yang mengundang seorang musuh bagi kaum muslimin tetapi (disamarkan dengan) memakaikan padanya pakaian kaum muslimin (untuk merusak agama mereka secara terselubung). Sungguh para imam (ulama besar) Islam telah mengingkari (kesesatan dan penyimpangan) yang ditulis oleh <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank"><strong>Abu Hamid al-Gazali</strong></a> dalam kitab-kitabnya” (Kitab <em>Majmu’ul Fataawa</em>, 10/551-552).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Oleh karena itu, Imam Adz-Dzahabi menukil ucapan Imam Muhammad bin al-Walid Ath-Thurthuusyi yang mengatakan bahwa kitab <em>I<a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank"><strong>hya’ Ulumiddin</strong></a></em> (artinya: menghidupkan ilmu-ilmu agama) lebih tepat jika dinamakan <em>Imaatatu ‘uluumid diin</em> (mematikan/merusak ilmu-ilmu agama).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di samping itu, kitab ini juga memuat banyak hadits lemah bahkan palsu, yang tentu saja tidak boleh dinisbatkan kepada Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, bahkan banyak di antaranya yang sangat bertentangan dengan prinsip dasar agama Islam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hal ini tidaklah mengherankan, karena sang penulis adalah seorang yang kurang pengetahuannya terhadap hadits Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, khususnya dalam membedakan hadits yang shahih dan hadits yang lemah, sebagaimana pernyataan sang penulis sendiri, “Aku memiliki barang dagangan (pengetahuan) yang sedikit tentang hadits (Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>)” (Dinukil oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab<em> Al-Bidaayah wan Nihaayah</em>, 12/174).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas semua kesesatan tersebut, tetapi saya akan membahas dan menilai keabsahan hadits-hadits yang dimuat dalam kitab ini, berdasarkan keterangan para ulama ahlus sunnah yang terlebih dahulu meneliti dan mengkritisi kitab ini.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: red;"><strong>Kritikan para ulama Ahlus Sunnah terhadap hadits-hadits dalam kitab ini</strong></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1- Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi berkata (dalam kitab beliau <em>Minhaajul Qaashidiin</em>, sebagaimana yang dinukil dalam Majalah Al-Bayaan, edisi 48 hal. 81), “Ketahuilah, bahwa kitab <strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ Ulumiddin</a></em></strong> di dalamnya terdapat banyak kerusakan (penyimpangan) yang tidak diketahui kecuali oleh para ulama. Penyimpangannya yang paling ringan (dibandingkan penyimpangan-penyimpangan besar lainnya) adalah hadits-hadits palsu dan batil (yang termaktub di dalamnya), juga hadits-hadits<em> mauquf </em>(ucapan shahabat atau tabi’in) yang dijadikan sebagai hadits <em>marfu’</em> (ucapan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>). Semua itu dinukil oleh penulisnya dari referensinya, meskipun bukan dia yang memalsukannya. Dan (sama sekali) tidak dibenarkan mendekatkan diri (kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>) dengan hadits yang palsu, serta tidak boleh tertipu dengan ucapan yang didustakan (atas nama Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>).”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">2- Imam Abu Bakr Muhammad bin Al-Walid Ath-Thurthuusyi berkata, “…Kemudian <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank"><strong>al-Ghazali</strong></a> memenuhi kitab ini dengan kedustaan atas (nama) Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, bahkan aku tidak mengetahui sebuah kitab di atas permukaan hamparan bumi ini yang lebih banyak (berisi) kedustaan atas (nama) Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> melebihi kitab ini.” (Dinukil oleh Imam Adz-Dzahabi dalam kitab <em>Siyaru A’laamin Nubala’</em>, 19/495).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">3- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dalam kitab ini terdapat hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang lemah bahkan banyak hadits yang palsu. Juga terdapat banyak kebatilan dan kebohongan orang-orang ahli <em>Tasawwuf</em>.” (Kitab <em>Majmu’ul Fataawa</em>, 10/552).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">4- Imam Adz-Dzahabi berkata, “Adapun kitab<strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank"> Ihya’ Ulumiddin</a></em></strong>, maka di dalamnya terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu).” (Kitab <em>Siyaru A’laamin Nubala’</em>, 19/339).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">5- Imam Ibnu Katsir berkata, “…Akan tetapi di dalam kitab ini banyak terdapat hadits-hadits yang asing, mungkar dan palsu.” (Kitab <em>Al-Bidaayah wan Nihaayah</em>, 12/174).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">6- Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani berkata, “Betapa banyak kitab <strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ Ulumiddin</a> </em></strong>memuat hadits-hadits (palsu) yang oleh penulisnya dipastikan penisbatannya kepada Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, padahal Imam Al-Iraqi dan para ulama lainnya menegaskan bahwa hadits-hadits tersebut tidak ada asalnya (hadist palsu).” (Kitab <em>Silsilatul Ahaadiitsidh Sha’iifah wal Maudhuu’ah</em>, 1/60).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">7- Bahkan, Imam As-Subki mengumpulkan hadits-hadits dalam kitab <strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ Ulumiddin</a></em></strong> yang tidak ada asalnya (palsu), dan setelah dihitung semuanya berjumlah 923 hadits (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/287).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: red;"><strong>Beberapa contoh hadits palsu dan lemah yang dimuat dalam kitab ini</strong></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">1. Hadits, “Percakapan dalam masjid akan memakan/ menghapus (pahala) kebaikan seperti binatang ternak yang memakan rumput.” (Kitab <strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/152, cet. Darul Ma’rifah, Beirut).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dihukumi oleh Imam Al-‘Iraqi, As-Subki dan Syaikh al-Albani sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya dalam kitab-kitab hadits (lihat kitab<em> Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah</em>, 1/60).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">2. Hadits, “Taufik yang sedikit lebih baik dari ilmu yang banyak.” (Kitab<em> </em><strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/31).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini juga dihukumi oleh para ulama di atas sebagai sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/287 dan<em> Difaa’un ‘anil Hadiitsin Nabawi</em>, halaman 46).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">3. Hadits, “Agama Islam dibangun di atas kebersihan.” (Kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/49).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini adalah hadits yang palsu, karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama ‘Umar bin Shubh al-Khurasani, Ibnu Hajar berkata tentangnya (dalam kitab<em> Taqriibut Tahdziib</em>, halaman 414), “Dia adalah perawi yang <em>matruk</em> (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah), bahkan (Imam Ishak) bin Rahuyah mendustakannya.” (Lihat kitab <em>Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah</em>, no. 3264).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">4. Hadits, “Sesungguhnya orang yang berilmu akan disiksa (dalam neraka) dengan siksaan yang akan membuat sempit (susah) penduduk nereka.” (Kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/60).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/287).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">5. Hadits, “Seburuk-buruk ulama adalah yang selalu mendatangi para penguasa/ pemerintah dan sebaik-sebaik penguasa adalah yang selalu mendatangi para ulama.” (Kitab<em> </em><strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/68).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/288).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">6. Hadits, “Barangsiapa yang berkata, ‘Aku adalah seorang mukmin’, maka dia kafir, dan barangsiapa yang berkata, ‘Aku adalah orang yang berilmu’, maka dia adalah orang yang jahil (bodoh).” (Kitab<em> </em><strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/125).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/289) dan dinyatakan lemah oleh Imam As-Sakhawi (lihat kitab <em>Al-Maqaashidul Hasanah</em>, halaman 663).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">7. Hadits, “Seorang hamba tidak akan mendapatkan (keutamaan) dari shalatnya, kecuali apa yang dipahaminya dari shalatnya.” (Kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/159).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab <em>Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra</em>, 6/289).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">8. Hadits, “Sesuatu yang pertama kali Allah ciptakan adalah akal…” (Kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/83 dan 3/4).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dihukumi oleh Imam Adz-Dzahabi dan Syaikh al-Albani sebagai hadits yang batil dan palsu (lihat kitab <em>Lisaanul Miizaan</em>, 4/314 dan<em> Takhriiju Ahaadiitsil Misykaah</em>, no. 5064).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">9. Hadits, “Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” (Kitab <em>I</em><strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong>, 1/71, 3/13 dan 3/23).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dihukumi oleh Syaikh Al-Albani sebagai hadits yang palsu (kitab <em>Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah</em>, no. 422).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">10. Hadits, “Wahai manusia, pahamilah (dengan akal) dari Rabb-mu dan saling berwasiatlah dengan akal.” (Kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong><em></em>, 1/202).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini adalah hadits palsu, diriwayatkan oleh Dawud bin al-Muhabbar dalam kitab <em>Al-Aql</em>, yang dikatatakan oleh Ibnu Hajar, “Dia adalah perawi yang <em>matruk</em> (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah) dan kitab <em>Al-Aql </em>yang ditulisnya mayoritas berisi hadits-hadits yang palsu.” (Dalam kitab <em>Taqriibut Tahdziib</em>, halaman 200).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">11. Hadits tentang shalat <em>ar-Ragaaib</em> di bulan Rajab (Kitab<em> </em><strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong><em>,</em> 1/83).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dihukumi sebagai hadits palsu oleh Imam Al-‘Iraqi (lihat <em>takhrij </em>beliau di catatan kaki kitab tersebut, 2/366, cet. Dar Asy-Syi’ab, Kairo).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: red;"><strong>Penutup</strong></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dengan uraian ringkas tentang kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong> di atas, jelaslah bagi kita kandungan buruk dan penyimpangan yang terdapat di dalamnya. Maka, seorang muslim yang menginginkan kebaikan dan keselamatan dalam agama dan imannya, hendaknya menjauhkan diri dari membaca buku-buku yang mengajarkan kesesatan seperti ini.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Alhamdulillah</em>, kitab-kitab para ulama Ahlus Sunnah yang bersih dan selamat dari penyimpangan sangat banyak dan mencukupi untuk diambil manfaatnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Apakah kita tidak khawatir akan ditimpa kerusakan dalam pemahaman agama kita dengan membaca kitab seperti ini, padahal kerusakan dan kerancuan dalam memahami agama ini merupakan malapetaka terbesar yang akan berakibat kebinasaan dunia dan akhirat?</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Bukankah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berlindung kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dari kerusakan agama dan iman ini, sebagaimana dalam doa beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">ولا تَجْعَلْ مُصيبَتَنَا في دِيْنِنا</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>(Ya Allah) janganlah Engkau jadikan malapetaka (kerusakan) yang menimpa kami dalam agama (keyakinan) kami.</em>” (HR. At-Tirmidzi, no. 3502, dinyatakan hasan oleh Imam At-Tirmidzi dan Syaikh Al-Albani).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ketahuilah, bahwa ilmu yang bermanfaat untuk memperbaiki keimanan dan meyempurnakan ketakwaan kita kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> hanyalah ilmu yang bersumber dari Alquran dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam </em>yang dipahami dengan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman para sahabat Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan orang-orang yang mengikuti petunjuk mereka.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Imam Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Ilmu yang bermanfaat dari semua ilmu adalah mempelajari dengan seksama dalil-dalil dari Alquran dan Sunnah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, serta (berusaha) memahami kandungan maknanya, dengan mendasari pemahaman tersebut dari penjelasan para sahabat Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, para<em> Tabi’in</em> (orang-orang yang mengikuti petunjuk para sahabat), dan orang-orang yang mengikuti (petunjuk) mereka dalam memahami kandungan Alquran dan hadits. (Begitu pula) dalam (memahami penjelasan) mereka dalam masalah halal dan haram, pengertian zuhud, amalan hati (penyucian jiwa), pengenalan (tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>) dan pembahasan-pembahasan ilmu lainnya, dengan terlebih dahulu berusaha untuk memisahkan dan memilih (riwayat-riwayat) yang shahih (benar) dan (meninggalkan riwayat-riwayat) yang tidak benar, kemudian berupaya untuk memahami dan menghayati kandungan maknanya. Semua ini sangat cukup (untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat) bagi orang yang berakal dan merupakan kesibukkan (yang bermanfaat) bagi orang yang memberi perhatian dan berkeinginan besar (untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat).” (Kitab<em> Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘ala ‘Ilmil Khalaf</em>, halaman 6).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sebagai penutup, renungkanlah nasihat emas dari Imam Adz-Dzahabi ketika beliau mengkritik kitab <strong><em></em></strong><strong><em><a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/" target="_blank">Ihya’ ‘Ulumiddin</a></em></strong> dan kitab-kitab lain semisalnya yang memuat kesesatan dan penyimpangan, karena tidak mencukupkan diri dengan petunjuk Alquran dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dengan pemahaman yang benar.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Imam Adz-Dzahabi berkata, “Kitab<em> Ihya’ ‘Ulumiddin</em> di dalamnya terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu) dan banyak kebaikannya kalau saja kitab itu tidak memuat adab, ritual dan kezuhudan (model) orang-orang (yang mengaku) ahli hikmah dan ahli <em>Tasawwuf </em>yang menyimpang, kita memohon kepada Allah (dianugerahkan) ilmu yang bermanfaat. Tahukah kamu apakah ilmu yang bermanfaat itu? Yaitu ilmu bersumber dari Alquran dan dijabarkan oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dalam ucapan dan perbuatan (beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>), serta tidak ada larangan dari beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> tentangnya. Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Barangsiapa yang tidak menyukai sunnah/ petunjukku, maka dia bukan termasuk golonganku.</em>” (HR. Al-Bukhari (no. 5063) dan Muslim (1401).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Maka, wajib bagimu wahai saudaraku untuk men-<em>tadabbur</em>-i (mempelajari dan merenungkan) Alquran, serta membaca dengan seksama (hadits-hadits Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>) dalam<em> Ash-Shahiihain</em> (<em>Shahih Al-Bukhari </em>dan <em>Shahih Muslim</em>), <em>Sunan An-Nasa’i</em>,<em> Riyadhus Shalihin </em>dan <em>Al-Azkar</em> tulisan Imam An-Nawawi, (maka dengan itu) kamu akan beruntung dan sukses (meraih ilmu yang bermanfaat). Dan jauhilah pemikiran orang-orang <em>Tasawwuf </em>dan filsafat, ritual-ritual ahli <em>riyadhah</em> (ibadah-ibadah khusus ahli <em>Tasawwuf</em>), dan kelaparan (yang dipaksakan) oleh para pendeta, serta igauan tokoh-tokoh ahli <em>khalwat </em>(menyepi/ bersemedi yang mereka anggap sebagai ibadah). Maka, semua kebaikan adalah dengan mengikuti agama (Islam) yang <em>hanif</em> (lurus/ cenderung kepada tauhid) dan mudah (agama yang dibawa dan dicontohkan oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>). Maka, kepada Allah-lah kita memohon pertolongan, ya Allah, tunjukkanlah kepada kami jalan-Mu yang lurus.” (Kitab <em>Siyaru A’laamin Nubala’</em>, 19/339-340).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kota Kendari, 13 Rabi’ul akhir 1432 H<br />
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A. (Pengasuh website <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/www.manisnyaiman.com" target="_blank">www.manisnyaiman.com</a>)<br />
Artikel <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/04/04/mengkritisi-keabsahan-hadits-hadits-kitab-ihya%e2%80%99-ulumiddin/www.Salafiyunpad.wordpress.com" target="_blank">www.Salafiyunpad.wordpress.com</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-55626317445906671222011-08-04T17:30:00.000-07:002011-08-04T17:30:09.821-07:00Bersabarlah, Kemenangan itu Pasti ‘Kan Tiba<h1 class="single-title" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Bersabarlah, Kemenangan itu Pasti ‘Kan Tiba</span></h1><div> </div><br />
<div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><a href="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/07/sabar-dakwah-indah.jpg"><span style="color: black;"><img alt="" class="alignright size-medium wp-image-10602" height="226" src="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/07/sabar-dakwah-indah.jpg?w=281&h=226" title="sabar-dakwah-indah" width="281" /></span></a> </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Yang namanya “menanti” dan “bersabar” adalah pekerjaan yang melelahkan, untuk sebagian orang. Akan tetapi, tidak begitu adanya dengan orang-orang yang telah diteguhkan hatinya oleh Allah <em>‘Azza wa Jalla</em>.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Banyak tetumbuhan dakwah yang mesti berjuang menerabas tanah untuk menguatkan akar. Sungguh sabarnya ia, menembus rapatnya butir-butir tanah. Meski begitu, dengan kuasa Allah semata, akar itu kian menyerabut, hingga bertambah bulu-bulu halus, dan semakin kokohlah cengkeramannya di dasar bumi.<span id="more-10601"></span></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Tak berhenti sampai di situ, setelah akar tumbuh merambat, batang pun berkembang menjulang. Tak cukup itu saja, ranting membentang bagai menyapa angin, daun-daunnya juga merimbun hijau bersalaman dengan udara yang berkerumun di atas bumi.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Lihatlah, betapa tempat yang sempit menjadi awal sebuah keleluasan yang menenteramkan. Tanah yang begitu rapat menjadi mula dedaunan hijau tertiup-tiup kegirangan berkawan dengan bumi yang ramah. Hingga akhirnya, buah-buah yang siap dipetik akan tiba waktunya untuk dinikmati orang banyak.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><strong>Dengan keteguhan, dari hati, berlatarkan niat yang putih.</strong></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Jika Anda seratus persen meniru jalan dakwah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, Anda telah berada di jalur yang benar. Tugas Anda selanjutnya, menjalani dakwah tersebut dengan teguh bagai keteguhan seorang Muhammad bin Abdillah.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Berdakwalah dengan hati. Menasihati karena ingin manusia menjadi baik, bukan karena ingin mempermalukan mereka dengan kejahilan dan kemaksiatan yang terlanjur mereka lakukan. Mendidik manusia karena berharap mereka menjadi saudara seiman di dunia, dan tetangga Anda saat berdampingan di dipan-dipan <em>Firdaus Al-A’la</em>.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Putihkan baik-baik niat untuk berdakwah hanya untuk Allah semata, semata agar Allah semakin cinta kepada Anda, di dunia dan di akhirat. Titik tujuan satu saja: agar hanya Allah yang disembah di muka bumi, bukan sebatas manusia membungkukkan punggung, bertakbir, atau mengitari Ka’bah. Lebih mulia lagi cita-cita Anda daripada itu. Satu titik tujuan Anda: mereka benar-benar tunduk kepada Allah, kepada ketentuan yang telah Allah pilih untuk hamba-hamba-Nya. Tidak ada hawa nafsu yang diagungkan, tidak ada dewa-dewi yang disembah, tidak ada ego pribadi yang didahulukan, hanya Allah saja yang selalu paling dipatuhi.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Lawanlah bisikan setan jika dia menyuruh Anda berdakwah untuk menambah pengikut. Perangilah tipu daya setan, karena pemuliaan manusia terhadap diri Anda akan menjadi penghinaan Allah atas diri Anda jika Anda menyeru manusia supaya Anda memanen puja-puji dan kemasyhuran.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><strong>Bersabarlah, karena semua ‘kan indah pada waktunya</strong></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Kalau di awal dakwah Anda merasa sendirian, tenanglah, Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> pun seperti itu. Kemenangan tidak datang serta-merta. Kalau bukan di dunia, bisa jadi kemenangan datang di akhirat menghampiri Anda.</span></div><div style="text-align: justify;"> <blockquote><span style="color: black;"><strong><em>Bersabarlah, kemenangan itu pasti ‘kan tiba</em></strong></span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Bandar Universiti, 2 Juli 2011,</span><br />
<span style="color: black;"> Penulis: <a href="http://athirahm.wordpress.com/2011/07/02/dan-semua-kan-indah-pada-waktunya/" target="_blank"><span style="color: black;">Athirah</span></a> <em>hafizhahallah</em></span><br />
<span style="color: black;"> Artikel <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/07/02/dan-semua-kan-indah-pada-waktunya/www.SALAFIYUNPAD.wordpress.com" target="_blank"><span style="color: black;">www.SALAFIYUNPAD.wordpress.com</span></a></span></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-39896693141363665862011-08-03T01:17:00.001-07:002011-08-03T01:17:51.413-07:00Wanita Hitam Pemetik Surga<h1 class="single-title" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Wanita Hitam Pemetik Surga</span></h1><div> </div><br />
<div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong><a href="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2010/07/beautifulrose.jpg"><img alt="" class="alignright" height="214" src="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2010/07/beautifulrose.jpg?w=256&h=214" title="beautifulRose" width="256" /></a> </strong></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Oleh Ustadz Abu Adib</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Alhamdulillahi Robbil’alamin…segala puji bagi Allah ta’ala yang telah memberikan kemudahan kepada kami untuk menulis risalah yang singkat ini. Para pembaca yang mulia, judul risalah diatas mengingatkan pada kita semua tentang kisah wanita hitam dimasa Nabi <em>shalallahu ‘alaihi wasallam.</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan oleh ‘atha’ bin Abi Rabah, dia berkata: “Telah berkata kepadaku Abdullah bin Abbas: <em>“maukah engkau aku perlihat seorang wanita penghuni surga?”</em> maka aku berkata : <em>“tentu!”. </em>Kemudian ‘Abdullah berkata: “Wanita hitam dia pernah mendatangi Rasulullah <em>shalallahu ‘alaihi wasallam</em> lalu ia berkata: <em>“ aku kena penyakit ‘usro’u (ayan/epilepsy), jikalau penyakitku kambuh auratku tersingkap. Maka do’akanlah kepada Allah agar sembuh penyakitku”</em>. <span id="more-10138"></span>Maka Nabi <em>shalallahu ‘alaihi wasallam</em> berkata: <em>“jikalau aku do’akan kepada Allah, pasti kamu akan sembuh. Akan tetapi jikalau kamu sabar maka bagimu surga”.</em> Maka wanita hitam itu berkata: <em>“Ashbiru (aku akan sabar), akan tetapi do’akan kepada Allah agar tiap kali kambuh penyakitku, auratku tidak tersingkap”</em>. Maka Nabi pun mendo’akannya sehingga tiap kali kambuh, Allah Ta’ala menjaga auratnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dari kisah Hadits diatas kita bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga, dimana seorang wanita berkulit hitam yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat, ditambah lagi wanita itu terkena wabah penyakit ayan, suatu penyakit yang sangat menjijikkan, akan tetapi Allah Ta’ala memuliakan wanita itu dengan surga disebabkan karena ketaqwaan dan kesabaran. Rasa malu dan ketaqwaannya telah mengantarkan dirinya untuk sabar dalam menderita penyakit serta musibah yang dideritannya. Sifat taqwa dan rasa malu itu nampak ketika wanita itu berkata kepada Rasulullah <em>shalallahu ‘alaihi wasallam</em> dimana saat penyakitnya kambuh menyebabkan dia kehilangan kesadaran sehingga auratnya tersingkap. Wanita hitam itu malu auratnya kelihatan ketika dia dalam keadaan tidak sadar. Allahu Akbar….</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dalam keadaan tidak sadarpun wanita itu malu auratnya kelihatan apalagi dalam keadaan sadar? Coba kita bandingkan dengan wanita abad ini!. Dalam keadaan sadarpun mereka berani bahkan sengaja menampakkan auratnya. Mereka berpakaian tapi nampak betisnya, nampak pahanya, nampak dadanya, dan ditambah lagi mereka itu bangga dengan kelakuannya seolah-olah mereka berkata “ lihatlah betisku! Lihatlah pahaku! Lihatlah dadaku! Lihatlah wajahku!. Dan ketika dia berjalan, kemudian ada laki-laki yang pandangannya tertuju padanya, maka dalam hatinya wanita itupun senang dan bangga atas apa yang telah diperbuatnya. <em>Na’udzu billah</em>. Dirinya tidak sadar kalau kelakuannya telah membuat kerusakan dan fitnah di muka bumi. Demikianlah pembaca yang mulia hilangnya ketaqwaan dan rasa malu telah mengantarkan wanita-wanita sekarang kepada perbuatan yang hina dan keji. Sungguh telah benar apa yang disampaikan Rasulullah <em>shalallahu ‘alaihi wasallam:</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Apabila kamu tidak malu maka berbuatlah semaumu”</em>(HR/ Bukhari. No 3483)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Wanita-wanita sekarang sadar, bahkan sangat sadar atas apa yang telah mereka perbuat. Mereka bukanlah wanita-wanita yang gila atau wanita-wanita yang mengalami gangguan kejiwaan, bahkan mereka wanita-wanita yang waras akalnya sehingga sangat sadar dengan apa yang telah dilakukannya, akan tetapi hatinyalah yang tidak pernah menyadari. Perbuatan yang telah mereka lakukan itu bisa mendatangkan fitnah dan kerusakan di muka bumi.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan tindakan lain yang tidak kalah mengerikan bahayanya adalah maraknya aksi-aksi pornografi, kontes kecantikan, umbar aurat bisa kita jumpai dimana-mana bahkan secara resmi dipertontonkan melalui siaran-siaran diberbagai media massa yang ada sehingga bisa menjadi hiburan harian bagi orang yang lemah imannya. <em>Masya Allah..</em>kalau kelakuan wanita-wanita bumi pertiwi seperti ini bagaimana negeri ini selamat akan perzinaan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Faedah yang bisa dipetik dari hadits diatas adalah:</div><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li>Kesabaran atas musibah yang menimpa di dunia akan mewariskan surga</li>
<li>Pengobatan berbagai macam penyakit bisa ditempuh dengan do’a dan berlindung dengan penuh kejujuran / sungguh-sungguh kepada Allah dengan disertai pemberian obat</li>
<li>Berusaha dengan penuh kemauan adalah lebih baik daripada bersandar pada pemberian keringanan bagi orang yang melihat adanya kemampuan pada dirinya untuk mengembannya, dalam hal itu dia akan memperoleh tambahan pahala.</li>
<li>Di perbolehkan untuk tidak berobat</li>
<li>Tinnginya rasa malu para shahabat wanita, dimana wanita itu malu kalau auratnya tesingkap walaupun dalam keadaan tidak sadar.</li>
</ol><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Risalah ini kami tutup dengan nasehat untuk para muslimah:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Wahai saudariku muslimah….janganlah kalian menjadi penyabab datangnya kerusakan dan fitnah di muka bumi, yakni dengan kalian mengumbar aurat.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Wahai saudaraku muslimah….janganlah kalian halalkan aurat kalian untuk dilihat laki-laki yang tidak dihalalkan untuk kalian.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Wahai saudaraku muslimah….hiasilah diri kalian dengan <em>akhlaqul karimah</em> (akhlaq mulia), jangan kalian lakukan perbuatan yang mana perbuatan tersebut bisa menjatuhkan diri kalian kepada kehinaan seperti berkhalwat yaitu berduaan dengan laki-laki yang bukan mahram, berboncengan satu motor atau satu mobil dengan laki-laki yang bukan mahram. Itu semua bisa menjatuhkan harga diri dan kehormatanmu.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Wahai saudaraku muslimah…sibukkanlah diri kalian dengan menuntut ilmu agama karena ilmu agama adalah pelita yang akan menerangi jalan hidupmu.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Wahai saudaraku muslimah…bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah, serta ingatlah apa yang telah disabdakan oleh Nabimu <em>shalallhu ‘alaihi wasallam</em> bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah dari kaum wanita. Maka janganlah kalian menjerumuskan diri kalian kedalam neraka. Semoga Risalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Maraji’: Kitab Riyadhush Shalihin</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">(<a href="http://almadinah.or.id/137-wanita-hitam-pemetik-surga.html" target="_blank">Buletin Istiqomah Edisi no 34, Masjid Jajar, Solo <em>Rubrik: Muslimah</em></a>)</div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-6489038403317142822011-08-03T00:36:00.000-07:002011-08-03T00:36:51.436-07:00Kisah Nyata: Ketika Hidayah Islam Merengkuh Jiwaku<h1 class="single-title" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Kisah Nyata: Ketika Hidayah Islam Merengkuh Jiwaku</span></h1><div> </div><br />
<div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="" class="alignright" height="161" src="http://kisahmuslim.com/wp-content/uploads/2011/07/mualaf-masuk-islam-564x272.jpg" width="335" /> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namaku Erlina, aku ingin berbagi cerita kepada saudariku muslimah, bukan untuk mengajarkan tentang fiqih atau hadits atau hal lainnya yang mungkin ukhti muslimah telah jauh lebih dulu mengetahuinya daripada aku sendiri. Karena di masa lalu, aku beragama <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/07/17/kisah-nyata-mualaf-masuk-islam/" target="_blank"><strong>Kristen</strong></a>…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sejak kecil aku beserta kedua adikku dididik secara kristen oleh kedua orangtuaku, bahkan aku telah dibaptis ketika masih berumur 3 bulan dan saat berusia 18 tahun aku telah menjalani sidhi, yaitu pengakuan setelah seseorang dewasa tentang kepercayaan akan iman kristen di depan jemaat gereja. Aku juga selalu membaca <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/07/17/kisah-nyata-mualaf-masuk-islam/" target="_blank"><strong>Alkitab</strong></a> dan membaca buku renungan –semacam buku <a href="http://khotbahjumat.com/" target="_blank"><strong>kumpulan khotbah</strong></a>– bersama keluargaku di malam hari. Seluruh keluargaku beragama Kristen dan termasuk yang cukup taat dan aktif. Bahkan dari keluarga besar ayah, seluruhnya beragama Kristen dan sangat aktif di gereja sehingga menjadi pemuka dan pengurus gereja. Sedang dari keluarga ibu, nenekku dulunya beragama Islam, namun kemudian beralih menjadi Katholik.<span id="more-10730"></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sejak kecil aku adalah anak yang sangat aktif dalam kegiatan keagamaan. Tentu saja kegiatan keagamaan yang aku anut saat itu beserta keluarga besarku. Kecintaanku pada agama Kristen demikian kuat mengakar dan terus bertambah kuat seiring pertumbuhanku menjadi wanita dewasa. Sedari kecil aku sangat rajin ikut <strong>Sekolah Minggu</strong>, bahkan hampir tidak pernah absen. Aku selalu ingin mendengarkan cerita agama Kristen atau cerita dari Alkitab di Sekolah Minggu. Setiap pelajaran Sekolah Minggu kucatat dalam sebuah buku khusus. Cerita-cerita tersebut kuhafal sampai detail, sehingga setiap perayaan Paskah dan Natal aku selalu menjadi juara lomba cerdas tangkas Sekolah Minggu. Pernah suatu ketika, karena aku sering sekali menang, seorang juri memberikan tes tersendiri. Hal ini untuk memastikan bahwa aku layak mendapatkan juara pertama, apalagi saat itu aku masih lebih muda dari peserta dan juara lainnya. Ternyata aku bisa menjawab pertanyaan juri tersebut. Akhirnya aku tetap mendapatkan hadiah, namun hadiah khusus di luar juara satu sampai tiga. Kebijakan ini untuk memberikan kesempatan pada peserta lain untuk menjadi pemenang.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ketika aku menginjak usia SMP dan SMA, aku tetap aktif dalam kegiatan persekutuan remaja dan pemuda di sekolah. Aku juga aktif di tingkat yang lebih besar yaitu kegiatan persekutuan antar siswa Kristen dari sekolah-sekolah se-kota Magelang, juga persekutuan remaja di gereja. Bahkan aku juga ditunjuk menjadi ketua persekutuan remaja di gereja. Setiap minggu aku disibukkan dengan kegiatan persekutuan, mempersiapkan acara, topik, pembicara, membuat undangan dan menyebar undangan. Aku tidak pernah bosan mengundang rekan-rekan untuk hadir. Walaupun aku tahu ada di antara mereka yang malas hadir, aku tetap memberikan undangan kepada mereka. Betapa semangatnya aku saat itu…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Setelah lulus SMA, aku meneruskan kuliah di FKG UGM. Dan seperti sebelum-sebelumnya, aku kembali aktif di kegiatan keagamaan (Kristen). Kali ini aku mengikuti kegiatan persekutuan mahasiswa di FKG dan di tingkat UGM. Aku sangat senang dan menikmati kegiatanku tersebut saat itu. Bermacam-macam aktifitas, perayaan Natal, Paskah, panitia lomba vokal grup lagu gerejawi dan lainnya aku ikuti. Aku sering mengajak teman-teman-teman satu kos untuk menyanyi bersama lagu-lagu gerejawi di kos, berdiskusi pemahaman kitab dan lainnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ternyata keaktifanku dalam kegiatan keagamaan ini semakin masuk ke dalam ketika aku diajak bergabung dengan pelayanan “Para Navigator”. Pesertanya sebagian besar mahasiswa. Di sini kami belajar banyak hal tentang kekristenan, dibimbing oleh pembimbing rohani dalam satu kelompok, mengadakan diskusi pemahaman Alkitab setiap minggu dengan menggunakan buku panduan seperti kurikulum yang bertingkat dari dasar ke tingkat tinggi. Di sini kami juga diajarkan dan diminta untuk menghafal ayat-ayat Alkitab –dengan diberikan panduan berupa kartu yang berisi ayat untuk dihafalkan-, dan setiap minggu harus bertambah ayat yang kami hafal. Akhirnya aku dapat menyelesaikan paket kurikulum dan diminta membimbing anak rohani. Metode pelayanan ini biasa dikenal dengan metode sel, belajar berkelompok, kemudian berkembang dengan masing-masing anggota yang akan memiliki anak-anak lain untuk dibimbing, sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya akan berkembang dan bertambah banyak. Dalam pelayanan ini, terkadang kami pun diajarkan dan dianjurkan untuk berdakwah mengajak orang lain mengenal dan mengikuti ajaran Kristen.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Entah mengapa, setelah aku masuk stase (tingkatan) klinik, mulai ada beberapa teman (muslim) yang mendekati dan ingin memperkenalkan Islam kepadaku. Reaksiku? Jelas marah dan kutolak mentah-mentah. Pernah juga aku dipinjami Al-Qur’an dan diminta untuk membacanya oleh seorang teman. Sungguh aku sangat marah terhadapnya sampai-sampai aku tak ingin berbicara dengannya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sampai akhirnya aku bertemu dengan dia –sebut saja A– yang alhamdulillah kini telah menjadi suamiku. Kalau teman-teman lain ingin memperkenalkan Islam dengan cara langsung dengan Al-Qur’an dan hal-hal lainnya yang jelas-jelas berbau Islam, maka A mengenalkan Islam dari sisi yang beraroma Kristen. Dan aku sangat antusias saat itu. Apalagi ia menyatakan bahwa jika Kristen lebih benar dari Islam, maka dia akan mengikuti agama Kristen. Kesempatan emas! Pikirku. A juga banyak bertanya tentang Bible, bahkan ia katakan telah tamat membaca Alkitab Perjanjian Baru sebanyak tiga kali! Aku pikir, orang ini benar-benar tertarik akan agama Kristen. Aku saja belum pernah membaca dari awal hingga akhir kitab tersebut secara berurutan. Aku semakin bersemangat saat itu. Banyak yang dia ketahui tentang Alkitab Kristen dan tentang Kristen. Ternyata sejak kecil ia bersekolah di sekolah Katholik dan mempelajari agama Katholik serta sejarahnya, dan ketika ia kuliah di UGM, ia juga terkadang berkunjung ke toko buku Kristen untuk membaca.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Namun, yang terjadi selanjutnya ternyata di luar dugaanku. A memang banyak tahu tentang agamaku, namun ia juga memiliki pengetahuan tentang Islam. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan berkaitan dengan agamaku, yang terkadang pertanyaan itu begitu mudah, namun aku sangat kesulitan menjawabnya. Diskusi-diskusi yang kami lakukan membuat kami menjadi dekat. Aku pun telah lulus kuliah dan bekerja. Begitu pula A, hanya saja dia bekerja di Jakarta. Namun, kami masih terus melanjutkan diskusi tentang agama Kristen yang telah kami lakukan sebelumnya. Ya… masih berlanjut seperti itu, pengenalan tentang agama Islam yang dilakukan dengan cara tidak langsung.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dari diskusi-diskusi itulah ia terkadang memasukkan sentilan Islam secara tidak langsung dan tidak aku sadari (karena pertanyaan dan hal-hal yang didiskusikan sebenarnya telah jelas jawabannya di Islam). Banyak bentrok di antara kami dalam diskusi tersebut. Kadang bahkan membuat aku marah, menangis, jengkel. Namun diskusi itu terus berlanjut. Masih ada rasa penasaran, jengkel dan marah yang berbaur menjadi satu. Namun… banyak sekali pertanyaan darinya yang tidak bisa aku jawab. Akhirnya A mengusulkan agar meminta pendeta yang ahli untuk diajak diskusi bersama. Wah!! Betapa senangnya aku mendengar sarannya itu. Orang ini benar-benar bersemangat belajar Kristen. Aku sangat berharap akhirnya nanti dia bisa beragama Kristen. Rasanya bahagia jika aku berhasil membuat ia mengikuti iman Kristen.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dengan sebab tersebut, aku mencari dan menghubungi pendeta yang terkenal, senior dan sangat berkualitas di Jogja. Sebut saja pendeta X. Aku berharap pendeta X dapat membantuku ‘memberi pelajaran’ tentang Kristen kepada A. Keluargaku pun ikut bersemangat dan sangat mendukung rencanaku ini. Saat itu, aku bersyukur bapak pendeta ini mau dan bersedia membantu rencanaku. Akhirnya, kami melakukan diskusi bertiga. Keadaannya saat itu, bukanlah sebagaimana seseorang yang ingin saling berdebat antar agama. Tidak. Kondisi saat itu, baik A maupun aku sama-sama sebagai orang yang belajar dan mencari kebenaran. Walaupun tidak ada pernyataan sebagaimana yang A lakukan bahwa jika Islam lebih benar aku akan mengikuti agamanya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Mulailah kami berdiskusi setiap pekan di hari Sabtu. Beberapa pertanyaan yang A ajukan antara lain adalah:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kapan dan bagaimana cara Yesus berpuasa? Mengapa orang Kristen tidak berpuasa?<br />
Tentang penghapusan hukum Taurat (Yesus menolak membasuh tangan sebelum masuk rumah).<br />
Benarkah kisah yang menceritakan Yesus berdoa dengan bersujud? Dan bagaimana orang Kristen berdoa saat ini? Dahulu, orang Yahudi termasuk Yesus dikhitan. Mengapa orang Kristen sekarang tidak? Pendeta menjawab, orang Kristen ada yang berkhitan tapi bukan untuk mengikuti hukum Tuhan (Taurat), tetapi untuk alasan kesehatan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Mengapa orang Kristen tidak mengenal najis? Padahal hal najis di Taurat lebih berat daripada hukum Islam. Pendeta menjawab, dalam Kristen hal itu tidak perlu karena di dalam tubuh kita juga ada najis.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Apakah surga itu bertingkat-tingkat menurut Kristen?<br />
Pendeta menjawab, “Tidak, dalam Kristen surga tidak bertingkat-tingkat.”<br />
Lalu kami bertanya, “Mengapa dalam injil dikatakan ada surga rendah dan surga tinggi?”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Terdapat ramalan dalam Alkitab tentang kedatangan anak manusia ‘Ia akan berada di perut bumi tiga hari tiga malam’ seperti kejadian nabi Yunus di dalam perut ikan. Siapakah dia?</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pendeta menjawab, “Jelas ramalan untuk Yesus setelah kematian di kayu salib dan dikubur di gua.”<br />
Akhirnya kami bertiga sama-sama menghitung. Dan berkali-kali, hasil perhitungan itu adalah dua hari dua malam atau maksimal adalah tiga hari dua malam dengan konsekuensi memasukkan hari minggu sebagai satu hari penuh, padahal minggu pagi –sebelum matahari terbit- , kubur Yesus telah kosong. Karena perhitungan tersebut tidak cocok dengan ramalan tiga hari tiga malam, pertanyaan tersebut ditunda untuk didiskusikan pekan berikutnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Saat kami datang pekan berikutnya, pendeta sudah memiliki jawaban, yaitu perhitungan hari orang Yahudi berbeda dengan kita.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Waktu itu kami tercengang, heran namun akhirnya tersenyum mengerti bahwa sebenarnya pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh sang pendeta. Padahal kejadian nabi Muhammad<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> di dalam gua selama tiga hari tiga malam mestinya lebih bisa menjawab ramalan tersebut.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ah, saudariku… sebenarnya masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang kami diskusikan saat itu. Kiranya ini cukup untuk menggambarkan diskusi yang terjadi saat itu. Pertanyaan-pertanyaan kami bukanlah pertanyaan yang berat yang berkaitan dengan akidah. Bukan tentang trinitas ataupun ketuhanan Yesus. Namun, itupun banyak yang tidak terjawab. Dan dalam diskusi ini, A tidak pernah mendebat dengan dalil-dalil Islam, Al-Qur’an dan hadits. Sehingga memang terkesan bahwa kami berdua sedang berguru kepada pendeta tersebut.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kami tidak pernah berdebat, menyalahkan atau mempermalukan beliau. Kami tetap hormat, dan pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan berkesan layaknya konfirmasi, “Apakah ini benar”, “Mengapa seperti ini”, dan semacamnya, kemudian menilai jawaban yang pendeta tersebut berikan. Dan jika kami tahu sebenarnya beliau tidak dapat menjawab pertanyaan kami, dan tampak jawabannya dipaksakan, tidak logis (seperti tentang ramalan tiga hari tiga malam), maka kami hanya tersenyum dan tidak memperpanjang pembahasan hal tersebut. Saat itu, pendeta tersebut menganjurkan agar kami membaca buku karangan seorang Pastor yang berjudul<em> Gelar-Gelar Yesus</em>. Namun, aku malah mendapati, si pengarang justru mengatakan bahwa di Alkitab tidak ada yang secara langsung menyebutkan bahwa Yesus itu Tuhan dan dia tidak pernah menyatakan diri sebagai Tuhan. Sehingga anjuran ini justru menjadi semakin menambah pertanyaanku dan memperbesar keraguanku akan iman Kristen.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Setelah diskusi berlangsung beberapa kali, pendeta tersebut minta maaf karena tidak bisa melanjutkan diskusi lagi karena akan pergi ke luar negeri selama beberapa waktu. Beliau merekomendasikan dua orang pendeta untuk menggantikan posisi beliau selama beliau tidak ada. Pendeta pertama adalah seorang yang dulunya beragama Islam namun keluar (murtad) dari agama Islam dan menjadi pendeta. Saat kami mendatangi rumah pendeta ini, dari pembicaraan dengannya terkesan bahwa beliau menolak dan menghindar dengan alasan yang tidak jelas. Pendeta kedua adalah seorang doktor teologia ahli perbandingan agama dan memiliki kedudukan yang cukup tinggi di sebuah universitas. Karena kesibukan dan kedudukan beliau inilah, kami agak kesulitan menemui beliau. Ketika akhirnya kami berhasil menemuinya, ternyata beliau keberatan dan tidak bersedia berdiskusi bersama kami dengan alasan sibuk. Pendeta kedua ini menyarankan agar kami kembali berdiskusi dengan pendeta X. Karena proses diskusi ini (yang tadinya aku berharap begitu banyak para pendeta ini dapat memberi pelajaran pada A) ternyata sedikit terhambat, akhirnya aku mendatangi pendeta X seorang diri. Aku menceritakan semua hal berkenaan dengan latar belakang diskusi ini dan aku memohon kepada beliau untuk membantuku meneruskan proses diskusi dengan A. Sayangnya… ternyata beliau menolak permintaanku dengan alasan yang tidak jelas –bahkan bisa dikatakan tanpa alasan-. Sebagaimana harapan besar lainnya – yang jika tertumpu pada seseorang namun ternyata tidak dipenuhi oleh orang tersebut-, maka kekecewaan yang besar pun kurasakan waktu itu. Ketika aku pamit pulang, pendeta tersebut masih sempat berpesan kepadaku,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“Apapun yang terjadi, jangan sampai kamu menikah dengan dia (A). Kalau dia tidak mau masuk agama Kristen, pertahankan imanmu (iman Kristen).”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Gundah, bingung, sedih, dan kekecewaan yang menumpuk, semua bergumul menjadi satu setelah mendapat berbagai penolakan dari pihak-pihak yang aku harapkan dapat membantuku memberi penjelasan tentang agama Kristen ini kepada A. Bahkan pihak-pihak ini adalah orang yang kuanggap pakar dan ahli sehingga dapat membantuku menjawab dan menjelaskan tentang agama Kristen kepada A. Aku pun merasakan sesuatu yang janggal dari pesan terakhir dari pendeta X. Aku simpulkan bahwa sebenarnya mereka tidak memiliki argumen dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan aku merasakan bahwa ada sesuatu yang kurang dari agama ini (Kristen).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sejak itulah, aku berusaha melihat dan menilai Islam dan Kristen sebagai dua agama yang sejajar kedudukannya, dan aku berusaha berada pada posisi netral seakan-akan sedang menjadi juri untuk keduanya. Berat dan tertekan. Itu yang aku rasakan ketika harus bergumul dan berusaha keras untuk melepaskan diri dari doktrin Kristen. Doktrin yang telah aku cintai sejak kecil dan telah kuikat secara sungguh-sungguh. Namun, dari sinilah aku mulai membuka diri dengan selain Kristen. Aku baru bisa mulai mempelajari seperti apa Islam sebenarnya. Kesan pertama yang kudapatkan dalam penilaianku adalah, ‘Apa yang jelek dari Islam? Kelihatannya ajarannya ok ok saja.’ Sambil melakukan ini, aku tetap terus membaca Alkitab Kristen.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Suatu ketika, A mengajukan suatu ayat dalam Alkitab yang mengatakan, ”Jangan sampai kita sudah setiap hari menyeru ‘Tuhan-Tuhan,’ tetapi tidak selamat seperti yang tertulis dalam Injil.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kata-kata ini terpatri dalam benakku. Malam harinya, aku mencari ayat itu dalam Alkitab dan menemukannya, yaitu pada Matius 7:21, yang isinya, <em>“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-ku yang di sorga.”</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Aku termenung seakan-akan tak percaya yang aku baca. Perlahan-lahan ‘ku tutup Alkitab yang sedang kubaca tersebut.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Keesokan harinya dan hari-hari sesudahnya terasa seperti hari penuh perenungan untuk pikiran dan benakku. Walaupun aku (berusaha) beraktifitas seperti biasa, namun pikiranku tidak tenang memikirkan ayat tersebut. Untuk meyakinkan diriku, ‘ku baca kembali ayat tersebut berulang-ulang, namun ternyata aku justru menjadi ketakutan setelah memikirkan makna yang terkandung di dalamnya. Sepertinya ayat ini sangat berkaitan dengan apa yang telah aku lakukan selama ini, dan aku takut ternyata aku termasuk yang pada akhirnya tidak masuk surga. Jangan-jangan apa yang kulakukan selama ini walaupun dengan kecintaan dan kesungguhan dan penuh perjuangan adalah hal sia-sia.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sejak itu, aku mulai tertarik dengan Islam dan menjadikannya alternatif pengganti agamaku. Aku mulai bekerja di luar kota Yogyakarta di sebuah Puskesmas di Banjarnegara. Sendirian… tanpa sanak saudara ataupun teman dekat dan sahabat yang dapat kuajak diskusi tentang Islam. Aku belajar tentang Islam dari pengajian-pengajian masjid di desa yang terdengar dari pengeras suara atau acara desa dan kecamatan yang biasanya terdapat sentilan tentang ajaran Islam. Dan tentu saja tak ketinggalan, aku belajar dari diskusi yang sangat sangat banyak dengan A.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sampai pada akhirnya, A menawarkanku untuk masuk Islam, dan akupun menyetujuinya walaupun tidak langsung melaksanakannya. Aku masih terus berdiskusi, belajar dan berpikir sehingga aku benar-benar merasa yakin dan mantap untuk memeluk agama Islam. Dan ketika keyakinan ini bertambah kuat, aku merasa ada kebutuhan mendesak yang harus kulakukan, yaitu aktifitas menyembah Allah. Rasanya keyakinanku akan sia-sia dan terasa hampa jika tidak ada aktifitas ibadah yang harus aku lakukan untuk menyembah Allah. Namun, aku sama sekali belum bisa cara beribadah yang ada pada Islam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dengan melihat orang sholat di televisi dan memperhatikan teman sholat, akhirnya aku berusaha meniru gerakan sholat. Tentu saja segala sesuatunya masih kacau saat itu. Dengan hanya memakai piyama tidur (tanpa tahu ada aturan harus menutup seluruh aurat saat shalat) menggelar selimut untuk dijadikan sajadah, dan berdiri tidak mengetahui harus menghadap kemana, aku sholat. Ya! Aku sholat! Hanya dengan tiga kalimat yang aku ketahui, bismillahirrahmanirrahim, allahu akbar, dan alhamdulillah dan dengan gerakan yang tanpa urutan dan aturan. Rasanya melegakan karena aku melepaskan keinginan untuk menyembah satu Ilah dan hanya Ilah inilah yang harus aku sembah. Aku lakukan ini berkali-kali tanpa diketahui oleh siapapun. Aku masih belum mengetahui tentang pembagian sholat yang lima waktu. Aku masih sendirian saat itu, menjadi kepala Puskesmas, dan aku pun masih merahasiakan statusku dari siapapun termasuk staf di kantor bahkan Si A tidak tahu kalau aku melakukan sholat karena aku masih malu, takut dan masih menutup diri. Sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengajariku.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sampailah waktunya…<br />
Aku dan A memberanikan diri datang kepada orangtuaku. Di situ, A mengutarakan keinginanku untuk memeluk agama Islam kepada orangtuaku. Dapat dibayangkan apa yang terjadi. Kekagetan luar biasa, marah, tidak percaya mengelegak keluar. Orangtua memintaku mengutarakan sendiri hal tersebut, dan aku pun mengatakan hal yang sama, “Aku ingin masuk Islam.” Mereka tetap tidak percaya dan memintaku memikirkannya kembali. Aku kembali ke Banjarnegara dan A juga kembali ke Jakarta tempat ia bekerja.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Beberapa waktu kemudian, Bapak, Ibu dan adikku menemuiku di Banjarnegara. Menanyakan kembali keputusan akhirku. Saat itu, aku meminta A menemaniku, karena aku dalam kondisi sangat takut dan kalut. Jawabanku pun tetap sama, “Aku ingin masuk Islam.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Betapa orangtuaku marah mendengarnya. Sebuah kemarahan yang aku belum pernah menyaksikan sebelumnya. Ibu berkata, “APA KAMU SANGGUP MENGHIANATI YESUS!!! TEGANYA ENGKAU DENGAN YESUS!!!”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasanya hatiku teriris mendengar teriakan marah dan kekecewaan yang luar biasa dari kedua orangtuaku tersebut. Aku pun memahami jika akan seperti ini, karena seluruh keluarga besar beragama Kristen dan hampir seluruhnya adalah aktivis-aktivis gereja, sering berkhotbah di gereja. Tidak ada satupun yang beragama lain. Dan… aku yang diperkirakan juga akan mengabdi dengan sesungguhnya pada agama Kristen ternyata menjadi orang pertama yang masuk ke agama Islam. Tentu ini hal yang sangat berat terutama untuk kedua orangtuaku. Anggapan-anggapan negatif baik dari pihak keluarga, jemaat gereja, keluarga besar lainnya tentu akan datang bertubi-tubi menekan mereka. Dengan keputusanku yang tidak berubah ini, akhirnya hubunganku dengan keluarga menjadi agak renggang.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Derai air mata sejak itu masih terus mengalir. Aku sempat ragu ketika mengingat perkataan ibuku,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“Sanggupkah engkau mengkhianati Yesus.”<br />
“Tegakah pada Tuhan Yesus.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pikiranku terus berkecamuk, ‘Benarkah itu? Benarkah aku harus menyembah Yesus? Benarkah jika aku memeluk Islam, Yesus akan marah?’ Berkutat pada kebimbangan antara perkataan orangtuaku dan apa yang telah kupelajari dalam Islam. Dalam puncak kebingunganku, aku bermimpi…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Aku hendak pergi tidur. Tiba-tiba… terdengar ketukan dari jendela kayu yang bersebelahan dengan tempat tidurku. Kubuka jendela tersebut dan aku kaget karena ternyata di depanku ada sesosok Yesus (wajahnya memang tidak jelas, namun berjubah dan dalam mimpi itu aku dipahamkan bahwa itu adalah Yesus). Sosok itu tidak berbicara apa-apa namun tampak seperti tersenyum, tidak marah dan mengulurkan tangannya (seperti) hendak menyalamiku. Sosok tersebut tidak berbicara namun aku dipahamkan bahwa maksud beliau adalah mengucapkan selamat kepadaku. Setelah itu sosok tersebut berlalu.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Aku pun terbangun dalam keadaan bingung dan takut. ‘Apa maksud mimpi ini?’ pikirku. Apakah ini suatu tanda bahwa pilihanku benar.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Waktupun berlalu dan aku semakin mengokohkan keputusanku untuk memeluk agama Islam. A yang hampir selalu hadir dalam perjalananku menggapai hidayah Islam ini akhirnya melamarku. Alhamdulillah… akhirnya orangtuaku pun mengizinkan kami menikah. Hubungan kami dengan keluargaku sudah baik kembali sampai saat ini. Kami menikah dengan wali dari KUA. Rasa haru dan bahagia menyelimutiku saat itu. Setelah menikah, aku langsung minta dibelikan mukena dan minta diajarkan shalat. Dan A terus mendampingiku dan mengajarkanku shalat lima waktu. Sampai aku telah dapat melakukan shalat sendiri, A baru bisa menjalankan kewajibannya untuk shalat di masjid.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Perjalananku dalam memahami Islam tentu saja tidak berhenti sampai di situ. Setelah lima tahun sejak aku masuk ke dalam agama Islam, aku melanjutkan studi S2 di FK UGM, jurusan Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis (minat Histologi dan Biologi Sel) dan aku seperti tersentak untuk kedua kalinya. Aku baru menyadari dan memahami betapa Allah mengatur segala sistem dalam tubuh kita dengan begitu rapi, canggih, teratur, beralasan dan sempurna sampai ke tahap molekuler, tanpa kita sadari. Aku banyak termenung saat menyadari hal itu, namun juga menjadikanku banyak bertanya kepada dosen pakar saat itu. Subhanallah, Dia-lah pencipta, pengatur, pemelihara yang sedemikian rupa rumitnya. Dan tidak mungkin semua itu berjalan, berproses dan bermekanisme dengan sendirinya. Mulai saat itulah aku lebih terpacu lagi untuk belajar dengan membaca dan memahami Al-Qur’an.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan proses belajar itu terus berlangsung sampai sekarang. Dahulu aku telah mengetahui bahwa Allah-lah, Ilah yang disembah dalam agama Islam. Namun, perlu waktu bertahun-tahun untuk aku memahami bahwa hanya Allah-lah Ilah yang BERHAK untuk disembah. Dan pemahaman ini ternyata suatu perkembangan, semakin kita belajar mengenal Rabb kita, insya Allah semakin bertambahlah pemahaman dan ketauhidan kita, dan akan semakin sadar bahwa masih banyak sekali hal yang tidak kita ketahui. Dari proses pembelajaran inilah aku semakin memahami siapakah Allah yang selama ini aku sembah, mengapa hanya Allah yang harus aku sembah. Kini aku sedikit lebih paham (karena masih banyak hal yang belum aku pahami), tentang kekuatan rububiyah Allah (sebagai pencipta, yang berkuasa) yang melazimkan bahwa hanya Dia-lah yang berhak disembah dan mengapa aku tidak boleh mempersekutukan-Nya karena jika aku melakukan kesyirikan maka ia akan menjadi dosa yang tak terampuni (jika tidak bertaubat).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Saudariku… agama Islam terlalu tinggi, canggih dan terlalu sempurna, dengan konsepnya yang sangat jelas, sehingga agama-agama lain menjadi sangat lemah untuk menjadi pembandingnya, termasuk agama Kristen yang aku anut dahulu.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Kisah di atas diceritakan langsung oleh Erlina kepada redaksi Muslimah.or.id, dan redaksi KisahMuslim.com juga mengenal Erlina. Semoga Allah menjaga hamba-hamba-Nya yang beriman…</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Artikel <a href="http://kisahmuslim.com/mualaf-masuk-islam/" target="_blank">KisahMuslim.com</a> dan dipublikasikan kembali oleh <a href="http://salafiyunpad.wordpress.com/" target="_blank">salafiyunpad.wordpress.com</a> dan <a href="http://bestabuabdullah.blogspot.com/">bestabuabdullah.blogspot.com</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-90196479408849242952011-08-03T00:34:00.000-07:002011-08-03T00:34:39.566-07:00AWAS… YAYASAN AGAMA SYI’AH DI SEKITAR ANDA!!!<h1 class="single-title" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">AWAS… YAYASAN AGAMA SYI’AH DI SEKITAR ANDA!!!</span></h1><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Bagi Anda yang ingin mengetahui tentang kesesatan agama Syi’ah, silakan kunjungi website berikut: <span style="color: red;"><strong><a href="http://hakekat.com/" target="_blank">HAKEKAT.COM</a> </strong><span style="color: black;">dan <strong><a href="http://www.gensyiah.com/" target="_blank">GENSYIAH.COM</a></strong></span></span></span></span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-huEN4fQbH5I/Tjj56YVSIZI/AAAAAAAAAYM/cO71WsJr0H4/s1600/aqidah-syiah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-huEN4fQbH5I/Tjj56YVSIZI/AAAAAAAAAYM/cO71WsJr0H4/s1600/aqidah-syiah.jpg" /></a></div><br />
<div style="text-align: center;">=====</div><strong><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">DAFTAR YAYASAN AGAMA SYI’AH DI NUSANTARA</span></span></strong><br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="3" class="MsoNormalTable" style="background: none repeat scroll 0pt 50% white; width: 515px;"><tbody>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"> <div class="MsoNormal" style="margin: 0pt;"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Fatimah</span></div></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">JL. Batu Ampar III No.14 Condet Jakarta Timur, 13520</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Tazkia Sejati</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Patra Kuningan IX No.6 Kuningan Jakarta Selatan</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Mahdi</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jakarta</span><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;"> Utara</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Muntazar</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Komp Taman Kota Blok E7/43 Kembangan Utara, Jakarta Barat</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Madina Ilmu</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Sawangan, Parung, Depok</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Shaf Muslimin Indonesia </span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Cawang</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">IPABI</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Bogor</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Insan Cita Prakarsa</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Lontar 4 No.9 Menteng Atas Jaksel</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Islamic Center Jakarta Al Huda</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Tebet Barat II No 8, Tebet,Jaksel, Indonesia 12810</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Asshodiq</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Penggilingan No 16 A, RT01/07 Jakarta Timur</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Pengajian Ummu Abiha (HJ Andriyanti)</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Pondok Hijau VI No.26 Pondok Indah Jakarta Selatan 12310</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Pengajian Al Bathul (Farida Assegaf)</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Clilitan Kecil, Jaksel</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Babul Ilmi</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Taman Karmila, Blok F3/15 Jatiwaringin Asri, Pondok Gede</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Pengajian Haurah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Kampus I Sawangan Depok</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">MPII</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Condet Raya 14 condet Jaktim 13520</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">FAHMI (Forum Alumni HMI) Depok </span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Fatimah 323 Depok</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Azzahra</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Dewi Sartika Gg.Hj.M.Zen No 17, RT.007/05,Cawang 3, Jakarta Timur</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yaysan Al Jawad</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Gegerkalong Girang, No 92 Bandung 40015</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Muttahhari</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Kampus II No 32 Kebaktian Kiaracondong 40282</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Majlis Taklim Al Idrus</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Rt 04/01 Cipaisan, Purwakarta</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Fatimah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Kartini Raya No 11/13, Cirebon 45123</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Kadzim</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><br />
</td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Baro’ah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Gg Lenggang IV-66 Blok H, Bumi Resik Panglayungan, Tasikmalaya 46134 Jabar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan 10 Muharrom</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">JL Chincona 7 Pangalengan Bandung</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Majlis Ta’lim Annur</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Otista No 21 Tangerang Jabar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan As Shodiq</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Plesiran 44 Bandung 40132</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">IPABI</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">PO</span><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;"> BOX 509 Bogor Jabar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan As Salam</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Raya Maja Utama 25 Majalengka Jabar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">YAYASAN Al Mukarromah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Cimuncang No 79 Bandung Jabar</span><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Kebun Gedang 80 Bandung 40274 Jabar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">MT Al Jawad</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Raya Timur No 321 Singaparna Tasikmalaya Jabar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan al Mujtaba </span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Walangi No 82 Kaum Purwakarta Jabar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Saifik</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Setiabudi Blok 110 No 11A/166 D Bandung, Jawa Barat</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Ishlah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">DRS Ahmad M.Ag<br />
Jl Pasar Kramat No 242 Ps Minggu Cirebon, Jabar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al-Aqilah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Eksekusi EV No. 8 Komp. </span><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Pengayoman, Tangerang 15118<br />
Banten – Indonesia</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Dar Taqrib</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl KH Yasin 31A PO BOX 218 Jepara Jawa Tengah</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Al Hadi</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Pekalongan 51123 , PO BOX 88, </span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Amin </span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Giri Mukti Timur II/1003/20, Semarang Jawa Tengah</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Khoirat</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Pramuka 45, RT 05/06 Bangsri Jepara Demak Jateng Desa Prampelan, Rt 02/04 No 50 Kec Sayung, Jateng</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Wahdah </span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Metrodanan, 1/1 no 81 Ps Kliwon, Solo Jateng</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Rausan Fikr (Safwan)</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Kaliurang Km 6, Gg Pandega Reksa No 1B Yogyakarta</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Mawaddah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Baru I Panaruban, Rt 02/03 Weleri, Kendal Jateng</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Mujtaba (BP Arman)</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Pasar I/59, Wonosobo Jateng</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Safinatunnajah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Pahlawan, Wiropati 261, Desa Pancur wening Wonosobo Jateng</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Mahdi</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Jambu No.10, Balung, Jember Jawa Timur 68161</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Majlis T’lim Al Alawi</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Cokroaminoto III/254, Probolinggo Jawa Timur </span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Muhibbiin</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Kh Hasan No.8, Probolinggo, Jawa Timur</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Attaqi</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Kedai Hijau, Jl. RA Kartini No.7 Pandaan Pasuruan Jatim</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Azzhra</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Sidomulyo II No 38, Bululawang Malang Jawa Timur</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Ja’far Asshodiq</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl KH Asy’ari II/1003/20 Bondowoso Jawa Timur 68217</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Yasin</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Wonokusumo Kulon GG 1/No.2 Surabaya</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Itrah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">PO</span><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;"> BOX 2112, Jember Jawa Timur</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yapisma</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Pulusari I/30, Blimbing, Malang Jawa Timur</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Hujjah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jalan Sriwijaya XXX/5 Jember</span><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jawa Timur</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Kautsar</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl.Arif Margono 23 A, Malang Jawa Timur</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">YAPI</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Pandaan Bangil, Kenep Beji, Pasuruan Jatim</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan AL Hasyim</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Menur III/25A Surabaya</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Qoim</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Sermah Abdurrahman No 43, Probolinggo Jawa Timur</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">FAJAR</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><br />
</td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Al-Iffah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Trunojoyo IX / 17 Jember</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan BabIlm </span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. KH. Wahid Hasyim 55 Jember 68137. Jawa – Timur Telpon : 0331-483147 PO. BOX : 232</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan al-Kisa’</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Taeuku Umar Gg. Sesapi No. 1 Denpasar Bali</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Al-Hasyimi</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Toko al-Kaf Nawir Jl. Selaparang 86 Cakranegara Lombok</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Islah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Kopm Panakkukang Mas II Bloc C1/1 Makasar 90324</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Paradigma</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Sultan Alaudin no 4/lr 6</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Fikratul Hikmah</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Sukaria I No 4 Makasar 90222</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Sadra</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Makasar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Pinisi</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">JL Pontiku, Makassar, Sulsel </span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan LSII</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">JL Veteran Selatan, Lorong 40 No 60 Makasar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Lentera</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. InspeksiPam No. 15 Makassar</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Nurtsaqolain</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Jendral Sudirman No 36APalopo Sulsel Belakang Hotel Buana</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yas Shibtain</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Rumah Sakit no 7 Tanjung Pinang Kep Riau</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Hakim</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Pusat Perbelanjaan Prinsewu, Bolk B Lt2, Lampung Selatan 35373</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Pintu Ilmu</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Kenten Permai, Ruko Kentan Permai No.7 Palembang 30114</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Bayan</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Dr. M. Isa 132/795 Rt 22/8 Ilir Palembang</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Ulul Albab</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Air Bersih 24 D Kutabelang Loksumawe Aceh</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Amali</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Rajawali. Komp. Rajawali I No. 7 Medan 20122</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Kumail</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Punai 2 No. 26 Kuto Batu Palembang</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Al Muntadzar</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl Al Kahoi II no 80, Samarinda Kalimantan Selatan</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Yayasan Arridho</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl A Yani KM 6-7 No 59 Banjarmasin Kalimantan Selatan</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Us Ali Ridho Alatas</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Jl. Sungai Ampal No.10 Rt43/15 Sumberjo, Balikpapan, Kalimantan Timur</span></td> </tr>
<tr> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 177.25pt;" valign="top" width="236"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Madrasah Nurul Iman</span></td> <td style="background-color: transparent; border: medium none rgb(236, 233, 216); padding: 3pt; width: 253.35pt;" valign="top" width="338"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt;">Selat Segawin, remu Selatan No 2 Sorong Irian Jaya</span></td> </tr>
</tbody> </table><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sumber: Yayasan Fatimah</span></span>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-41120136974070500212011-08-03T00:28:00.000-07:002011-08-03T00:28:40.906-07:00WALHAMDULILLAH, PERNYATAAN RESMI TENTANG RUJU’-NYA UST. JA’FAR UMAR THALIB hafizhohullah<h1 class="single-title" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">WALHAMDULILLAH, PERNYATAAN RESMI TENTANG RUJU’-NYA UST. JA’FAR UMAR THALIB hafizhohullah</span></h1><div style="text-align: justify;">Alhamdulillah, segala puji hanyalah bagi Allah Rabbul Alamin. Akhirnya, keluar juga pernyataan resmi dari Al-Ustadz Ja’far Umar Thalib tentang ruju’nya beliau dari beberapa kesalahan yang telah beliau lalukan dahulu. Dan apa yang beliau sampaikan dalam pernyataan ini, alhamdulillah SAMA dengan apa yang diberitakan oleh Al-Ustadz Abdullah bin Taslim, Lc. kepada ana, ketika Ustadz Taslim ziaroh ke Bandung akhir Juli 2008 lalu. bahkan ust. Taslim klo ga salah sempat menjamu/ mengundang ust. Ja’far dikediamannya di Madinah waktu itu. Dan kita mengambil zhahir dari penyataan ust. Ja’far tentang ruju’nya beliau dari kesalahan-kesalahannya. semoga Allah senantiasa memberkahi dakwah Ahlu Sunnah di Nusantara ini, memberikan hidayahnya kepada kita semua, juga mengampuni segala kesalahan kita.</div><div> </div><div style="text-align: justify;">Kita berdo’a kepada Allah, semoga hal ini menjadi salah satu sebab terjadinya persatuan di kalangan Salafiyin Indonesia seperti dahulu kala. Amin.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Berikut pernyataan resmi Al-ustadz Ja’far Umar Thalib tentang ruju’nya beliau dari kesalahan-kesalahanya.<span id="more-553"></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Sifat yang paling menonjol pada da’wah Salafiyah adalah bimbingan Ulama’ Ahlus Sunnah wal Jamaah terhadapnya. Sejak pertama kali saya memandu dan menumbuh kembangkan da’wah Salafiyah di Indonesia (sejak Januari 1990), selalu saja Allah Ta`ala memudahkan saya untuk berkomunikasi dengan para Ulama’ di berbagai negeri Islam. Pertama saya berhubungan dengan As-Syaikh Al-Allamah Ihsan Ilahi Dhahir di Lahore Pakistan pada tahun 1986, kemudian pada tahun 1987 saya mengenal As-Syaikh Al-Allamah Badi’uddin As-Sindi di Karachi. Selanjutnya saya mengenal As-As-Syaikh Al-Allamah Jamilur Rahman di Kunar Afghanistan pada tahun 1988. Beliau semuanya adalah para Ulama’ Ahli Hadits / Ahlus Sunnah di Pakistan dan Afghanistan, dan beliau semuanya telah wafat, semoga Allah merahmati mereka dan melimpahkan maghfirah-Nya. <em>Amin ya Mujibas sa’ilin</em>.<span> </span>Dari beliau bertiga saya mulai mengenal nama-nama para Ulama’ Ahlus Sunnah yang masih hidup di masa itu. Yaitu Al-Imam Abdul Aziz bin Baz (di Saudi Arabia), Al-Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani (di Yordania), Al-Imam Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (di Saudi Arabia), Al-Imam Muqbil bin Hadi Al-Wadi’ie (di Yaman). </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Pada tahun 1990 saya diberi kesempatan oleh Allah untuk berkunjung ke Yaman dan langsung berjumpa pertama kali dengan As-Syaikh Al-Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’ie di kota San’a dan selanjutnya di desa Dammaj Sha’dah. Semua beliau para Ulama’ yang disebutkan di atas telah wafat, semoga Allah merahmati mereka dan melimpahkan kepada mereka maghfirah-Nya. <em>Amin ya Mujibas sa’ilin</em>. Hanya saja Allah Ta`ala tidak menaqdirkan untuk saya berjumpa dengan As-Syaikh Al-Albani sampai beliau wafat. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Setelah itu saya terus berkecimpung dalam kegiatan da’wah Salafiyah dan terus-menerus saya berkonsultasi serta menghadiri berbagai majlis Ilmu para Ulama’ tersebut. Kemudian dari majlis As-Syaikh Al-Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’ie, saya mulai mendengar nama para Ulama’ Ahli Hadits lainnya, yaitu As-Syaikh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad, As-Syaikh Al-Allamah Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, As-Syaikh Al-Allamah<span> </span>Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali, As-Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Hadi Al-Madkhali, As-Syaikh Shalih As-Suhaimi, As-Syaikh Ubaid Al-Jabiri, As-Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili. Sehingga pada tahun 1991 saya diberi kesempatan oleh Allah untuk berkunjung ke Saudi Arabia dan saya gunakan kesempatan ini untuk berkeliling mengunjungi para Ulama tersebut serta mengambil manfaat ilmu dari majlis-majlis mereka. Beliau-beliau yang disebutkan terakhir <em>alhamdulillah</em> masih tetap hidup sampai saat artikel ini ditulis. Semoga Allah tetap memelihara dan membimbing mereka di jalan-Nya. <em>Amin ya Mujibas Sa’ilin</em>. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Dari majlis para Ulama’ tersebut saya mulai mengenal para Ulama’ Ahli Hadits lainnya, yaitu As-Syaikh Al-Allamah Abdul Aziz Aalu Syaikh,<span> </span>As-Syaikh Abdullah bin Jibrin, As-Syaikh Bakr Abu Zaid, As-Syaikh Al-Allamah Muhammad Aman Al-Jami. Kedua Ulama’ yang disebutkan terakhir telah wafat. Semoga rahmat Allah dilimpahkan kepada mereka dan semoga maghfirah-Nya senantiasa meliputi mereka. <em>Amin ya Mujibas sa’ilin</em>. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Setelah itu setiap tahun saya diberi oleh Allah kesempatan untuk berkunjung ke Saudi Arabia dan Yaman, sehingga berkesempatan untuk mengambil faidah ilmu dari majlis para Ulama’ tersebut. Demikian terus berlangsung sampai tahun 2001 ketika saya memimpin Jihad Fi Sabilillah di Maluku dan Poso Sulawesi Tengah. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Kemudian mulailah masuk laporan serba negatif kepada para Ulama’ tentang kiprah saya di medan Jihad Fi Sabilillah, yaitu berkenaan dengan berbagai kesalahan dan kekeliruan yang saya lakukan padanya. Maka dengan taqdir Allah yang Maha Adil dan HikmahNYA yang Maha Sempurna, laporan tentang berbagai kekeliruan dan kekhilafan saya itu membikin marah As-Syaikh Al-Allamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali dan beliaupun mengeluarkan maklumat berisi anjuran kepada saya untuk segera menghentikan aktifitas Jihad Fi Sabilillah dan membubarkan Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah. Sehingga pada tgl. 7 Oktober 2002, saya nyatakan pembubaran Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah serta pembubaran organisasi Forum Komunikasi Ahlus Sunnah wal Jamaah (FKAWJ). </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 8pt;"> </span></strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><h1 style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">PEMUTUSAN HUBUNGAN ULAMA’</span></h1><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Dengan pembubaran LJ dan FKAWJ, rupanya tidak menghentikan santernya arus berita negatif tentang Ja’far Umar Thalib yang dilaporkan kepada para Ulama’, khususnya kepada As-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali. Lebih-lebih setelah peristiwa pembubaran itu saya hanya memfokuskan perhatian saya kepada pondok pesantren Ihya’ As-Sunnah Yogyakarta. Sejak itu saya tidak lagi menelpon para Ulama’ karena memang tidak bisa <em>nyambung</em> setiap usaha untuk itu dan saya tidak ditaqdirkan oleh Allah untuk tidak bisa berkunjung ke Saudi Arabia. Sehingga benar-benar terputuslah hubungan saya<span> </span>dengan para Ulama’ yang masih hidup dan saya pun akhirnya untuk sementara mencukupkan diri dengan bimbingan para Ulama’ yang telah wafat melalui kitab-kitab karya warisan peninggalan mereka. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Lebih seru lagi berita negatif tentang Ja’far Umar Thalib itu, di saat saya hadir dalam acara <em>Dzikir Bersama</em> yang diadakan oleh saudara Muhammad Arifin Ilham bersama para tokoh <em>Sufi </em>(yakni tokoh pengamal ilmu <em>Tasawwuf</em>) dan bahkan tokoh-tokoh <em>Kuburi</em> (yakni tokoh-tokoh penganjur perbuatan syirik dengan mengkeramatkan kuburan orang yang dianggap wali Allah). Ja’far Umar Thalib semakin dianggap telah keluar dari <em>Manhaj Salaf</em> (yakni pemahaman dan pengamalan agama para <em>Salafus Shalih</em>). Apalagi Ja’far Umar Thalib menulis dua artikel di majalah SALAFY edisi tiga dan empat yang menerangkan alasan ilmiah mengapa ikut hadir di acara <em>Dzikir Bersama</em> itu. Maka Ja’far Umar Thalib dianggap telah bergabung dengan aliran <em>Sufi</em> dan meninggalkan <em>Manhaj Salaf</em>. Begitulah terus berlangsung pemberitaan tentang Ja’far Umar Thalib di kalangan <em>Salafiyyin</em> (yakni para penganut <em>Manhaj Salafus Shaleh</em>)<em> </em>di berbagai negeri di dunia, baik kalangan Ulama’nya ataupun kalangan Thullabul ilminya (yakni kalangan pelajar penuntut ilmu agama). Berbagai berita yang beredar itu ada saja yang sampai ke telinga saya dan saya menyikapinya dengan hanya berdoa dan berdoa kepada Allah Ta`ala. Semoga Allah memberi kesempatan kepada saya untuk bertemu As-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali sebelum saya mati ataupun sebelum As-Syaikh Rabi’ wafat. Dan saya terus berdawah dan mendidik ummat dengan <em>Manhaj Salafus Shalih</em> di berbagai acara pengajian di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saya terus berusaha membekali Ummat Islam dengan ilmu <em>Al-Qur’an </em>dan<em> As-Sunnah. </em>Juga<span> </span>saya terus berusaha membentengi Ummat Islam dari bahaya kerusakan agama mereka, dengan memerangi segala penyelewengan dari pemahaman yang benar tentang agama Allah Ta’ala. Penyelewengan itu dalam bentuk pemahaman Pluralisme, Thariqat Sufiyah, Khawarij, dan berbagai bentuk gerakan hizbiyyah. Saya juga terus berusaha menerbitkan majalah SALAFY (media cetak) dan menayangkan website http://alghuroba.org (di internet). Dan berbagai fasilitas media lainnya, saya gunakan untuk terus mengkampanyekan berbagai materi Da’wah Salafiyah ini. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong><span style="font-size: 8pt;"> </span></strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><h1 style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">DAPAT KESEMPATAN UMRAH KE MAKKAH</span></h1><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Setelah berulang kali saya gagal dalam usaha untuk berangkat ke Saudi Arabia, akhirnya Allah Ta’ala menaqdirkan, untuk saya dapat berangkat ke Saudi Arabia pada tanggal 6 Mei 2008. Saya sampai di Makkah dengan niat menunaikan ibadah Umrah di Ka’bah Baitullah Al-Mukarram. Allah Ta’ala memudahkan segenap perjalanan ibadah Umrah saya. Semoga Allah menerima amalan Umrah tersebut. <em>Amin ya Mujibas sa’ilin</em>.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Di saat saya berada di Masjidil Haram Makkah, Allah Ta’ala memberi kesempatan kepada saya untuk berdoa di setiap tempat yang disunnahkan untuk berdoa padanya. Terutama di Multazam, yaitu tempat antara Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah dimana tempat tersebut adalah tempat yang amat didengar doa setiap hamba Allah oleh-NYA<span> </span>dan dikabulkan. Di tempat itu saya berdoa, ya Allah beri saya kemudahan untuk dapat bertemu dengan As-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali dan berkahilah pertemuan kami itu.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Maka dengan Pertolongan Allah Ta’ala dan kemudian dengan pertolongan beberapa ikhwan Salafiyyin di kota Jeddah, akhirnya pada tanggal 10 Mei 2008 saya bertemu As-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali di rumah kediaman beliau di komplek perumahan Awali Makkah. Tampak beliau lebih tua dibanding pertemuan saya dengannya tujuh tahun yang lalu. Setelah salam dan saling menanyakan kabar, langsung saja teman Salafi yang membawa kami dari Jeddah (yaitu As-Syaikh Ahmad Al-Ghamidi), memperkenalkan kami dengan beliau. Dan tampaknya beliau telah lupa dengan saya sehingga beliau baru ingat kalau saya adalah Ja’far Umar Thalib yang memimpin Jihad Fi Sabilillah di Maluku dan di Poso. Begitu beliau mengetahui bahwa yang datang ini adalah orang yang selalu diberitakan dan dilaporkan kepada beliau, langsung saja beliau bertanya kepada saya: “Apa yang kamu inginkan dari saya?” Maka sayapun langsung menjawab: “Saya ingin mempertanyakan apa yang antum nyatakan tentang saya bahwa saya telah antum hukumi keluar dari manhaj Salaf.” Demi mendengar pernyataan saya itu langsung beliau nyatakan: “Saya tidak akan memutuskan apa yang kalian perselisihkan kecuali kalau kedua belah pihak dari kalian telah berkumpul di hadapan saya. Hanya saja saya nasehatkan kamu untuk kembali bergabung dengan salafiyyin di Indonesia. Bukan sebagai pemimpin mereka, akan tetapi kamu menjadi sebagian dari mereka.”</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Nasehat beliau langsung saya sambut dengan pernyataan: ‘Wahai Syaikh Rabi’, sesungguhnya sekarang ini tidak ada lagi perkara kepemimpinan. Namun saya ingin mendapat keterangan dan nasehat dari antum tentang mengapa saya dianggap keluar dari manhaj Salaf dan apa nasehat antum untuk saya agar saya dapat memperbaiki kekeliruan saya?” As-Syaikh Rabi’ langsung menjawab: “Saya menganggap kamu keluar dari manhaj Salaf, karena kamu:</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 8pt;"><span>1.<span> </span></span></span><span style="font-size: 8pt;">Menulis surat bantahan terhadap nasehat yang telah saya berikan berkenaan dengan kekeliruan kamu dalam memimpin jihad. Dari suratmu itu saya mendapati bahwa kamu bukanlah Ja’far Umar Thalib yang dulu. Karena tampak dari suratmu itu bahwa kamu telah bersikap tidak sopan kepada Ulama’. </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 8pt;"><span>2.<span> </span></span></span><span style="font-size: 8pt;">Kamu memutuskan hubungan dengan Ulama’.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 8pt;"><span>3.<span> </span></span></span><span style="font-size: 8pt;">Kamu menggelari saudara-saudara kamu dari kalangan Salafiyyin dengan gelar yang jelek.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Karena itu saya nasehatkan kepadamu agar kamu meninggalkan arena politik praktis. Sebab dengan terlibat dalam arena politik itu kamu terlalaikan dari kemestian da’wah Salafiyah. As-Syaikh Al-Allamah Muhammad Amin As-Syanqithi <em>rahimahullah</em> menyatakan: “Politik gaya demokratisme itu adalah anak perempuannya anjing. Maka jangan kamu memasuki arena politik praktis itu.” Juga saya nasehatkan kepadamu untuk kamu bertaqwa kepada Allah dalam menjalankan kegiatan Da’wah dan ikhlaskanlah amalanmu itu hanya untuk Allah. Saya nasehatkan kepadamu agar engkau menulis berbagai kesalahanmu untuk kemudian kamu bertaubat kepada Allah Ta’ala dari berbagai kesalahan itu. Saya menasehatkan kepadamu agar kamu berupaya sungguh-sungguh untuk membangun semangat saling mencinta di antara kamu dengan saudara-saudaramu kalangan Salafiyyin. Upayakanlah untuk kamu kembali dalam suasana saling tolong menolong dengan mereka dalam rangka kebaikan dan ketaqwaan. Jauhkanlah berbagai sebab yang mengarah kepada perselisihan dan perpecahan di kalangan kalian. Karena perpecahan dan permusuhan diantara kalian itu telah melemahkan Da’wah Salafiyah di Indonesia. Allah Ta’ala berfirman:</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Dan janganlah kalian bertikai di antara kalian, karena pertikaian itu akan menjadikan kalian kalah dari musuh kalian dan akan menghilangkan kekuatan kalian.” (<strong>Al-Anfal:</strong> 46)</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"><span> </span></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Demikian As-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali <em>hafidhahullah</em> menasehati saya bagaikan Bapak yang menasehati anaknya. Beliau menahan saya di rumahnya agar saya makan malam bersama beliau. Namun karena As-Syaikh Ahmad Al-Ghamidi harus pulang ke Jeddah setelah shalat Isya’ maka kami memohon maaf kepada As-Syaikh Rabi’ dan beliaupun mengantarkan kami pulang sampai ke pintu keluar sambil terus menasehati saya untuk dapat kembali hidup rukun dengan ikhwan Salafiyyin di Indonesia sebagaimana dulu.<span> </span></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><h1 style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">MAJLIS UNTUK MENGINGAT KESALAHANKU</span></h1><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Setelah kunjungan saya ke rumah As-Syaikh Rabi’ di Makkah, saya melanjutkan kunjunganku ke Al-Madinah An-Nabawiyah. Di sana saya berkesempatan untuk shalat di Masjid Nabawi dan masjid Quba’. Dalam kesempatan tersebut, Allah Ta’ala menolong saya dengan memudahkan saya untuk berkenalan dengan seorang <em>Thalibul Ilmi</em> senior bernama As-Syaikh Usamah bin Athaya Al-Utaibi. Saya dibawa ke rumah beliau dan kemudian saya dibawa kerumah As-Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Hadi Al-Madkhali. Namun Anas bin Muhammad Al-Madkhali menemui kami di luar rumah dan memberi tahu kami bahwa ayahnya sedang sakit sehingga tidak mampu duduk menemui tamunya. Maka kamipun segera menuju ke rumah As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Aqil dan kami diterima dengan senang hati oleh beliau. Sehingga beliau berinisiatif untuk mengundang para mahasiswa Indonesia Salafiyyin yang sedang menempuh studi ilmu-ilmu keislaman di tingkat S2 dan S3 Universitas Islam di Al-Madinah An-Nabawiyah. Maka pada malam berikutnya berkumpullah di rumah As-Syaikh Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Aqil kurang lebih lima belas orang mahasiswa dan beberapa ikhwan Salafiyyin Indonesia. Di majlis yang moderatornya As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Aqil itu terjadi perdebatan yang seru tentang berbagai masalah berkenaan dengan tindakan saya yang dinilai salah oleh para mahasiswa itu. Dan yang paling seru pembahasannya ialah perkara kehadiran saya di majlis dzikir Arifin Ilham dan kecenderungan saya untuk sependapat dengan tulisan Abdullah bin Yusuf Al Judai’ yang menghalalkan musik dalam kitabnya yang kontroversial berjudul <strong><em>Al-Musiqa wal Ghina’ fi Mizanil Islam</em></strong> (artinya: Hukum Musik dan Nyanyian Dalam Timbangan Islam). </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Dalam majlis itu saya kemukakan alasan saya menghadiri majlis dzikir itu, yaitu karena saya yakin bahwa dzikir bersama itu bukanlah bid’ah dan saya hadir di sana adalah dalam rangka menyampaikan ceramah berkenaan dengan ilmu serta seruan saya kepada yang hadir untuk mempelajari serta mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, kemudian meninggalkan syirik dan bid’ah. Mereka yang hadir meyakini bahwa dzikir bersama itu adalah bid’ah sebagaimana pendapat Al-Imam As-Syatibi. Saya mengemukakan kepada mereka dalil-dalil dari As-Sunnah An-Nabawiyah berkenaan dengan dzikir bersama serta keterangan para Ulama’ Ahlus Sunnah wal Jamaah terhadap dalil-dalil tersebut. Akhirnya As-Syaikh Muhammad menyimpulkan bahwa masalah tersebut perlu dipelajari lagi lebih serius. Namun permasalahan kehadiran saya di majlis dzikirnya Arifin Ilham itu dinilai oleh para hadirin, lebih banyak merugikannya dari pada menguntungkan untuk kepentingan Da’wah Salafiyah. Karena di sana saya ditampilkan duduk dengan para musuh Da’wah Salafiyyah seperti hizbiyyin dan quburiyyin. Yang demikian ini dikuatirkan akan mengesankan bahwa kita harus bersatu dengan hizbiyyin dan quburiyyin. Padahal Da’wah Salafiyyah sangat menentang hizbiyyah dan segala bentuk penyembahan quburan yang dikeramatkan. Maka dalam hal pandangan <em>mafsadah</em> (kerusakan) yang ditimbulkan oleh kehadiran saya di majlis itu, saya setuju dengan segenap yang hadir di rumah As-Syaikh Muhammad, dan saya nyatakan bahwa Ja’far Umar Thalib tidak sepantasnya untuk mendatangi majlis dzikir Arifin Ilham meskipun untuk berceramah padanya. Maka dengan tulisan ini sekaligus saya nyatakan bahwa mulai sekarang Ja’far Umar Thalib tidak akan hadir di majlis dzikir Arifin Ilham dan sekaligus juga Ja’far Umar Thalib menyatakan keluar dari Dewan Syari’ah Majlis Adz-Dzikra Arifin Ilham.<span> </span><span> </span></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Adapun permasalahan pandangan saya tentang halalnya musik berdasarkan bacaan saya dari buku karya Abdullah bin Yusuf Al-Judai’, maka para mahasiswa Indonesia itu memberi tahu saya bahwa telah terbit buku bantahan terhadapnya yang ditulis oleh As-Syaikh Abdullah Ramadhan bin Musa yang diterbitkan oleh Darul Mu’ayyid –Riyadh Saudi Arabia. Merekapun memberikan kepada saya buku bantahan tersebut sebagai hadiah untukku berupa kitab yang tebalnya 620 halaman. Saya dengan senang hati menerima hadiah tersebut yang sangat berharga bagi saya dan langsung saya pelajari sampai artikel ini saya terbitkan. Saya belum selesai mempelajarinya dan untuk sementara saya nyatakan disini bahwa saya mencabut peredaran fatwaku tentang musik ini. Dan saya terus mempelajari tentang masalah tersebut.<span> </span></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Dan dalam rangka menjalankan apa yang dinasehatkan oleh As-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali kepadaku, maka dalam tulisan ini saya lengkapi pernyataan taubatku kepada Allah dari tindakanku menggelari Salafiyyin di Indonesia dengan gelar <em>Ahlul Fitnah wal Khiyanah</em> (artinya tukang fitnah dan tukang khianat). Saya nyatakan bahwa saya telah bersalah dengan menggelari mereka seperti itu, dan dengan demikian saya cabut pernyataanku yang demikian itu. Maka dengan kerendahan hati saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap Salafiyyin atas kesalahan dan kedhalimanku terhadap hak kehormatan mereka.<span> </span></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Saya juga mengajak segenap Salafiyyin untuk bersatu kembali dalam naungan manhaj Salafus Shalih dan terus-menerus kita perlu mengoreksi diri kita sendiri dari berbagai kesalahan, kekhilafan dan penyimpangan dari manhaj tersebut. Marilah kita tumbuhkan semangat ukhuwwah Islamiyyah di atas landasan Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaful Ummah. Kita tumbuhkan <em>husnud dzan</em> (baik sangka) di antara kita Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan jauhkanlah berbagai suud dzan (sangkaan jelek) terhadap sesama kita agar kita dapat mematahkan berbagai makar setan yang terus-menerus ingin menyalakan api fitnah diantara Salafiyyin untuk melemahkan perjuangan Da’wah Salafiyyah.<span> </span></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="Style1" style="text-align: justify; text-indent: 0pt;"><span style="font-size: 8pt;">Saya terus berdoa kepada Allah Ta’ala untuk membuka hatiku dan hati segenap Salafiyyin di Indonesia khususnya untuk menyambut ajakan dan seruan persatuan kembali Salafiyyin dalam suasana persaudaraan dan cinta karena Allah. Semoga Allah Ta’ala memberi hidayah dan taufiq kepada saya dan kepada segenap ikhwan Salafiyyin untuk kita saling menegur dan memperbaiki berbagai kekurangan, kesalahan, dan penyimpangan kita dalam suasana penuh cinta serta husnud dzan dalam ikatan persaudaraan karena Allah semata. Ya Allah, kabulkanlah doa hamba-MU ini. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendzalimi diri kami. Maka bila ENGKAU tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami menjadi golongan orang-orang yang merugi.<span> </span></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><h1 style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">P E N U T U P </span></h1><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 8pt;">Saya tulis segala cerita dan pernyataan saya di dalam artikel ini dengan mengharap ridla Allah dan barakahNYA. Tentang apakah cerita yang saya sampaikan di sini memang benar, maka saya nyatakan di sini bahwa saya tidak punya bukti dan tidak punya saksi bagi kebenaran ceritaku di sini. Jadi bagi pembaca yang menyangsikan cerita ini atau bahkan tidak mempercayainya, maka alhamdulillah saya tidak keberatan dan tidak dirugikan. Hanya Allahlah yang menjadi saksi tentang kebenaran cerita ini, karena Dia-lah yang Maha Tahu segala yang terjadi dan segala yang tersembunyi di lubuk hati yang paling dalam. Siapapun yang ingin menegur dan membukakan pikiran saya dengan ilmu tentang kesalahan dan kekhilafan saya atau bahkan penyimpangan saya, saya akan sangat berterimakasih kepadanya bila dia langsung menghubungi saya. Bukan dengan SMS gelap atau surat kaleng ataupun yang sejenisnya. Karena teguran dengan jalan gelap yang demikian itu lebih membesarkan peluang bagi syaithan untuk menumbuhkan su’udzdzan dan permusuhan di antara kita. <em>Wallahu a’lamu bis shawab</em>.<br />
<strong><br />
Al-Ustadz Ja’far Umar Thalib</strong></span> </div><div style="text-align: justify;"> Dikutip dari <a href="http://alghuroba.org/index.php?read=142">http://alghuroba.org/index.php?read=142</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-24524241537612701312011-08-03T00:25:00.001-07:002011-08-03T00:25:44.681-07:00Amplop untuk Imam Tarawih<h1 class="single-title" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Amplop untuk Imam Tarawih</span></h1><br />
<strong><a href="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/07/uangamplop-imam-ceramah-tarawih-ramadhon1.jpg"><img alt="" class="alignright size-medium wp-image-10836" height="188" src="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/07/uangamplop-imam-ceramah-tarawih-ramadhon1.jpg?w=281&h=188" title="uang=amplop-imam-ceramah-tarawih-ramadhon" width="281" /></a> </strong><br />
<div style="text-align: justify;"><strong>Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S, M.A</strong></div><div> </div><div style="text-align: justify;">Ketika bulan Ramadan tiba, di samping mendatangkan peng-<em>kultum</em>, sebagian masjid juga mendatangkan orang-orang tertentu yang memiliki suara yang merdu untuk menjadi imam shalat tarawih. Apa hukum uang amplop untuk imam tarawih semisal ini? Simak jawabannya dalam tanya jawab berikut ini.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Pertanyaan</em>, “Apa hukum amplop bagi imam shalat tarawih?”<br />
<span id="more-10832"></span><br />
<em>Jawaban Syekh Abu Said Al-Jazairi</em>, “Sepatutnya, kebiasaan memberikan uang di akhir Ramadan untuk imam shalat tarawih itu dijauhi karena hal itu menyebabkan para imam tersebut memiliki tendensi duniawi dalam ibadah yang mereka lakukan, dan boleh jadi, hal ini menyebabkan adanya ganjalan hati antara takmir masjid dengan para imam tersebut tatkala uang yang diberikan kepada imam tidak sesuai dengan harapan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>قال الله تعالى (فَمَن كَانَ يَرْجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدَاً ) [الكهف:110] ، </strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Allah berfirman (yang artinya), ‘<em>Siapa saja yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaknya dia mengerjakan amal saleh dan tidak menduakan dengan siapa pun ketika beribadah kepada Tuhannya</em>.’ (Q.S. Al-Kahfi:110)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “اقرؤوا القرآن [وابتغوا به الله تعالى] قبل أن يأتي قوم يقرؤون القرآن فيسألون به الناس “</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah bersabda, ‘<em>Bacalah Alquran dan niatkanlah hanya untuk Allah, sebelum datang sekelompok orang yang membaca Alquran lalu dia jadikan Alquran sebagai alat untuk meminta-minta harta</em>.’ (H.R. Ahmad, dan lain-lain; sahih, sebagaimana dalam <em>Shahih Al-Jami Ash-Shaghir</em>, no. 1169)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Imam Muhammad bin Nasr Al-Maruzi (wafat tahun 294 H) mengatakan bahwa Yahya bin Yahya berkata kepada Abu Waki’, ‘Bukankah Abu Ishaq bercerita kepada kalian bahwa Abdullah bin Ma’qil menjadi imam shalat tarawih di bulan Ramadan. Saat Idul Fitri tiba, Ubaidullah bin Ziyad mengirimkan uang sebanyak lima ratus dirham dan satu setel baju baru kepada Abdullah bin Ma’qil, namun Abdullah bin Ma’qil menolak pemberian tersebut sambil mengatakan, ‘Sesungguhnya, kami tidaklah mengambil upah karena membaca Alquran’?’</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Abu Waki’ berkata, ‘Benar, demikianlah yang diceritakan oleh Abu Ishaq.’</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Abu Ishaq mengatakan bahwa Mush’ab memerintahkan Abdullah bin Ma’qil bin Muqarrin untuk menjadi imam shalat tarawih di Masjid Jami’ ketika bulan Ramadhan. Setelah Idul Fitri tiba, Mush’ab mengirimkan uang sebanyak lima ratus dirham dan satu setel baju, namun Abdullah menolaknya. Abdullah mengatakan, ‘Aku tidak mau mengambil upah karena membaca Alquran.’ (Dikutip dari <em>Mukhtashar Qiyam Al-Lail</em>, hlm. 246, karya Imam Ahmad bin Ali Al-Maqrizi [wafat tahun 845])</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Syekh Abdusy Syakur Al-Atsari mengatakan, ‘Fenomena uang amplop karena menjadi imam shalat di bulan Ramadan telah tersebar di zaman kita saat ini. Sampai-sampai, para penghafal Alquran bepergian dari satu daerah ke daerah yang lain dan mereka mencari-cari takmir masjid yang mau menetapkan besaran upah bagi mereka sebelum mereka bertugas sebagai imam shalat tarawih, sehingga mereka menjadi imam dengan penuh semangat dan penuh keyakinan akan mendapatkan upah yang mereka harapkan. Bahkan, sebagian imam shalat tarawih menjadi imam shalat tarawih di suatu masjid, lalu segera menyelesaikan shalat bersama jemaah masjid tersebut, untuk bisa berpindah ke masjid lain dan menjadi imam shalat tarawih di masjid kedua. Kedua shalat tarawih tersebut dilaksanakan di awal malam. Dengan demikian, si imam mendapatkan upah dari kedua masjid tersebut. <em>Inna lillahi wa inna ilahi raji’un</em>. Semoga Allah memaafkan kita.’</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Meski demikian, shalat bermakmum dengan orang semacam itu adalah shalat yang sah. Jika ada celaan maka celaan hanya tertuju kepada si imam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Asyhab mengutip perkataan Imam Malik yang mengatakan, ‘Tidaklah mengapa mengerjakan shalat dengan bermakmum kepada imam yang mau menjadi imam shalat karena mendapatkan upah. Jika ada dosanya maka itu adalah tanggungan si imam.’ (Dikutip dari <em>An-Nawadir waz Ziyadat</em>, 1:386, karya Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani [wafat tahun 386 H], tahqiq oleh Abdul Qadir bin Muhammad Al-Halwu).”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Sumber:</strong><br />
<em>http://www.abusaid.net/index.php/shariya/294-2009-10-12-10-50-57.html</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Artikel <a href="http://www.pengusahamuslim.com/">www.PengusahaMuslim.com</a> dan dipublikasikan kembali oleh <a href="http://www.salafiyunpad.wordpress.com/" target="_blank">salafiyunpad.wordpress.com</a></strong></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-65234536206455945522011-07-27T21:26:00.000-07:002011-07-27T21:26:28.065-07:00Sulitnya Mencari Orang yang Jujur<h1 class="single-title" style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Sulitnya Mencari Orang yang Jujur</span></h1><div> </div><br />
<div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><cite title="cerita jujur"><a href="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/07/keutaam-sifat-qonaah.jpg"><span style="color: black;"><img alt="" class="alignright" height="199" src="http://salafiyunpad.files.wordpress.com/2011/07/keutaam-sifat-qonaah.jpg?w=300&h=199" title="keutaam-sifat-qonaah" width="300" /></span></a></cite> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Mencari orang yang jujur di zaman ini amatlah sulit. Sampai pun ia rajin shalat, jidadnya terlihat rajin sujud (karena saking hitamnya), belum tentu bisa memegang amanat dengan baik. Ada cerita yang kami saksikan di desa kami.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><cite title="cerita jujur">Seorang takmir masjid yang kalau secara lahiriyah nampak alim, juga rajin menghidupkan masjid. Namun belangnya suatu saat ketahuan. Ketika warga miskin mendapat jatah zakat dan disalurkan lewat dirinya, memang betul amplop zakat sampai ke tangan si miskin. Tetapi di balik itu setelah penyerahan, ia berkata pada warga, “Amplopnya silakan buka di rumah (isinya 100.000 per amplop). Namun kembalikan untuk saya 20.000.” Artinya, setiap amplop yang diserahkan asalnya 100.000, namun dipotong sehingga tiap orang hanya mendapatkan zakat 80.000. Padahal dari segi penampilan tidak ada yang menyangka dia adalah orang yang suka korupsi seperti itu. Tetapi syukurlah, Allah menampakkan belangnya sehingga kita jadi tahu tidak selamanya orang yang mengurus masjid itu termasuk orang-orang yang jujur.<span id="more-10796"></span></cite></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><strong>Perintah untuk Berlaku Jujur</strong></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berlaku jujur. Di antaranya pada firman Allah Ta’ala,</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ</span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“<em>Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur</em>.” (QS. At Taubah: 119).</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Dalam ayat lainnya, Allah <em>Ta’ala </em>berfirman,</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ</span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“<em>Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka</em>.” (QS. Muhammad: 21)</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا</span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“<em>Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta</em>.” (HR. Muslim no. 2607)</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ</span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“<em>Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa</em>.” (HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200, hasan shahih). Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Basyr Al Haafi berkata,</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">من عامل الله بالصدق، استوحش من الناس</span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“<em>Barangsiapa yang berinteraksi dengan Allah dengan penuh kejujuran, maka manusia akan menjauhinya</em>.” (Mukhtashor Minhajil Qoshidin, 351). Karena memang jujur itu begitu asing saat ini, sehingga orang yang jujur dianggap aneh.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><strong>Perintah untuk Menjaga Amanat</strong></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Allah Ta’ala berfirman,</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا</span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“<em>Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya</em>” (QS. An Nisa’: 58)</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Dari Abu Hurairah, Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ</span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“<em>Tunaikanlah amanat kepada orang yang menitipkan amanat padamu.</em>” (HR. Abu Daud no. 3535 dan At Tirmidzi no. 1624, hasan shahih)</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Khianat ketika diberi amanat adalah di antara tanda munafik. Dari Abu Hurairah, Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ</span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Ada tiga tanda munafik: jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanat, ia khianat.” (HR. Bukhari no. 33)</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Jadi, jika dititipi amanat, jagalah amanat tersebut itu dengan baik. Jangan sampai dikorupsi, jangan sampai dikurangi dan masuk kantong sendiri. Ingatlah ancaman dalam dalil di atas sebagaimana dikata munafik.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;"><strong>Kunci Utama</strong></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Kunci utama agar kita menjaga amanat ketika dititipi uang misalnya, sehingga tidak dikorupsi atau dikurangi adalah dengan memahami takdir ilahi. Ingatlah bahwa setiap orang telah ditetapkan rizkinya. Allah tetapkan rizki tersebut dengan adil, ada yang kaya dan ada yang miskin. Allah tetapkan ada yang berkelebihan harta dari lainnya, itu semua dengan kehendak Allah karena Dia tahu manakah yang terbaik untuk hamba-Nya. Sehingga kita hendaklah mensyukuri apa yang Allah beri walaupun itu sedikit.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ القَوِيُّ العَزِيزُ</span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“<em>Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa</em>.” (QS. Asy Syura: 19)</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Allah<em> Ta’ala </em>berfirman,</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ</span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“<em>Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat</em>.” (QS. Asy Syuraa: 27) Ibnu Katsir <em>rahimahullah </em>lantas menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/278)</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Jika setiap orang memahami hal di atas, maka sungguh ia tidak akan korupsi, tidak akan menipu dan lari dari amanat. Realita yang kami saksikan sendiri menunjukkan bahwa mencari orang yang jujur itu amat sulit di zaman ini. Kita butuh menyeleksi dengan baik jika memberi amanat pada orang lain. Hanya dengan modal iman dan takwa-lah serta merasa takut pada Allah, kita bisa memiliki sifat jujur dan amanat.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;"><strong>Moga Allah Memberi Akhlak Mulia</strong></span><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;">اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ</span><br />
<span style="color: black;">“<em>Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa</em>’ [Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].” (HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)</span><div style="text-align: justify;"> </div><span style="color: black;"><em>Wallahu waliyyut taufiq.</em></span><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Diselesaikan di Warak, Desa Girisekar, Panggang-Gunung Kidul setelah shalat Shubuh</span><br />
<span style="color: black;">22 Sya’ban 1432 H, 24/07/2011</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Penulis: <a href="http://www.rumaysho.com/" target="_blank"><span style="color: black;">Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal</span></a></span><br />
<span style="color: black;">Artikel <a href="http://www.salafiyunpad.wordpress.com/" target="_blank"><span style="color: black;">www.salafiyunpad.wordpress.com</span></a> dipublikasikan kembali dari <a href="http://www.rumaysho.com/" target="_blank"><span style="color: black;">www.rumaysho.com</span></a></span></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-87860725403419679642011-07-27T20:31:00.000-07:002011-07-27T20:31:27.589-07:00Fatwa Ramadhan: Tidur Siang Hari di Bulan Ramadhan<h3 class="pgtitle" style="text-align: center;">Fatwa Ramadhan: Tidur Siang Hari di Bulan Ramadhan</h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-_r1_kqLLxKc/TjDYA8wdOOI/AAAAAAAAAYI/sQGcvuIVHCE/s1600/king-size-sleep-number.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="http://2.bp.blogspot.com/-_r1_kqLLxKc/TjDYA8wdOOI/AAAAAAAAAYI/sQGcvuIVHCE/s320/king-size-sleep-number.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Apakah hukum tidur sepanjang hari di bulan Ramadhan?</div><div> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Jawab:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Barang siapa yang menghabiskan waktu puasanya dengan tidur seharian maka puasanya sah jika dia berniat untuk puasa sebelum terbitnya fajar. Namun dia berdosa karena tidak mengerjakan shalat di waktu-waktunya dan berdosa karena tidak shalat jamaah jika ia memang termasuk orang yang wajib melaksanakan shalat jamaah. Orang tersebut telah meninggalkan dua kewajiban sehingga dosanya sangat besar. Kecuali jika hal tersebut bukan merupakan kebiasaannya dan orang tersebut berniat bangun untuk menegakkan shalat (namun ia ketiduran, pent), ketiduran ini sangat jarang terjadi, maka orang tersebut tidak berdosa.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span id="more-353"></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Terkait dengan hal di atas, satu hal yang patut disayangkan, yaitu banyak orang yang biasa untuk bergadang di bulan Ramadhan, ketika mendekati fajar mereka makan sahur kemudian tidur sepanjang hari atau sebagian besarnya. Mereka meninggalkan shalat, padahal shalat lebih ditekankan dan lebih wajib daripada puasa. Bahkan puasa tidak sah bagi orang yang tidak shalat. Tentu, hal ini merupakan perkara yang sangat berbahaya sekali. Oleh sebab itu bergadang yang menyebabkan orang tidak bisa bangun untuk menunaikan shalat adalah bergadang yang hukumnya haram. Lebih-lebih jika bergadang tersebut di isi dengan perbuatan yang sia-sia, main-main atau perbuatan yang haram tentu perkaranya lebih berbahaya lagi. Perbuatan dosa akan lebih besar dosanya dan lebih parah bahayanya ketika dikerjakan di bulan Ramadhan, demikian juga ketika dikerjakan di waktu-waktu atau tempat-tempat yang memiliki keutamaan. [Fatwa Syaikh Shalih Al-Fauzan dari kitab <em>Al Muntaqa Min Fatawa Asy Syaikh al Fauzan</em>]</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Penerjemah: Sigit Hariyanto<br />
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar<br />
<a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/fatwa-ramadhan-tidur-siang-hari-di-bulan-ramadhan.html" title="Tidur Siang Hari di Bulan Ramadhan">Artikel www.muslim.or.id</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-66442964675795294232011-07-24T18:41:00.000-07:002011-07-24T18:41:32.598-07:00Fatwa Ramadhan: Hukum Bermain Musik di Bulan Ramadhan<h3 class="pgtitle" style="text-align: center;">Fatwa Ramadhan: Hukum Bermain Musik di Bulan Ramadhan</h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-k7wkxbpKm9Q/TizJvXapT5I/AAAAAAAAAYE/7-YbDUpECOY/s1600/iTunes+Festival_Logo_RGB+copy+copy.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://3.bp.blogspot.com/-k7wkxbpKm9Q/TizJvXapT5I/AAAAAAAAAYE/7-YbDUpECOY/s320/iTunes+Festival_Logo_RGB+copy+copy.png" width="320" /></a></div><h3 class="pgtitle" style="text-align: center;"> </h3><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Soal:</strong></div><div> </div><div style="text-align: justify;">Kami adalah personil dari grup musik, kami bermain musik di siang maupun di malam hari pada bulan Ramadhan. Apakah hukum perbuatan ini, diterimakah puasa kami?</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span id="more-355"></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Jawab:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Telah diketahui bahwa musik hukumnya tidak boleh, <strong>baik di Ramadhan maupun di luar Ramadhan</strong>, namun di Ramadhan dosanya lebih besar, hal ini karena kehormatan bulan Ramadhan. Adapun puasanya tetap sah, <em>insya Allah.</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Adapun dalil tentang haramnya bermain musik adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari di kitab shahihnya yang menceritakan ada sejumlah orang di akhir zaman nanti menghalalkan zina, sutera, <em>khamr</em> (segala hal yang memabukkan) dan <strong><span style="text-decoration: underline;">alat musik</span></strong>, Allah menenggelamkan mereka ke bumi. Selain itu masih banyak dalil-dalil lain yang menerangkan tentang perkara ini. Barang siapa menghendaki untuk membahas secara detail perkara ini silakan merujuk ke kitab <em>ighatsatul lahfan</em> yang ditulis oleh Imam Ibnul Qoyyim dan <em>Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah</em> juz sebelas. <em>Wallahu a’lam</em>.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Penerjemah: Sigit Hariyanto<br />
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar<br />
<a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/hukum-bermain-musik-bulan-ramadhan.html" title="Hukum Musik di Bulan Ramadhan">Artikel www.muslim.or.id</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-36265652350958949582011-07-24T18:35:00.000-07:002011-07-24T18:37:04.610-07:00Kisah Taubat Seorang Kyai<h3 class="pgtitle" style="text-align: center;">Kisah Taubat Seorang Kyai</h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-fLqPnRY9fiM/TizH1cZ9F5I/AAAAAAAAAX8/FYzHWip1ITk/s1600/nature_green.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/-fLqPnRY9fiM/TizH1cZ9F5I/AAAAAAAAAX8/FYzHWip1ITk/s320/nature_green.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Terus terang, sampai diusia +35 tahun saya ini termasuk Kyai Ahli Bid’ah yang tentunya doyan tawassul kepada mayat atau penghuni kubur, sering juga bertabarruk dengan kubur sang wali atau Kyai. Bahkan sering dipercaya untuk memimpin ziarah Wali Songo dan juga tempat-tempat yang dianggap keramat sekaligus menjadi imam tahlilan, ngalap berkah kubur, marhabanan atau baca barzanji, diba’an, maulidan, haul dan selamatan yang sudah berbau kesyirikan” </i></div><div></div><div style="text-align: justify;"><i>“Kita dulu enjoy saja melakukan kesyirikan, mungkin karena belum tahu pengertian tauhid yang sebenarnya” </i>(Kyai Afrokhi dalam Buku Putih Kyai NU hal. 90)<i> </i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Kita biasa melakukan ziarah ngalap berkah sekaligus kirim pahala bacaan kepada penghuni kubur/mayit. Sebenarnya, hal tersebut atas dasar kebodohan kita. Bagaimana tidak, contohnya adalah saya sendiri di kala masih berumur 12 tahun sudah mulai melakukan ziarah ngalap berkah dan kirim pahala bacaan, dan waktu itu saya belum tahu ilmu sama sekali, yang ada hanya taklid buta. Saat itu saya hanya melihat banyak orang yang melakukan, dan bahkan banyak juga kyai yang mengamalkannya. Hingga saya menduga dan beranggapan bahwa hal itu adalah suatu kebenaran.”</i> (Kyai Afrokhi dalam Buku Putih Kyai NU hal. 210)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Beliau adalah Kyai Afrokhi Abdul Ghoni, pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren “Rahmatullah”. Nama beliau tidak hanya dibicarakan oleh teman-teman dari Kediri saja, namun juga banyak diperbincangkan oleh teman-teman pengajian di Surabaya, Gresik, Malang dan Ponorogo.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Keberanian beliau dalam menantang arus budaya para kyai yang tidak sejalan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih yang telah berurat berakar dalam lingkungan pesantrennya, sikap penentangan beliau terhadap arus kyai itu bukan berlandaskan apriori belaka, bukan pula didasari oleh rasa kebencian kepada suatu golongan, emosi atau dendam, namun merupakan Kehendak, Hidayah dan Taufiq dari Allah ta’ala.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kyai Afrokhi hanya sekedar menyampaikan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mengatakan yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. namun, usaha beliau itu dianggap sebagai sebuah makar terhadap ajaran Nahdhatul Ulama (NU), sehingga beliau layak dikeluarkan dari keanggotaan NU secara sepihak tanpa mengklarifikasikan permasalahan itu kepada beliau.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kyai Afrokhi tidak mengetahui adanya pemecatan dirinya dari keanggotaan NU. Beliau mengetahui hal itu dari para tetangga dan kerabatnya. Seandainya para Kyai, Gus dan Habib itu tidak hanya mengedepankan egonya, kemudian mereka mau bermusyawarah dan mau mendengarkan permasalahan ajaran agama ini, kemudian mempertanyakan kenapa beliau sampai berbuat demikian, beliau tentu bisa menjelaskan permasalahan agama ini dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih yang harus benar-benar diajarkan kepada para santri serta umat pada umumnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Seandainya para Kyai itu mau mengkaji kembali ajaran dan tradisi budaya yang berurat berakar yang telah dikritisi dan digugat oleh banyak pihak. Bukan hanya oleh Kyai Afrokhi sendiri, namun juga dari para ulama tanah haram juga telah menggugat dan mengkritisi penyakit kronis dalam aqidah NU yang telah mengakar mengurat kepada para santri dan masyarakat. Jika mereka itu mau mendengarkan perkataan para ulama itu, tentunya penyakit-penyakit kronis yang ada dalam tubuh NU akan bisa terobati. Aqidah umatnya akan terselamatkan dari penyakit TBC (Tahayul, Bid’ah, Churofat). Sehingga Kyai-kyai NU, habib, Gus serta asatidznya lebih dewasa jika ada orang yang mau dengan ikhlas menunjukkan kesesatan yang ada dalam ajaran NU dan yang telah banyak menyimpang dari tuntunan Rasulullah dan para sahabatnya. Maka, Insya Allah, NU khususnya dan para ‘alim NU pada umumnya akan menjadi barometer keagamaan dan keilmuan. ‘Alimnya yang berbasis kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, yang sesuai dengan misi NU itu sendiri sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah, sehingga para ‘alim serta Kyai yang duduk pada kelembagaannya berhak menyandang predikat sebagai pewaris para Nabi.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Namun sayang, dakwah yang disampaikan oleh Kyai Afrokhi dipandang sebelah mata oleh para Kyai NU setempat. Mereka juga meragukan keloyalan beliau terhadap ajaran NU. Dengan demikian, beliau harus menerima konsekuensi berupa pemecatan dari kepengurusan keanggotaannya sebagai a’wan NU Kandangan, Kediri, sekaligus dikucilkan dari lingkungan para kyai dan lingkungan pesantren. Mereka semua memboikot aktivitas dakwah Kyai Afrokhi.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Walaupun beliau mendapat perlakuan yang demikian, beliau tetap menyikapinya dengan ketenangan jiwa yang nampak terpancar dari dalam dirinya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Siapakah yang berani menempuh jalan seperti jalan yang ditempuh oleh Kyai Afrokhi, yang penuh cobaan dan cobaan? Atau Kyai mana yang ingin senasib dengan beliau yang tiba-tiba dikucilkan oleh komunitasnya karena meninggalkan ajaran-ajaran tradisi yang tidak sesuai dengan syari’at Islam yang haq? Kalau bukan karena panggilan iman, kalau bukan karena pertolongan dari Allah niscaya kita tidak akan mampu.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kyai Afrokhi adalah sosok yang kuat. Beliau menentang arus orang-orang yang bergelar sama dengan gelar beliau. yakni Kyai. Di saat banyak para Kyai yang bergelimang dalam kesyirikan, kebid’ahan dan tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang haq, di saat itulah beliau tersadar dan menantang arus yang ada. Itulah jalan hidup yang penuh cobaan dan ujian.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bagi Kyai Afrokhi untuk apa kewibawaan dan penghormatan tersandang, harta melimpah serta jabatan terpikul, namun murka Allah dekat dengannya, dan Allah tidak akan menolongnya di hari tidak bermanfaat harta dan anak-anak. Beliau lebih memilih jalan keselamatan dengan meninggalkan tradisi yang selama ini beliau gandrungi.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Inilah fenomena kyai yang telah bertaubat kepada Allah dari ajaran-ajaran syirik, bid’ah dan kufur. Walaupun Kyai Afrokhi ditinggalkan oleh para kyai ahli bid’ah, jama’ah serta santri beliau, ketegaran dan ketenangan beliau dalam menghadapi realita hidup begitu nampak dalam perilakunya. Dengan tawadhu’ serta penuh tawakkal kepada Allah, beliau mampu mengatasi permasalahan hidup.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Pernyataan taubat Kyai Afrokhi:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Untuk itulah buku ini saya susun sebagai koreksi total atas kekeliruan yang saya amalkan dan sekaligus merupakan permohonan maaf saya kepada warga Nahdhatul Ulama (NU) dimanapun berada yang merasa saya sesatkan dalam kebid’ahan Marhabanan, baca barzanji atau diba’an, maulidan, haul dan selamatan dari alif sampai ya` yang sudah berbau kesyirikan dan juga sebagai wujud pertaubatan saya. Semoga Allah senantiasa menerima taubat dan mengampuni segala dosa-dosa saya yang lalu (Amin ya robbal ‘alamin)”</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">(Dinukil dan diketik ulang dengan gubahan seperlunya dari buku “Buku Putih Kyai NU” oleh Kyai Afrokhi Abdul Ghoni, Pendiri dan Pengasuh Ponpes Rohmatulloh-Kediri-, mantan A’wan Syuriah MWC NU Kandangan Kediri)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">catatan: Note ini ditulis hanya semata-mata sebagai nasehat, bukan karena ada alasan sentimen atau kebencian terhadap sebuah kelompok. Silahkan nukil dan share serta pergunakan untuk kebutuhan dakwah ilalloh.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">-Abu Shofiyah Aqil Azizi- jazahullah khairan</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Artikel <a href="http://muslim.or.id/">www.muslim.or.id</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-67439382948236723182011-07-24T18:28:00.000-07:002011-07-24T18:28:48.519-07:00Macam-Macam Bid’ah di Bulan Ramadhan<div style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b> Macam-Macam Bid’ah di Bulan Ramadhan</b></span></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-UVKnIIZ9U8c/TizGxTC9fCI/AAAAAAAAAX4/yJ4ApvqLiCI/s1600/bidah+ramadhan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-UVKnIIZ9U8c/TizGxTC9fCI/AAAAAAAAAX4/yJ4ApvqLiCI/s1600/bidah+ramadhan.jpg" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan barakah dan penuh dengan keutamaan. Allah <em>subhanahu wa ta’ala</em> telah mensyariatkan dalam bulan tersebut berbagai macam amalan ibadah yang banyak agar manusia semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Akan tetapi sebagian dari kaum muslimin berpaling dari keutamaan ini dan membuat cara-cara baru dalam beribadah. Mereka lupa firman Allah <em>ta’ala</em>, <em>“Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agama kalian.”</em> (QS. Al-Maidah: 3). Mereka ingin melalaikan manusia dari ibadah yang disyariatkan. Mereka tidak merasa cukup dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan para sahabat beliau <em>ridhwanullahi ‘alaihim ajma’iin</em>.</div><div> </div><div style="text-align: justify;"><span id="more-330"></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Oleh sebab itu pada tulisan ini kami mencoba mengangkat beberapa amalan <a href="http://konsultasisyariah.com/manhaj/seputar-doa-bersama.html" title="Seputar Do'a Bersama">bid’ah</a> yang banyak dilakukan oleh kaum muslimin, yaitu amalan-amalan yang dilakukan akan tetapi tidak diajarkan oleh Nabi kita <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> maupun para sahabat beliau, semoga dengan mengetahuinya kaum muslimin bisa meninggalkan perbuatan tersebut.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Bid’ah Berzikir Dengan Keras Setelah Salam Shalat Tarawih</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Berzikir dengan suara keras setelah melakukan salam pada shalat tarawih dengan dikomandani oleh satu suara adalah perbuatan yang tidak disyariatkan. Begitu pula perkataan muazin, <em>“assholaatu yarhakumullah”</em> dan yang semisal dengan perkataan tersebut ketika hendak melaksanakan shalat tarawih, perbuatan ini juga tidak disyariatkan oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, tidak pula oleh para sahabat maupun orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Oleh karena itu hendaklah kita merasa cukup dengan sesuatu yang telah mereka contohkan. Seluruh kebaikan adalah dengan mengikuti jejak mereka dan segala keburukan adalah dengan membuat-buat perkara baru yang tidak ada tuntunannya dari mereka.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Membangunkan Orang-Orang untuk Sahur</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Perbuatan ini merupakan salah satu <a href="http://konsultasisyariah.com/manhaj/bermadzab-salafi-adalah-bidah.html" title="Bermazhab Salafi">bid’ah</a> yang tidak pernah dilakukan pada masa Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, beliau tidak pernah memerintahkan hal ini. Perbedaan tata-cara membangunkan sahur dari tiap-tiap daerah juga menunjukkan tidak disyariatkannya hal ini, padahal jika seandainya perkara ini disyariatkan maka tentunya mereka tidak akan berselisih.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Melafazkan Niat</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Melafazkan niat ketika hendak melaksanakan puasa Ramadhan adalah tradisi yang dilakukan oleh banyak kaum muslimin, tidak terkecuali di negeri kita. Di antara yang kita jumpai adalah imam masjid shalat tarawih ketika selesai melaksanakan shalat witir mereka mengomandoi untuk bersama-sama membaca niat untuk melakukan puasa besok harinya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Perbuatan ini adalah perbuatan yang tidak di contohkan oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> juga orang-orang saleh setelah beliau. Yang sesuai tuntunan adalah berniat untuk melaksanakan puasa pada malam hari sebelumnya cukup dengan meniatkan dalam hati saja, tanpa dilafazkan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Imsak</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Tradisi imsak, sudah menjadi tren yang dilakukan kaum muslimin ketika ramadhan. Ketika waktu sudah hampir fajar, maka sebagian orang meneriakkan “imsak, imsak…” supaya orang-orang tidak lagi makan dan minum padahal saat itu adalah waktu yang bahkan Rasulullah menganjurkan kita untuk makan dan minum. Sahabat Anas meriwayatkan dari Zaid bin Sabit <em>radhiyallahu ‘anhuma</em>, “Kami makan sahur bersama Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> kemudian beliau shalat. Maka kata Anas, “Berapa lama jarak antara azan dan sahur?”, Zaid menjawab, “Kira-kira 50 ayat membaca ayat al-Qur’an.” (HR. Bukhari dan Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Menunda Azan Magrib Dengan Alasan Kehati-Hatian</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hal ini bertentangan dengan perintah Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> yang menganjurkan kita untuk menyegerakan berbuka. Rasulullah bersabda,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”</em> (HR. Bukhari Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Takbiran</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Yaitu menyambut datangnya ied dengan mengeraskan membaca takbir dan memukul bedug pada malam ied. Perbuatan ini tidak disyariatkan, yang sesuai dengan sunah adalah melakukan takbir ketika keluar rumah hendak melaksanakan shalat ied sampai tiba di lapangan tempat melaksanakan shalat ied.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Padusan</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Yaitu Mandi besar pada satu hari menjelang satu ramadhan dimulai. Perbuatan ini tidak disyariatkan dalam agama ini, yang menjadi syarat untuk melakukan puasa ramadhan adalah niat untuk berpuasa esok pada malam sebelum puasa, adapun mandi junub untuk puasa Ramadhan tidak ada tuntunannya dari Nabi kita <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Mendahului Puasa Satu Hari Atau Dua Hari Sebelumnya</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah telah melarang mendahului puasa ramadhan dengan melakukan puasa pada dua hari terakhir di bulan sya’ban, kecuali bagi yang memang sudah terbiasa puasa pada jadwal tersebut, misalnya puasa senin kamis atau puasa dawud. Rasulullah bersabda, <em>“Janganlah kalian mendahului puasa ramadhan dengan melakukan puasa satu hari atau dua hari sebelumnya. Kecuali bagi yang terbiasa melakukan puasa pada hari tersebut maka tidak apa-apa baginya untuk berpuasa.”</em> (HR. Bukhari dan Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Perayaan Nuzulul Qur’an</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Yaitu melaksanakan perayaan pada tanggal 17 Ramadhan, untuk mengenang saat-saat diturunkannya al-Qur’an. Perbuatan ini tidak ada tuntunannya dari praktek Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, begitu pula para sahabat sepeninggal beliau.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Berziarah Kubur Karena Ramadhan</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Tradisi ziarah kubur menjelang atau sesudah ramadhan banyak dilakukan oleh kaum muslimin, bahkan di antara mereka ada yang sampai berlebihan dengan melakukan perbuatan-perbuatan syirik di sana. Perbuatan ini tidak disyariatkan. Ziarah kubur dianjurkan agar kita teringat dengan kematian dan akhirat, akan tetapi mengkhususkannya karena even tertentu tidak ada tuntunannya dari Rasulullah maupun para sahabat <em>ridhwanullahi ‘alaihim ajma’iin</em>.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Inilah beberapa bid’ah yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, khususnya di negeri kita, semoga Allah <em>ta’ala</em> memberikan kita ilmu yang bermanfaat, sehingga kita bisa meninggalkan perkara-perkara tersebut dan melakukan perbuatan yang sesuai dengan tuntunan Nabi kita Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Penulis: Abu Sa’id Satria Buana<br />
Muroja’ah: Ustadz Abu Salman<br />
<a href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/bidah-bulan-ramadhan.html" title="Bid'ah Bulan Ramadhan">Artikel www.muslim.or.id</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-75940454046649790702011-07-24T18:23:00.000-07:002011-07-24T18:23:34.762-07:00Bermaafan Sebelum Ramadhan<h3 class="pgtitle" style="text-align: center;">Bermaafan Sebelum Ramadhan</h3><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-bd2GIBrJThI/TizFd9OxcKI/AAAAAAAAAX0/8Iiw6_0p00k/s1600/bermaafan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://3.bp.blogspot.com/-bd2GIBrJThI/TizFd9OxcKI/AAAAAAAAAX0/8Iiw6_0p00k/s320/bermaafan.jpg" width="320" /></a> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kali ini akan kita bahas mengenai sebuah tradisi yang banyak dilestarikan oleh masyarakat, terutama di kalangan aktifis da’wah yang beramal tanpa didasari ilmu, tradisi tersebut adalah<strong> tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadhan</strong>. Ya, saya katakan demikian karena tradisi ini pun pertama kali saya kenal dari para aktifis da’wah kampus dahulu, dan ketika itu saya amati banyak masyarakat awam <em>malah</em> tidak tahu tradisi ini. Dengan kata lain, bisa jadi tradisi ini disebarluaskan oleh mereka para aktifis da’wah yang kurang mengilmu apa yang mereka da’wahkan bukan disebarluaskan oleh masyarakat awam. Dan perlu diketahui, bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Islam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Mereka yang melestarikan tradisi ini beralasan dengan hadits yang terjemahannya sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah.</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Do’a Malaikat Jibril itu adalah:<br />
“Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);<br />
2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;<br />
3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya. </em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Namun anehnya, hampir semua orang yang menuliskan hadits ini tidak ada yang menyebutkan periwayat hadits. Setelah dicari, hadits ini pun tidak ada di kitab-kitab hadits. Setelah berusaha mencari-cari lagi, saya menemukan ada orang yang menuliskan hadits ini kemudian menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (3/192) dan Ahmad (2/246, 254). Ternyata pada kitab <em>Shahih Ibnu Khuzaimah</em> (3/192) juga pada kitab <em>Musnad Imam</em> <em>Ahmad</em> (2/246, 254) ditemukan hadits berikut:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين قال الأعظمي : إسناده جيد</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.</em>” Al A’zhami berkata: “Sanad hadits ini jayyid”.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hadits ini dishahihkan oleh Al Mundziri di <em>At Targhib Wat Tarhib</em> (2/114, 406, 407, 3/295), juga oleh Adz Dzahabi dalam <em>Al Madzhab</em> (4/1682), dihasankan oleh Al Haitsami dalam <em>Majma’ Az Zawaid</em> (8/142), juga oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam <em>Al Qaulul Badi</em>‘ (212), juga oleh Al Albani di <em>Shahih At Targhib</em> (1679).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dari sini jelaslah bahwa kedua hadits tersebut di atas adalah dua hadits yang berbeda. Entah siapa orang iseng yang membuat hadits pertama. Atau mungkin bisa jadi pembuat hadits tersebut mendengar hadits kedua, lalu menyebarkannya kepada orang banyak dengan ingatannya yang rusak, sehingga berubahlah makna hadits. Atau bisa jadi juga, pembuat hadits ini berinovasi membuat tradisi <a href="http://muslim.or.id/ramadhan/bermaafan-sebelum-ramadhan.html">bermaaf-maafan</a> sebelum Ramadhan, lalu sengaja menyelewengkan hadits kedua ini untuk mengesahkan tradisi tersebut. Yang jelas, hadits yang tidak ada asal-usulnya, kita pun tidak tahu siapa yang mengatakan hal itu, sebenarnya itu bukan hadits dan tidak perlu kita hiraukan, apalagi diamalkan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Meminta maaf itu disyariatkan dalam Islam. Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zhalimi</em>” (HR. Bukhari no.2449)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dari hadits ini jelas bahwa Islam mengajarkan untuk meminta maaf, <strong>jika berbuat kesalahan kepada orang lain</strong>. Adapun meminta maaf tanpa sebab dan dilakukan kepada semua orang yang ditemui, tidak pernah diajarkan oleh Islam. Jika ada yang berkata: “Manusia khan tempat salah dan dosa, mungkin saja kita berbuat salah kepada semua orang tanpa disadari”. Yang dikatakan itu memang benar, namun apakah serta merta kita meminta maaf kepada semua orang yang kita temui? Mengapa Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> dan para sahabat tidak pernah berbuat demikian? Padahal mereka orang-orang yang paling khawatir akan dosa. Selain itu, kesalahan yang tidak sengaja atau tidak disadari tidak dihitung sebagai dosa di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam,</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">إن الله تجاوز لي عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Sesungguhnya Allah telah memaafkan ummatku yang berbuat salah karena tidak sengaja, atau karena lupa, atau karena dipaksa</em>” (HR Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi, 7/356, Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 4/4, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sehingga, perbuatan meminta maaf kepada semua orang tanpa sebab bisa terjerumus pada <em>ghuluw</em> (berlebihan) dalam beragama.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan kata اليوم (hari ini) menunjukkan bahwa meminta maaf itu dapat dilakukan kapan saja dan yang paling baik adalah meminta maaf dengan segera, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Sehingga mengkhususkan suatu waktu untuk meminta maaf dan dikerjakan secara rutin setiap tahun tidak dibenarkan dalam Islam dan bukan ajaran Islam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Namun bagi seseorang yang memang memiliki kesalahan kepada saudaranya dan belum menemukan momen yang tepat untuk meminta maaf, dan menganggap momen datangnya Ramadhan adalah momen yang tepat, tidak ada larangan memanfaatkan momen ini untuk meminta maaf kepada orang yang pernah dizhaliminya tersebut. Asalkan tidak dijadikan kebiasaan sehingga menjadi ritual rutin yang dilakukan setiap tahun.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Wallahu’alam</em>.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Penulis: <a href="http://kangaswad.wordpress.com/2009/08/16/bermaafan-sebelum-ramadhan/">Yulian Purnama</a></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Artikel <a href="http://muslim.or.id/">www.muslim.or.id</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-92092937899189588162011-07-24T18:19:00.000-07:002011-07-24T18:19:26.491-07:00Siapa Bilang Salafi Pelit Bershalawat?<h3 class="pgtitle" style="text-align: center;">Siapa Bilang Salafi Pelit Bershalawat?</h3><div> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-YHoiDtzS5kw/TizEi2e_8GI/AAAAAAAAAXw/vLhvcb9rniY/s1600/bunga-1shalawat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://3.bp.blogspot.com/-YHoiDtzS5kw/TizEi2e_8GI/AAAAAAAAAXw/vLhvcb9rniY/s320/bunga-1shalawat.jpg" width="320" /></a></div><div class="articleinfo" style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> <br />
</div><div style="text-align: justify;">Terdapat perkataan miring dari sebagian orang yang membenci dakwah sunnah, bahwa <em>salafiyyin</em>, atau orang yang meneladani generasi <em>salafush shalih</em> dalam beragama, enggan bershalawat kepada Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> atau bahkan dituduh anti-shalawat. Padahal salafiyyin, yang senantiasa berpegang-teguh pada dalil-dalil shahih, bershalawat ratusan kali setiap harinya. Hal ini merupakan konsekuensi dari mengikuti dalil-dalil shahih, karena banyak dalil-dalil shahih yang menganjurkan amalan tersebut. Berikut ini beberapa kesempatan dalam satu hari yang dianjurkan untuk bershalawat, berdasarkan dalil-dalil shahih:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>1. Ketika Masuk Masjid</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana hadits dari Fathimah <em>Radhiallahu’anha</em>:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل المسجد صلى على محمد وسلم ، وقال </span>: <span style="font-family: Tahoma;">رب اغفر لي ذنوبي ، وافتح لي أبواب رحمتك</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Biasanya, ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam masuk ke dalam masjid beliau bershalawat kemudian mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi Waftahli Abwaaba Rahmatik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu Rahmat-Mu)</em>” (HR. At Tirmidzi, 314. Dishahihkan Al Albani dalam <em>Shahih Sunan At Tirmidzi</em>).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan seorang salafi, masuk ke masjid minimal 5 kali dalam sehari.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>2. Ketika Keluar Masjid</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana kelanjutan hadits dari Fathimah <em>Radhiallahu’anha</em>:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">وإذا خرج صلى على محمد وسلم ، وقال </span>: <span style="font-family: Tahoma;">رب اغفر لي ذنوبي وافتح لي أبواب فضلك</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Dan ketika beliau keluar dari masjid, beliau bershalawat lalu mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi, Waftahlii Abwaaba Fadhlik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu keutamaan-Mu)</em>” (HR. At Tirmidzi, 314. Dishahihkan Al Albani dalam <em>Shahih Sunan At Tirmidzi</em>).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan seorang salafi, keluar dari masjid minimal 5 kali dalam sehari.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>3. Ketika Tasyahud</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يدعو في صلاته لم يمجد الله تعالى ولم يصل على النبي صلى الله عليه وسلم فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم عجل هذا ثم دعاه فقال له أو لغيره إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد ربه جل وعز والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بعد بما شاء</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> “<em>Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendengar seorang lelaki yang berdoa dalam shalatnya tanpa mengagungkan Allah dan tanpa bershalawat. Beliau pun berkata: ‘Orang ini terlalu tergesa-gesa’. Rasulullah lalu memanggil lelaki tersebut lalu menasehatinya: ‘Jika salah seorang diantara kalian berdoa mulailah dengan mengagungkanlah Allah, lalu memuji Allah, kemudian bershalawatlah, barulah setelah itu berdoa apa yang ia inginkan‘</em>” (HR. Abu Daud, 1481. Dishahihkan Al Albani dalam <em>Shahih Sunan Abi Daud</em>).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pada ulama mengatakan bahwa tempat shalawat kepada Nabi di dalam shalat adalah setelah tasyahud awal dan akhir. Bahkan sebagian ulama menggolongkan shalawat setelah tasyahud akhir sebagai rukun shalat.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan seorang salafi, minimal ber-tasyahud 10 (5 x 2) kali dalam sehari.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>4. Ketika disebut nama Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em></strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">اَلْبَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Orang pelit itu adalah orang yang ketika disebut namaku ia enggan bershalawat</em>” (HR. At Tirmidzi no.3546, ia berkata: “Hasan Shahih Gharib”).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Seorang salafi, yang senantiasa bersemangat menuntut ilmu syar’i, ia membaca kitab para ulama, menghafal hadits, duduk di majlis-majlis ilmu, puluhan kali nama Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam </em>disebut di sana sehingga ia pun puluhan kali bershalawat.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>5. Ketika selesai mendengar adzan</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">إذا سمعتم المؤذن فقولوا مثل ما يقول </span>. <span style="font-family: Tahoma;">ثم صلوا علي </span>. <span style="font-family: Tahoma;">فإنه من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Jika kalian mendengarkan muadzin mengumandangkan adzan, ucapkanlah apa yang ia ucapkan. Kemudian bershalawatlah kepadaku. Karena setiap seseorang bershalawat kepadaku, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali</em>” (HR. Muslim, no. 384)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan adzan, minimal 5 kali berkumandang setiap harinya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>6. Dalam rangkaian dzikir pagi</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">من صلى علي حين يصبح عشرا وحين يمسي عشرا أدركته شفاعتي يوم القيامة</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Barangsiapa bershalawat kepadaku ketika pagi dan ketika sore masing-masing 10 kali, ia akan mendapatkan syafa’atku kelak di hari kiamat</em>” (Dihasankan oleh Al Mundziri dalam <em>Targhib Wat Tarhib</em>, 1/314, juga oleh Al Haitsami dalam <em>Majma’ Az Zawaid</em>, 10/123. Sebagian ulama melemahkan hadits ini, semisal Al Albani dalam <em>Adh Dha’ifah</em>, 5788 )</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan seorang salafi bersemangat menjaga dzikir pagi setiap harinya. Dalam rangkaian dzikir pagi juga banyak disebut nama Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em> sehingga ketika mengamalkan dzikir pagi, puluhan kali shalawat diucapkan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>7. Dalam rangkaian dzikir sore</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana hadits pada poin sebelumnya. Seperti paparan sebelumnya, ketika mengamalkan dzikir sore pun, puluhan kali shalawat diucapkan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>8. Ketika hendak berdoa</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana hadits pada poin 3. Dan seorang salafi bersemangat memperbanyak doa, dalam rangka mengamalkan firman Allah:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Berdoalah kepada-Ku, akan Aku kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang sombong, enggan beribadah kepada-Ku, akan Aku masukkan mereka ke neraka Jahannam yang pedih</em>” (QS. Al-Mu’min: 60)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Terutama pada waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa. Dan dalam 1 hari ada puluhan <a href="http://muslim.or.id/doa-dan-wirid/waktu-waktu-terkabulnya-doa.html">waktu mustajab untuk berdoa</a>. Sehingga seorang salafi, puluhan kali bershalawat sebelum berdoa dalam sehari.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>9. Pada waktu-waktu bebas yang tidak ditentukan</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Seorang salafi senantiasa menggunakan waktunya agar tidak tersia-sia. Salah satu caranya dengan banyak berdzikir, dan diantara dzikir yang dianjurkan adalah bacaan shalawat kepada Nabi <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em>. Dianjurkan untuk memperbanyak shalawat kapan saja tanpa terikat kesempatan tertentu. Berdasarkan firman Allah <em>Ta’ala</em>:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Sesungguhnya Allah dan para Malaikatnya bershalawat kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepadanya dan doakanlah keselamatan atasnya</em>” (QS. Al Ahzab: 56)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Juga keumuman sabda Nabi <em>Shallallahu’alaihi Wasallam</em>:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">فإنه من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Karena setiap seseorang bershalawat kepadaku, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali</em>” (HR. Muslim, 384)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di perjalanan, ketika menunggu, ketika istirahat, ketika berjalan, ketika dalam majelis, dan waktu-waktu lain kapan saja dan di mana saja.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>10. Pada hari dan malam Jum’at</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam </em>bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي قال فقالوا يا رسول الله وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد أرمت قال يقولون بليت قال إن الله تبارك وتعالى حرم على الأرض أجساد الأنبياء صلى الله عليهم</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Hari jumat adalah hari yang paling utama. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu. Karena sesungguhnya shalawat kalian itu sampai kepadaku”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin shalawat kami sampai kepadamu, sementara kelak engkau dikebumikan?”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengharamkan bumi untuk menghancurkan jasad para Nabi shallallahu ‘alaihim</em>” (HR. Abu Daud no. 1047. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam <em>Shahih Al-Jami</em>, 2212)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <em>Shallallahu’alaihi Wasallam </em>juga bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">أكثروا الصلاة علي يوم الجمعة و ليلة الجمعة ، فمن صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat. Karena orang yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali</em>” (HR. Al-Baihaqi, 3/249. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam <em>Ash-Shahihah</em>, 1407)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Jelaslah sudah bahwa salafiyyin, orang-orang yang berpegang-teguh pada dalil Qur’an dan sunnah yang shahih, akan mengamalkan shalawat ratusan kali dalam sehari, bahkan lebih. Tentu saja dengan suara lirih, sendiri-sendiri, tidak dikeraskan dan tidak pula beramai-ramai. Namun perlu dicatat, bahwa setiap orang tentu memiliki <em>juhud </em>yang berbeda-beda dalam ibadahnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Adapun shalawat yang diingkari oleh salafiyyin adalah shalawat yang dikarang-karang serta dibuat-buat oleh orang, dan tidak pernah diajarkan oleh Nabi <em>Shallallahu’alaihi Wasallam </em>maupun para shahabat serta generasi <em>salafus shalih</em>. Dikarang-karang lafadznya, juga tata-caranya. Para sahabat Nabi, orang yang paling mencintai beliau jauh lebih cinta dari kita semua, mereka tidak pernah mengarang-ngarang shalawat. Mereka bahkan bertanya kepada Nabi <em>Shallallahu’alaihi Wasallam </em>cara bershalawat:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">يا رسول الله ، أما السلام عليك فقد عرفناه ، فكيف الصلاة ؟ قال </span>: ( <span style="font-family: Tahoma;">قولوا </span>:<span style="font-family: Tahoma;">اللهم صل على محمد وعلى آل محمد ، كما صليت على إبراهيم ، إنك حميد مجيد ، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد ، كما باركت على إبراهيم ، إنك حميد مجيد </span>)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> “<em>Wahai Rasulullah, tata cara salam terhadapmu, kami sudah tahu. Namun </em><em><strong>bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?</strong></em><em> Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda: ‘Ucapkanlah: Allahumma Shalli ‘ala Muhammad Wa ‘ala Aali Muhammad, Kamaa Shallaita ‘ala Ibrahim Innaka Hamiidum Majid. Allahumma Baarik ‘ala Muhammad Wa ‘ala Aali Muhammad, Kamaa Baarakta ‘ala Ibraahim, Innaka Hamiidum Majid‘</em>”. (HR. Bukhari 4797)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Apalagi shalawat-shalawat yang dikarang-karang oleh sebagian orang, dibumbui dengan khasiat-khasiat tertentu tanpa dalil. Diperparah lagi jika shalawat-shalawat buatan tersebut dilantunkan beramai-ramai menggunakan pengeras suara. Padahal Allah <em>Ta’ala </em>memerintahkan kita berdzikir dengan rendah diri, penuh takut dan bersuara lirih:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Berdzikirlah kepada Rabb-mu dengan penuh kerendahan diri, rasa takut serta tanpa suara yang dikeraskan</em>” (QS. Al A’raf: 205)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Renungkanlah, dari apa yang kita paparkan di atas, andai kita mau mengamalkan shalawat berdasarkan dalil yang shahih, hari-hari kita akan sangat sibuk sekali. Maka, untuk apa kita masih mencari-cari atau mengarang-ngarang shalawat sendiri? Sahabat Ibnu Mas’ud <em>Radhiallahu’anhu </em>berkata:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Tahoma;">اتَّبِعُوا وَلاَ تَبْتَدِعُوا ، فَقَد كُفِيتُم</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Ikutilah saja (sunnah Nabi) dan jangan berbuat bid’ah. Sesungguhnya sunnah Nabi telah mencukupi kalian</em>“</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">—</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Penulis: <a href="http://kangaswad.wordpress.com/">Yulian Purnama</a></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Artikel <a href="http://muslim.or.id/">www.muslim.or.id</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-47351298172559153422011-07-20T18:17:00.000-07:002011-07-20T18:17:36.230-07:00Jilbabku Penutup Auratku<h1 style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Jilbabku Penutup Auratku</span></h1><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-49MQo0pNXaA/Tid-F86a3uI/AAAAAAAAAXs/bBp5nU4zJm0/s1600/jilbab+ful.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-49MQo0pNXaA/Tid-F86a3uI/AAAAAAAAAXs/bBp5nU4zJm0/s1600/jilbab+ful.jpeg" /></a></div><h1 style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"> </span></h1><div> </div><div id="fb_share_1" style="float: right; margin-left: 10px; text-align: justify;"><span class="fb_share_size_Small fb_share_count_wrapper"><span></span><span class="fb_share_count_nub_top "></span><span class="fb_share_count fb_share_count_top"><span class="fb_share_count_inner"><br />
</span></span><span class="FBConnectButton FBConnectButton_Small" style="cursor: pointer;"><span class="FBConnectButton_Text"></span></span></span></div><div style="text-align: justify;">Penyusun: Ummu Ziyad<br />
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pembahasan kali ini merupakan perinciaan dari artikel-artikel sebelumnya yang membahas tentang masalah jilbab muslimah yang sesuai syari’at sekaligus jawaban atas berbagai komentar yang masuk.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span id="more-65"></span><br />
Jilbab merupakan bagian dari syari’at yang penting untuk dilaksanakan oleh seorang muslimah. Ia bukanlah sekedar identitas atau menjadi hiasan semata dan juga bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk menjalankan aktivitas kehidupannya. Menggunakan jilbab yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> adalah wajib dilakukan oleh setiap muslimah, sama seperti ibadah-ibadah lainnya seperti sholat, puasa yang diwajibkan bagi setiap muslim. Ia bukanlah kewajiban terpisah dikarenakan kondisi daerah seperti dikatakan sebagian orang (karena Arab itu berdebu, panas dan sebagainya). Ia juga bukan kewajiban untuk kalangan tertentu (yang sudah naik haji atau anak pesantren).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Benar saudariku… memakai jilbab adalah kewajiban kita sebagai seorang muslimah. Dan dalam pemakaiannya kita juga harus memperhatikan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Seperti telah disebutkan pada artikel sebelumnya, terdapat beberapa persyaratan dalam penggunanan jilbab yang sesuai syari’at. Semoga Allah memudahkan penulis memperjelas poin-poin yang ada dalam artikel sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>DEFINISI JILBAB</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Secara <strong>bahasa</strong>, dalam kamus <em>al Mu’jam al Wasith</em> 1/128, disebutkan bahwa jilbab memiliki beberapa makna, yaitu:</div><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li>Qomish (sejenis jubah).</li>
<li>Kain yang menutupi seluruh badan.</li>
<li>Khimar (kerudung).</li>
<li>Pakaian atasan seperti milhafah (selimut).</li>
<li>Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk menutupi tubuhnya.</li>
</ol><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Adapun secara <strong>istilah</strong>, berikut ini perkataan para ulama’ tentang hal ini.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ibnu Hazm <em>rahimahullah</em> mengatakan, <em>“Jilbab menurut bahasa Arab yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya sebagiannya.”</em> Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan, <em>“Jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup).”</em> (Syaikh Al Bani dalam <em>Jilbab Muslimah</em>).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Syaikh bin Baz (dari Program <em>Mausu’ah Fatawa Lajnah wal Imamain</em>) berkata, <em>“Jilbab adalah kain yang diletakkan di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman). Jadi, jilbab adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan seluruh badan. Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi dengan jilbab, kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman).”</em> (bin Baz, 289). Beliau juga mengatakan, <em>“Jilbab adalah rida’ (selendang) yang dipakai di atas khimar (kerudung) seperti abaya (pakaian wanita Saudi).”</em> (bin Baz, 214). Di tempat yang lain beliau mengatakan, <em>“Jilbab adalah kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan badannnya untuk menutupi wajah dan badan, sebagai pakaian tambahan untuk pakaian yang biasa (dipakai di rumah).”</em> (bin Baz, 746). Beliau juga berkata, <em>“Jilbab adalah semua kain yang dipakai seorang perempuan untuk menutupi badan. Kain ini dipakai setelah memakai dar’un (sejenis jubah) dan khimar (kerudung kepala) dengan tujuan menutupi tempat-tempat perhiasan baik asli (baca: aurat) ataupun buatan (misal, kalung, anting-anting, dll).”</em> (bin Baz, 313).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dalam artikel sebelumnya, terdapat pertanyaan apa beda antara jilbab dengan hijab. Syaikh Al Bani <em>rahimahullah</em> mengatakan, <em>“Setiap jilbab adalah hijab, tetapi tidak semua hijab itu jilbab, sebagaimana yang tampak.”</em> Sehingga memang terkadang kata hijab dimaksudkan untuk makna jilbab. Adapun makna lain dari hijab adalah sesuatu yang menutupi atau meghalangi dirinya, baik berupa tembok, sket ataupun yang lainnya. Inilah yang dimaksud dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat al-Ahzab ayat 53, <em>“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah nabi kecuali bila kamu diberi izin… dan apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepda mereka (para istri Nabi), maka mintalah dari balik hijab…”</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>SYARAT-SYARAT PAKAIAN MUSLIMAH</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>1. Menutup Seluruh Badan Kecuali Yang Dikecualikan</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”</em> (QS. Al Ahzab: 59)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…”</em> (QS. An Nuur: 31)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Tentang ayat dalam surat An Nuur yang artinya <em>“kecuali yang (biasa) nampak dari padanya”</em>, maka terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama sehingga membawa konsekuensi yang berbeda tentang hukum penggunaan cadar bagi seorang muslimah. Untuk penjelasan rinci, silakan melihat pada artikel yang sangat bagus tentang masalah ini pada artikel <em>Hukum Cadar</em> di www.muslim.or.id.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dari syarat pertama ini, maka jelaslah bagi seorang muslimah untuk menutup seluruh badan kecuali yang dikecualikan oleh syari’at. Maka, sangat menyedihkan ketika seseorang memaksudkan dirinya memakai jilbab, tapi dapat kita lihat rambut yang keluar baik dari bagian depan ataupun belakang, lengan tangan yang terlihat sampai sehasta, atau leher dan telinganya terlihat jelas sehingga menampakkan perhiasan yang seharusnya ditutupi.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Catatan penting dalam poin ini adalah penggunaan khimar yang merupakan bagian dari syari’at penggunaan jilbab sebagaimana terdapat dalam ayat selanjutnya dalam surat An Nuur ayat 31,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dadanya.”</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Khumur</em> merupakan jamak dari kata <em>khimar</em> yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menutupi bagian kepala. Sayangnya, pemakaian khimar ini sering dilalaikan oleh muslimah sehingga seseorang mencukupkan memakai jilbab saja atau hanya khimar saja. Padahal masing-masing wajib dikenakan, sebagaimana terdapat dalam hadits dari Sa’id bin Jubair mengenai ayat dalam surat Al Ahzab di atas, ia berkata, <em>“Yakni agar mereka melabuhkan jilbabnya. Sedangkan yang namanya jilbab adalah qina’ (kudung) di atas khimar. Seorang muslimah tidak halal untuk terlihat oleh laki-laki asing kecuali dia harus mengenakan qina’ di atas khimarnya yang dapat menutupi bagian kepala dan lehernya.”</em> Hal ini juga terdapat dalam atsar dari ‘Aisyah <em>radhiallahu’anha</em>, ia berkata,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">لابد للمرأة من ثلاثة أثواب تصلي فيهن: درع و جلباب و خمار</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Seorang wanita dalam mengerjakan shalat harus mengenakan tiga pakaian: baju, jilbab dan khimar.”</em> (HR. Ibnu Sa’ad, isnadnya shahih berdasarkan syarat Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Namun terdapat keringanan bagi wanita yang telah menopause yang tidak ingin kawin sehingga mereka diperbolehkan untuk melepaskan jilbabnya, sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 60:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاء اللَّاتِي لَا يَرْجُونَ نِكَاحاً فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَن يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ وَأَن يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَّهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana.”</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ibnu Abbas <em>radhiallahu’anhu</em> mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata “pakaian” pada ayat di atas adalah “jilbab” dan hal serupa juga dikatakan oleh Ibnu Mas’ud. (Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Al Baihaqi). Dapat pula diketahui di sini, bahwa pemakaian khimar yang dikenakan sebelum jilbab adalah <strong>menutupi dada</strong>. Lalu bagaimana bisa seseorang dikatakan memakai jilbab jika hanya sampai sebatas leher? Semoga ini menjadi renungan bagi saudariku sekalian.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Berikut ini contoh tampilan khimar dan jilbab. Khimar dikenakan menutupi dada. Setelah itu baru dikenakan jilbab di atasnya. (warna, bentuk dan panjang pakaian dalam gambar hanyalah sebagai contoh).</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="Khimar" border="0" src="http://muslimah.or.id/img/khimar.jpg" title="" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><img alt="Jilbab" border="0" src="http://muslimah.or.id/img/jilbab.jpg" title="" /></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Catatan penting lainnya dari poin ini adalah terdapat anggapan bahwa pakaian wanita yang sesuai syari’at adalah yang berupa jubah terusan (longdress), sehingga ada sebagian muslimah yang memaksakan diri untuk menyambung-nyambung baju dan rok agar dikatakan memakai pakaian longdress. Lajnah Daimah pernah ditanya tentang hal ini, yaitu <em>apakah jilbab harus “terusan” atau “potongan” (ada pakaian atasan dan rok bawahan)</em>. Maka jawaban Lajnah Daimah, <em>“Hijab (baca: jilbab) baik terusan ataukah potongan, keduanya tidak mengapa (baca: boleh) asalkan bisa menutupi sebagaimana yang diperintahkan dan disyari’atkan.”</em> Fatwa ini ditandatangani oleh Abdul Aziz bin Baz sebagai ketua dan Abdullah bin Ghadayan sebagai anggota (<em>Fatawa Lajnah Daimah</em> 17/293, no fatwa: 7791, Maktabah Syamilah). Dengan demikian, jelaslah tentang tidak benarnya anggapan sebagian muslimah yang mempersyaratkan jubah terusan (longdress) bagi pakaian muslimah. Camkanlah ini wahai saudariku!</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>2. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hal ini sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 31, <em>“…Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…”</em> Ketika jilbab dan pakaian wanita dikenakan agar aurat dan perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat ketika menjadikan pakaian atau jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan awal untuk menutupi perhiasan menjadi hilang. Banyak kesalahan yang timbul karena poin ini terlewatkan, sehingga seseorang merasa sah-sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan warna-warni yang lembut dengan motif bunga yang cantik, dihiasi dengan benang-benang emas dan perak atau meletakkan berbagai pernak-pernik perhiasan pada jilbab mereka.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Namun, terdapat kesalahpahaman juga bahwa jika seseorang tidak mengenakan jilbab berwarna hitam maka berarti jilbabnya berfungsi sebagai perhiasan. Hal ini berdasarkan beberapa atsar tentang perbuatan para sahabat wanita di zaman Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> yang mengenakan pakaian yang berwarna selain hitam. Salah satunya adalah atsar dari Ibrahim An Nakhai,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">أنه كان يدخل مع علقمة و الأسود على أزواج النبي صلى الله عليه و سلم و يرا هن في اللحف الحمر</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Bahwa ia bersama Alqomah dan Al Aswad pernah mengunjungi para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia melihat mereka mengenakan mantel-mantel berwarna merah.”</em> (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam kitab <em>Al Mushannaf</em>)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Catatan:</strong> Masalah warna ini berlaku bagi wanita. Adapun bagi pria, terdapat hadits yang menerangkan pelarangan penggunaan pakaian berwarna merah.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, tolak ukur “Pakaian perhiasan ataukah bukan adalah berdasarkan ‘urf (kebiasaan).” (keterangan dari Syaikh Ali Al Halabi). Sehingga suatu warna atau motif menarik perhatian pada suatu masyarakat maka itu terlarang dan hal ini boleh jadi tidak berlaku pada masyarakat lain.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>3. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda tentang dua kelompok yang termasuk ahli neraka dan beliau belum pernah melihatnya,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan wanita yang kasiyat (berpakaian tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak menutup auratnya), mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang), kepala mereka seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal baunya didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.”</em> (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421 – lihat majalah Al Furqon Gresik)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ambil dan camkanlah hadits ini wahai saudariku, karena ancamannya demikian keras sehingga para ulama memasukkannya dalam dosa-dosa besar. Betapa banyak wanita muslimah yang seakan-akan menutupi badannya, namun pada hakekatnya telanjang. Maka dalam pemilihan bahan pakaian yang akan kita kenakan juga harus diperhatikan karena sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr, <em>“Bahan yang tipis dapat menggambarkan bentuk tubuh dan tidak dapat menyembunyikannya.”</em> Syaikh Al Bani juga menegaskan, <em>“Yang tipis (transparan) itu lebih parah dari yang menggambarkan lekuk tubuh (tapi tebal).”</em> Bahkan kita ketahui, bahan yang tipis terkadang lebih mudah dalam mengikuti lekuk tubuh sehingga sekalipun tidak transparan, bentuk tubuh seorang wanita menjadi mudah terlihat.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>4. Harus Longgar, Tidak Ketat</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Selain kain yang tebal dan tidak tipis, maka pakaian tersebut haruslah longgar, tidak ketat, sehingga tidak menampakkan bentuk tubuh wanita muslimah. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits dari Usamah bin Zaid ketika ia diberikan baju Qubthiyah yang tebal oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, ia memberikan baju tersebut kepada istrinya. Ketika Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> mengetahuinya, beliau bersabda,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">مرْها فلتجعل تحتها غلالة فإني أخاف أن تصف حجم عظمها</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Perintahkanlah ia agar mengenakan baju dalam di balik Qubthiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tubuh.”</em> (HR. Ad Dhiya’ Al Maqdisi, Ahmad dan Baihaqi dengan sanad hasan)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Maka tidak tepat jika seseorang mencukupkan dengan memakai rok, namun ternyata tetap memperlihatkan pinggul, kaki atau betisnya. Maka jika pakaian tersebut telah cukup tebal dan longgar namun tetap memperlihatkan bentuk tubuh, maka dianjurkan bagi seorang muslimah untuk memakai lapisan dalam. Namun janganlah mencukupkan dengan kaos kaki panjang, karena ini tidak cukup untuk menutupi bentuk tubuh (terutama untuk para saudariku yang sering tersingkap roknya ketika menaiki motor sehingga terlihatlah bentuk betisnya). Poin ini juga menjadi jawaban bagi seseorang yang membolehkan penggunaan celana dengan alasan longgar dan pinggulnya ditutupi oleh baju yang panjang. Celana boleh digunakan untuk menjadi lapisan namun bukan inti dari pakaian yang kita kenakan. Karena bentuk tubuh tetap terlihat dan hal itu menyerupai pakaian kaum laki-laki. (lihat poin 6). Jika ada yang beralasan, celana supaya fleksibel. Maka, tidakkah ia ketahui bahwa rok bahkan lebih fleksibel lagi jika memang sesuai persyaratan (jangan dibayangkan rok yang ketat/span). Kalaupun rok tidak fleksibel (walaupun pada asalnya fleksibel) apakah kita menganggap logika kita (yang mengatakan celana lebih fleksibel) lebih benar daripada syari’at yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Renungkanlah wahai saudariku!</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>5. Tidak Diberi Wewangian atau Parfum</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Perhatikanlah salah satu sabda Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berkaitan tentang wanita-wanita yang memakai wewangian ketika keluar rumah,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">ايّما امرأةٍ استعطرتْ فمَرّتْ على قوم ليَجِدُوا رِيْحِها، فهيا زانِيةٌٍ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.”</em> (HR. Tirmidzi)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">أيما امرأة أصابت بخورا فلا تشهد معنا العشاء الاخرة</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Siapapun perempuan yang memakai bakhur, maka janganlah ia menyertai kami dalam menunaikan shalat isya’.”</em> (HR. Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Syaikh Al Bani berkata, <em>“Wewangian itu selain ada yang digunakan pada badan, ada pula yang digunakan pada pakaian.”</em> Syaikh juga mengingatkan tentang penggunaan bakhur (wewangian yang dihasilkan dari pengasapan) yang ini lebih banyak digunakan untuk pakaian bahkan lebih khusus untuk pakaian. Maka hendaknya kita lebih berhati-hati lagi dalam menggunakan segala jenis bahan yang dapat menimbulkan wewangian pada pakaian yang kita kenakan keluar, semisal produk-produk pelicin pakaian yang disemprotkan untuk menghaluskan dan mewangikan pakaian (bahkan pada kenyataannya, bau wangi produk-produk tersebut sangat menyengat dan mudah tercium ketika terbawa angin). Lain halnya dengan produk yang memang secara tidak langsung dan tidak bisa dihindari membuat pakaian menjadi wangi semisal deterjen yang digunakan ketika mencuci.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>6. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan larangan seorang wanita menyerupai laki-laki atau sebaliknya (tidak terbatas pada pakaian saja). Salah satu hadits yang melarang penyerupaan dalam masalah pakaian adalah hadits dari Abu Hurairah <em>radhiallahu’anhu</em>, ia berkata</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">لعن رسول الله صلى الله عليه و سلم الرجل يلبس لبسة المرأة و المرأة تلبس لبسة الرجل</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria.”</em> (HR. Abu Dawud)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, <em>“Kesamaan dalam perkara lahir mengakibatkan kesamaan dan keserupaan dalam akhlak dan perbuatan.”</em> Dengan menyerupai pakaian laki-laki, maka seorang wanita akan terpengaruh dengan perangai laki-laki dimana ia akan menampakkan badannya dan menghilangkan rasa malu yang disyari’atkan bagi wanita. Bahkan yang berdampak parah jika sampai membawa kepada maksiat lain, yaitu terbawa sifat kelaki-lakian, sehingga pada akhirnya menyukai sesama wanita. <em>Wal’iyyadzubillah.</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Terdapat dua landasan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi kita untuk menghindari penggunaan pakaian yang menyerupai laki-laki.</div><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li>Pakaian tersebut membedakan antara pria dan wanita.</li>
<li>Tertutupnya kaum wanita.</li>
</ol><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sehingga dalam penggunaan pakaian yang sesuai syari’at ketika menghadapi yang bukan mahromnya adalah tidak sekedar yang membedakan antara pria dan wanita namun tidak tertutup atau sekedar tertutup tapi tidak membedakan dengan pakaian pria. Keduanya saling berkaitan. Lebih jelas lagi adalah perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab <em>Al Kawakib</em> yang dikutip oleh syaikh Al Bani, yang penulis ringkas menjadi poin-poin sebagai berikut untuk memudahkan pemahaman,</div><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li>Prinsipnya bukan semata-mata apa yang dipilih, disukai dan biasa dipakai kaum pria dan kaum wanita.</li>
<li>Juga bukan pakaian tertentu yang dinyatakan Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> atau yang dikenakan oleh kaum pria dan wanita di masa beliau <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam.</em></li>
<li>Jenis pakaian yang digunakan sebagai penutup juga tidak ditentukan (sehingga jika seseorang memakai celana panjang dan kaos kemudian menutup pakaian dan jilbab di atasnya yang sesuai perintah syari’at sehingga bentuk tubuhnya <strong>tidak tampak</strong>, maka yang seperti ini tidak mengapa -pen)</li>
</ol><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kesimpulannya, yang membedakan antara jenis pakaian pria dan wanita kembali kepada apa yang sesuai dengan apa yang diperintahkan bagi pria dan apa yang diperintahkan bagi kaum wanita. Namun yang perlu diingat, pelarangan ini adalah dalam hal-hal yang tidak sesuai fitrahnya. Syaikh Muhammad bin Abu Jumrah <em>rahimahullah</em> sebagaimana dikutip oleh Syaikh Al Bani mengatakan, <em>“Yang dilarang adalah masalah pakaian, gerak-gerik dan lainnya, bukan penyerupaan dalam perkara kebaikan.”</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>7. Tidak Menyerupai Pakaian Wanita-Wanita Kafir</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Banyak dari poin-poin yang telah disebutkan sebelumnya menjadi terasa berat untuk dilaksanakan oleh seorang wanita karena telah terpengaruh dengan pakaian wanita-wanita kafir. Betapa kita ketahui, mereka (orang kafir) suka menampakkan bentuk dan lekuk tubuh, memakai pakaian yang transparan, tidak peduli dengan penyerupaan pakaian wanita dengan pria. Bahkan terkadang mereka mendesain pakaian untuk wanita maskulin! Hanya kepada Allah-lah kita memohon perlindungan dan meminta pertolongan untuk dijauhkan dari kecintaan kepada orang-orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan <strong>janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya</strong>, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”</em> (QS. Al Hadid [57]: 16)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah <em>rahimahullah</em> berkata, <em>“Firman Allah, ‘Janganlah mereka seperti…’ merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka….”</em> (<em>Al Iqtidha</em>, dikutip oleh Syaikh Al Bani)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>8. Bukan Pakaian Untuk Mencari Popularitas</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Barangsiapa mengenakan pakaian syuhrah (untuk mencari popularitas) di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api naar.”</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Adapun <em>libas syuhrah</em> (pakaian untuk mencari popularitas) adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal, yang dipakai seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah yang dipakai seseorang untuk menampakkan kezuhudan dan dengan tujuan riya. (<em>Jilbab Muslimah</em>)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Namun bukan berarti di sini seseorang tidak boleh memakai pakaian yang baik, atau bernilai mahal. Karena pengharaman di sini sebagaimana dikatakan oleh Imam Asy Syaukani adalah berkaitan dengan <strong>keinginan meraih popularitas</strong>. Jadi, yang dipakai sebagai patokan adalah tujuan memakainya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala suka jika hambanya menampakkan kenikmatan yang telah Allah berikan padanya. Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Sesungguhnya Allah menyukai jika melihat bekas kenikmatan yang diberikan oleh-Nya ada pada seorang hamba.”</em> (HR. Tirmidzi)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>PENUTUP</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Demikian sedikit penjelasan tentang pengertian jilbab dan penjelasan dari poin-poin tentang persyaratan jilbab muslimah yang sesuai syari’at. Saudariku… janganlah kita terpedaya dengan segala aktifitas dan perkataan orang yang menjadikan seseorang cenderung merasa tidak mungkin untuk menggunakan jilbab yang sesuai syari’at. Ingatlah, bahwa sesungguhnya tidak ada teman di hari akhir yang mau menanggung dosa yang kita lakukan. Hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan ketika menjalankan segala ibadah yang telah disyari’atkan. Semoga artikel ini juga dapat menjawab berbagai pertanyaan dan komentar yang masuk pada artikel-artikel sebelumnya. <em>Wallahu a’lam.</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Maraji’:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li>Majalah Al Furqon, edisi 12 tahun III</li>
<li><em>Jilbab Muslimah</em>. Syaikh Al Bani. Pustaka At Tibyan</li>
<li><em>Maktabah Syamilah</em></li>
</ol><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><a href="http://www.muslimah.or.id/">Artikel www.muslimah.or.id</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-36951626948803982212011-07-20T18:13:00.001-07:002011-07-20T18:13:56.451-07:00Mengeluh dan Merasa Sempit dengan Kehidupan?<div class="post-single" style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"> </div><h1 style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Mengeluh dan Merasa Sempit dengan Kehidupan?</span></h1><div style="text-align: justify;"> <img alt="" class="lead_image" height="225" src="http://muslimah.or.id/img/2010/23a.jpg" title="" width="300" /> </div><div id="fb_share_1" style="float: right; margin-left: 10px; text-align: justify;"><a href="http://www.facebook.com/sharer.php?u=http%253A%252F%252Fmuslimah.or.id%252Fkeluarga%252Fmengeluh-dan-merasa-sempit-dengan-kehidupan.html&src=sp" name="fb_share" style="text-decoration: none;" type="box_count"><span class="fb_share_size_Small fb_share_count_wrapper"><span></span><span class="fb_share_count_nub_top "></span><span class="fb_share_count fb_share_count_top"><span class="fb_share_count_inner"></span></span><span class="FBConnectButton FBConnectButton_Small" style="cursor: pointer;"><span class="FBConnectButton_Text"></span></span></span></a></div><div style="text-align: justify;">Sebagian istri ada yang mengeluhkan kehidupannya dan tidak bisa menerima penghasilan suaminya. Ia ingin hidup seperti Fulanah atau seperti salah seorang karib keluarganya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Engkau lupa bahwa Allah tidaklah menciptakan manusia sama rata. Allah menciptakan orang kulit putih dan orang kulit hitam, orang kaya dan orang miskin, orang kuat dan orang lemah.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Agar engkau dapat menenangkan dirimu hendaklah camkan hadits berikut ini</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Lihatlah orang yang dibawahmu dan jangan lihat orang yang diatasmu, hal itu lebih baik sehingga engkau tidak menyepelekan nikmat Allah.”</em> (HR Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ingatlah selalu bahwa kebahagiaan bukan hanya terletak pada harta semata. Berapa banyak wanita yang memiliki suami kaya hartanya namun bakhil perasaan dan cintanya. Sementara yang lain memiliki suami yang fakir hartanya namun kaya perasaannya dan cinta kepada istri dan rumahnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Hendaklah seorang istri selalu ridha menerima suaminya yang mencintai dirinya. Kebahagiaan itu bukan hanya terletak pada makanan dan minuman, bukan berhias dengan pakaian mahal, perabotan mewah, emas perak dan kendaraan yang banyak. Namun kekayaan itu letaknya dalam dada dan hati yang tenang, penuh dengan cinta dan keimanan.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Artikel <a href="http://muslimah.or.id/">muslimah.or.id</a><br />
Disalin dari buku <em>Agar Suami Cemburu Padamu</em>, karya Dr. Najla’ As Sayyid Nayil, Pustaka At Tibyan</div><div style="text-align: justify;"> </div><div id="fb_share_1" style="float: right; margin-left: 10px; text-align: justify;"><a href="http://www.facebook.com/sharer.php?u=http%253A%252F%252Fmuslimah.or.id%252Fkeluarga%252Fmengeluh-dan-merasa-sempit-dengan-kehidupan.html&src=sp" name="fb_share" style="text-decoration: none;" type="box_count"><span class="fb_share_size_Small fb_share_count_wrapper"><span></span><span class="fb_share_count_nub_top "></span><span class="fb_share_count fb_share_count_top"><span class="fb_share_count_inner">788</span></span><span class="FBConnectButton FBConnectButton_Small" style="cursor: pointer;"><span class="FBConnectButton_Text">Share</span></span></span></a></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-90448315292829580922011-07-20T18:10:00.000-07:002011-07-20T18:10:47.136-07:00Laksana Bidadari dalam Hati Suami 4 (Penuh Cinta Kasih)<h1 style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Laksana Bidadari dalam Hati Suami 4 (Penuh Cinta Kasih)</span></h1><img alt="" class="lead_image" height="225" src="http://muslimah.or.id/img/2010/6a.jpg" width="300" /><span class="fb_share_size_Small fb_share_count_wrapper"><span class="FBConnectButton FBConnectButton_Small" style="cursor: pointer;"><span class="FBConnectButton_Text">e</span></span></span><div style="text-align: justify;"><strong>Penuh Cinta dan Kasih</strong></div><div> </div><div style="text-align: justify;">Allah <em>Ta’ala</em> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” </em>(Qs. Al-Waqi’ah: 36-37)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ibnul A’rabi berkata, <em>“Al-’Urubu min An-Nisaa’i”</em> (<span class="arab"> العرب من النساء</span>)<em> maksudnya wanita yang patuh kepada suaminya dan memperlihatkan cintanya kepadanya.</em>”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Tentang penafsiran<em> ‘urub</em> (<span class="arab">عرب </span>) para ahli tafsir menyebutkan bahwa wanita-wanita tersebut sangat mencintai suaminya, sayang dan manja kepada suami, membuat suami cinta kepadanya, membuat nafsu syahwat suaminya bergelora kepadanya dan membuat suami berdandan karenanya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Bukhari dalam Shahihnya berkata<em>, ” ‘Uruban</em> (<span class="arab">عربا </span>)<em> adalah wanita yang amat cinta pada suaminya.”</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Seorang wanita shalihah cerminan dari pribadi yang penuh kasih dan cinta pada suaminya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mencintai pria lain…sebagaimana yang disabdakan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Istri-istri kalian akan menjadi penghuni surga yang sangat mencintai, yang jika dia disakiti dan menyakiti maka dia segera datang kepada suaminya, dia letakkan tangannya di atas telapak tangan suaminya, seraya berucap, “Saya tidak dapat tidur sampai engkau meridhaiku.” </em>(HR. Thabrani)<em> </em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em> </em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Maka Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> pun menganjurkan kepada laki-laki yang akan menikah untuk mencari wanita yang penyayang dan berbelas kasih. Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Nikahilah wanita yang penyayang dan berpotensi beranak banyak, karena aku akan membanggakan jumlah kalian kepada umat-umat yang lain di hari kiamat” </em>(HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Di antara bentuk cinta dan kasih kepada suami adalah bertutur kata dengan manis, lembut dan mesra, karena manisnya tutur kata wanita dapat memikat dan mempesonakan hati lelaki. Apa engkau tidak ingin kata-katamu laksana tetesan air yang begitu menyejukkan di tengah gurun pasir nan tandus lagi gersang bagi suamimu? Saudariku…sesungguhnya lelaki membutuhkan ketenangan dan ketentraman di dalam jiwanya. Dia membutuhkan terpal yang dapat membuatnya teduh…ke manakah lagi kiranya dia akan mencari keteduhan hati jika tidak pada dirimu?</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dari Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhu</em>, dia berkata, “<em>Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraanya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” </em>(HR. Bukhari dan Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Renungkan…perkataan yang baik adalah sedekah, siapakah yang lebih pantas untuk mendapatkan kebaikan kata-katamu yang memikat jika bukan suami yang mendampingi hidupmu?!</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Mari kita lihat di antara sifat bidadari yang paling baik adalah gaya bahasa yang memikat saat ia mendekati suaminya, ia menyayangi sebagaimana ibu yang menyayangi anaknya, ia menggoda suaminya dengan parasnya yang cantik jelita.<em> </em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Bersuara Merdu</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dari Ibnu ‘Umar <em>radhiyallahu ‘anhuma</em>, bahwasanya Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>” Sesungguhnya istri-istri penghuni surga bernyanyi untuk suami-suami mereka dengan suara yang paling bagus yang tidak pernah didengar oleh seorangpun. Di antara lagu yang mereka nyanyikan ialah ‘Kami adalah bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik, istri-istri kaum yang mulia.’ Mereka memandang dengan kegembiraan. Di antara nyanyian mereka lagi ialah ‘Kami kekal tidak akan pernah mati, kami setia tidak akan pernah berkhianat, dan kami bermukim tidak kan pernah bepergian.” </em>(<em>Shahih Al Jami’ Ash-Shaghir</em>)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sebagaimana manusia tertarik dengan suara yang indah, Allah dengan kekuasaanNya menjadikan suara yang indah dan menggembirakan sebagai salah satu kesenangan surga yang tidak akan sirna dan tak ada habis-habisnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ketika kita melihat pada realita yang ada, tiap manusia dianugrahi warna suara yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, ada yang terlahir dengan suaranya yang syahdu, ada pula yang kurang syahdu. Akan tetapi, pelajaran yang bisa kita petik dari sini yakni, hendaknya kita berusaha memperelok nada bicara kita di depan suami kita. Meskipun suara kita hanya bermodal <em>pas-pasan </em>saja.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Saudariku…Mulailah dari sekarang, karena belum terlambat untuk menjadi laksana bidadari dalam hidup suami. Dengan melihat karakteristik sang bidadari, seharusnya hal tersebut menjadi cermin akhlak bagi setiap wanita dunia. Bidadari adalah makhluk yang tercipta mirip dengan bangsamu, duhai wanita…</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Maka dari itu, berusahalah agar engkau bisa meneladani kecantikan akhlaknya, berlombalah, dan bersegeralah dalam ketaatan kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Wahai orang yang memanggil dan mencari bidadari, agar dapat bercumbu dengannya di taman-taman surgawi</em><br />
<em>Andaikan kau tahu siapa yang kau seru, tentu kau tak kan diam saja membisu</em><br />
<em>Andaikan kau tahu di mana dia berada, kau kan berusaha sekuat tenaga</em><br />
<em>Segeralah dan tapaki jalan menuju ke sana, karena jalan yang kau tempuh tak lama lagi kan tiba</em><br />
<em>Bercintalah dan berbicaralah dalam kalbu, persiapkan maskawin selagi kau mampu untuk itu</em><br />
<em>Jadikan puasamu sebagai bekal untuk pertemuan, malam pertama adalah malam yang fitri setelah Ramadhan</em><br />
<em>Harapkan keindahan dan kecantikannya yang memikat, hampirilah sang kekasih dan jangan kau terlambat!”</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Wahai lelaki dunia…</em><br />
<em>Cintailah istri shalihah yang tiada sempurna</em><br />
<em>Dengan cinta yang nyaris sempurna*</em><br />
<em>Menikahinya akan menghantarkanmu bersanding dengan bidadari di surgaNya yang sempurna</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">*) karena kesempurnaan cinta yang hakiki hanya pantas ditujukan bagi Rabbul A’la, maka dari itulah penulis menggunakan kata “nyaris”.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***<br />
Artikel <a href="http://muslimah.or.id/">muslimah.or.id</a><br />
Penulis: Fatihdaya Khairani<br />
Murajaah: Ust. Ammi Nur Baits</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Maraji’:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li><em>Tamasya ke Surga</em>, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul Falah, Jakarta.</li>
<li><em>Panduan Lengkap Nikah (Dari “A” sampai “Z”)</em>, Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdirrazzak, Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan ke-4, Bogor, 2006.</li>
<li><em>Bersanding Dengan Bidadari di Surga</em>, Dr.Muhamamd bin Ibrahim An-Naim, Daar An Naba’, Cetakan Pertama, Surakarta, 2007.</li>
<li><em>Mengintip Indahnya Surga</em>, Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, Aqwam, Cetakan Pertama, Solo, 2008.</li>
<li><em>Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu</em>, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul falah, Cetakan ke-11, Jakarta, 2003.</li>
<li><em>Majelis Bulan Ramadhan</em>, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, Pustaka Imam Syafi’i, Cetakan ke-2, Jakarta, 2007.</li>
<li><em>Bidadari Surga Agar Engkau Lebih Mulia Darinya</em>, ‘Itisham Ahmad Sharraf, IBS, Cetakan ke-3, Bandung 2008.</li>
</ol><a href="http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/laksana-bidadari-dalam-hati-suami-4-penuh-cinta-kasih.html">http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/laksana-bidadari-dalam-hati-suami-4-penuh-cinta-kasih.html</a>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-5109971992292926382011-07-20T18:09:00.000-07:002011-07-20T18:09:03.648-07:00Laksana Bidadari dalam Hati Suami 3 (Terjaga Kesuciannya)<h1 style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Laksana Bidadari dalam Hati Suami 3 (Terjaga Kesuciannya)</span></h1><img alt="undefined" class="lead_image" height="225" src="http://muslimah.or.id/img/2010/37.jpg" title="" width="300" /> <div id="fb_share_1" style="float: right; margin-left: 10px; text-align: justify;"><a href="http://www.facebook.com/sharer.php?u=http%253A%252F%252Fmuslimah.or.id%252Fakhlak-dan-nasehat%252Flaksana-bidadari-dalam-hati-suami-3-terjaga-kesuciannya.html&src=sp" name="fb_share" style="text-decoration: none;" type="box_count"><span class="fb_share_size_Small fb_share_count_wrapper"><span></span><span class="fb_share_count_nub_top "></span><span class="fb_share_count fb_share_count_top"><span class="fb_share_count_inner"></span></span><span class="FBConnectButton FBConnectButton_Small" style="cursor: pointer;"><span class="FBConnectButton_Text"></span></span></span></a></div><div style="text-align: justify;"><strong>Dipingit dalam Kemah-Kemah yang Terjaga Kesuciannya</strong></div><div> </div><div style="text-align: justify;"><strong> </strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Allah <em>‘Azza wa Jalla </em>berfirman,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah-kemah.”</em> (Qs. Ar-Rahman: 72)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Begitulah gambaran tentang terjaganya kesucian bidadari. Coba kita bayangkan dengan kondisi wanita sekarang, keadaan diriku dan dirimu…sudahkah kita sudah meniru akhlak wanita utama pendahulu kita yang shalihah? Tidaklah mereka keluar melainkan hanya untuk mencukupi kebutuhan mereka.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Bidadari adalah makhluk yang teristimewa, maka tidaklah heran jika dia wanita yang sangat terjaga. Ingatkah kau zaman nenek moyang kita dahulu…tentang cerita wanita pemalu yang dipingit di dalam rumahnya, wanita yang terjaga dan menjaga dirinya? Begitulah gambaran bidadari yang hanya berada di dalam tempat kediamannya. Coba kita bayangkan dengan kondisi wanita sekarang, keadaan diriku dan dirimu…apakah kita sudah meniru akhlak wanita shalihah pendahulu kita yang hanya keluar untuk sekadar mencukupi kebutuhan mereka saja? Perhatikanlah kembali firman Allah <em>Ta’ala</em> dalam kitabNya,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliyah dulu. dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta’atilah Allah dan Rasul-Nya.</em> <em>Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. ” </em>(Qs. Al-Ahzab: 33)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dari ‘Aisyah <em>radhiyallahu’anha</em> berkata, “Saudah binti Zam’ah <em>radhiyallahu’anha</em> keluar pada suatu malam setelah turunnya perintah berhijab. Dia seorang wanita yang bertubuh besar sehingga tidak sulit bagi orang untuk mengenalinya. Lalu Umar melihatnya maka Umar <em>radhiyallahu’anhu</em> berkata, “Wahai Saudah, Demi Allah engkau tidak asing bagi kami. Lihatlah, bagaimana engkau bisa keluar?” Lalu ‘Aisyah berkata, “Maka Saudah pun berbalik pulang. Sedangkan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa salllam</em> berada di rumahku sedang makan malam. Di tangannya ada daging. Maka Saudah pun masuk kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya keluar rumah untuk memenuhi keperluanku. Lalu Umar berkata begini dan begitu.” ‘Aisyah berkata, “Maka Allah mewahyukan kepada beliau dan daging masih di tangannya, beliau tidak meletakkannya. Kemudian Rasulullah <em>shallallaahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Telah diizinkan bagi kalian kaum wanita keluar untuk keperluan dan kebutuhan kalian.”</em> (HR. Bukhari)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ya…wanita memang tidak diharamkan keluar rumah, namun janganlah hanya untuk hal yang tidak perlu kita lalu bermudah-mudahan berkeliaran di luar sana, bahkan berdesak-desakan dengan lelaki asing untuk urusan yang kurang perlu. Kita lihat wanita masa kini, mereka seringkali terlihat berlalu lalang di sekitar pusat perbelanjaan untuk alasan “sekadar jalan-jalan”, duduk-duduk di <em>cafe</em>, ber<em>keluyuran</em> tidak <em>karuan</em> di tempat-tempat umum dan berbagai macam aktivitas yang kurang pantas dilakukan oleh wanita yang ingin terjaga <em>‘iffah</em>nya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Wanita dengan segala aktivitasnya di rumah yang boleh dibilang monoton, memang sesekali pasti merasa bosan tinggal di rumah dan butuh penyegaran suasana. Suami yang baik tentunya akan mengerti, memahani dan mengambil solusi yang bijak atas keadaan yang dialami sang istri, agar dia tidak keluyuran di luar rumah untuk sekadar mencari suasana baru.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Allah <em>Ta’ala</em> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” </em>(Qs. Ar-Rahman: 74)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Keadaan bidadari yang tiada pernah disentuh oleh seorangpun sebelum suaminya menghasilkan puncak kebahagiaan suami-suaminya terhadap mereka. Sesungguhnya kebahagiaan lelaki terhadap seorang wanita yang tidak pernah disentuh oleh siapapun memberikan arti tersendiri.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Penjagaan Allah atas diri bidadari menunjukkan kemuliaan bidadari. Dan bentuk penjagaan diri ini sudah sepantasnya ditiru oleh wanita dunia agar wanita dunia senantiasa terjaga kemuliaannya. Kemuliaan dan kedudukan yang paling tinggi dan luhur dari seorang wanita ialah…jika sifat malunya tidak dinodai oleh makhluk. Tak didekati manusia serta tak seorangpun menjamah tubuhnya, baik menyetubuhi ataupun hanya melihatnya, kecuali oleh suami yang menikahi dan berhak atas dirinya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***<br />
Artikel <a href="http://muslimah.or.id/">muslimah.or.id</a><br />
Penulis: Fatihdaya Khairani<br />
Murajaah: Ust. Ammi Nur Baits</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Maraji’:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li><em>Tamasya ke Surga</em>, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul Falah, Jakarta.</li>
<li><em>Panduan Lengkap Nikah (Dari “A” sampai “Z”)</em>, Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdirrazzak, Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan ke-4, Bogor, 2006.</li>
<li><em>Bersanding Dengan Bidadari di Surga</em>, Dr.Muhamamd bin Ibrahim An-Naim, Daar An Naba’, Cetakan Pertama, Surakarta, 2007.</li>
<li><em>Mengintip Indahnya Surga</em>, Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, Aqwam, Cetakan Pertama, Solo, 2008.</li>
<li><em>Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu</em>, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul falah, Cetakan ke-11, Jakarta, 2003.</li>
<li><em>Majelis Bulan Ramadhan</em>, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, Pustaka Imam Syafi’i, Cetakan ke-2, Jakarta, 2007.</li>
<li><em>Bidadari Surga Agar Engkau Lebih Mulia Darinya</em>, ‘Itisham Ahmad Sharraf, IBS, Cetakan ke-3, Bandung 2008.</li>
</ol><a href="http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/laksana-bidadari-dalam-hati-suami-3-terjaga-kesuciannya.html">http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/laksana-bidadari-dalam-hati-suami-3-terjaga-kesuciannya.html </a>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-84362591341624778042011-07-20T18:02:00.000-07:002011-07-20T18:02:44.846-07:00Laksana Bidadari dalam Hati Suami 2 (Menjaga Pandangan)<h1 style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Laksana Bidadari dalam Hati Suami 2 (Menjaga Pandangan)</span></h1><img alt="" class="lead_image" height="225" src="http://muslimah.or.id/img/2010/12a.jpg" width="300" /><div style="text-align: justify;"><strong>Berkulit Mulus dan Bertubuh Molek</strong></div><div> </div><div style="text-align: justify;">Allah <em>Ta’ala</em> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Seakan – akan para bidadari itu permata yaqut dan marjan” </em>(Qs. Ar-Rahman: 58)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Abdullah bin Mas’ud <em>radhiyallahu ‘anhu</em> meriwayatkan bahwa Nabi <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Salah satu wanita surga, sungguh dapat dilihat putih betisnya dari balik tujuh puluh pakaian. Hal ini karena Allah berfirman, “Mereka bagaikan Yaqut dan Marjan.” Beliau melanjutkan, “Yaqut adalah batu. Kalau saja kawat dimasukkan ke dalamnya, kemudian kamu menjernihkanny, pasti kamu bisa melihat kawat dari balik batu tersebut.” </em>(Hr. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban, di dalam Al Jami’)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Pada masa modern seperti ini industri kaca, kristal, batu mulia sudah lah maju dengan pesatnya, dan dalam ayat tersebut Allah menggambarkan keadaan bidadari laksana dua jenis batu mulia yang menunjukkan keelokan mereka yang memikat, kemurnian <em>Yaqut</em> dan keputihan <em>Marjan</em>. Sudah selayaknya makhluk seperti bidadari ini diciptakan dari zat yang murni, jernih, lembut, sesuai dengan kemolekan dan kecantikan yang sungguh sangat menakjubkan. Dengan gambaran seperti itu tentulah lelaki penghuni surga dibuat terkesima melihat betapa berkilau dan bersinarnya tubuh bidadari.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Masing – masing dari mereka mendapatkan dua orang istri (bidadari) yang tulang kedua kaki mereka dapat terlihat dari balik daging mereka.” </em>(HR. Bukhari dan Muslim)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Ketebalan daging yang transparan pada bidadari menunjukkan kekhususan dan perbedaan antara daging bidadari dan daging wanita dunia. Bagaimana tidak?daging bidadari yang transparan itu menunjukkan betapa bening daging tubuh bidadari. Disebutkan juga bahwa tubuh yang transparan itu bercampur dengan warna putih hingga membuat tubuhnya menjadi putih, bening, indah, dan cantik jelita. Allah <em>‘Azza wa Jalla </em>berfirman,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“<em>Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.”</em> (Qs. Ash-Shaffat: 49)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Orang Arab mengenal telur yang tersimpan dengan baik itu adalah telur burung unta yang terpendam dalam pasir. Warnanya putih dan tidak ada yang melebihi putihnya. Ciri yang transparan dan bening ini dilukiskan dalam Al-Qur’an dengan ungkapan <em>Yaqut, Marjan, Al-Lu’lu Al-Maknuun, Baidhun Maknuun</em>.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Tidak Liar Pandangannya</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Allah <em>Ta’ala</em> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan dan menundukkan pandangannya.</em>” (Qs. Ar-Rahman: 56)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang sopan dan menundukkan pandangannya dan matanya jelita.” (Qs. Ash-Shaffat: 48)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ أَتْرَابٌ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Dan pada sisi mereka ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya dan sebaya umurnya.” </em>(Qs. Shad: 52)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Wanita dunia yang menyakiti suaminya dengan memandang lelaki selain suaminya, dan menikmati pandangan tersebut menunjukkan kekurangan dan kehinaannya. Maka Allah pun mengganti wanita yang demikian dengan bidadari-bidadari yang sempurna lagi istimewa bagi hambaNya yang shalih, yang mana bidadari-bidadari tersebut hanya menujukan pandangannya terhadap suami-suami mereka. Terdapat point penting yang bisa kita ambil dari sini, yakni:</div><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li>Ayat ini menjelaskan tentang keutamaan bidadari yang menunjukkan pandangannya hanya bagi suaminya. Mereka terbiasa untuk tidak melihat ke lelaki lain kendatipun mereka memiliki mata jelita, dan satu-satunya pemandangan yang mereka lihat hanyalah suami-suami mereka. Ya, karena di mata mereka…suami merekalah yang paling tampan. Saudariku…ingin kubertanya padamu, sudahkah engkau menunjukkan pandangan penuh kasih sayang, kerinduan dan cinta hanya bagi suamimu? Bagaimana dengan keadaan suami dalam pandangan matamu, wahai saudariku? </li>
<li>Ayat ini menjelaskan bahwa para bidadari itu sangat mencintai suami mereka. Bahkan mereka “menutup mata” kepada lelaki lain untuk selama-selamanya. Pandangan, hati, cinta, bahkan dirinya hanya ditujukan bagi suami mereka. Hal tersebut tidak mungkin dilakukan kecuali oleh orang yang hidup dengan penuh rasa cinta yang mendalam kepada Sang Suami, seperti kedalaman cinta Qais pada Laila. Karena cinta yang mendalam dapat menjadikan seseorang hanya melihat kepada orang yang ia cintai.</li>
</ol><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung..” </em>(Qs. An-Nuur: 31)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan alangkah indahnya perkataan penyair,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em> “Segala peristiwa berawal dari pandangan mata</em><br />
<em>Jilatan api bermula dari setitik bara</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>Berapa banyak pandangan yang membelah hati<br />
Laksana anak panah yang melesat dari tali”</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Mata ibarat duta, sedangkan hati sebagai rajanya. Betapa banyak cinta itu bermula, hanya karena pandangan mata yang sungguh sangat menggoda yang lambat laun bergerak menjalar dan mengakar di dalam dada. Maka, jika kau biarkan matamu memandang liar kepada lelaki yang tiada halal bagimu, yakinkah engkau masih mampu mempertahankan sebentuk cinta dalam hati bagi suamimu?!</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Bersambung <em>insyaallah</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***<br />
Artikel <a href="http://muslimah.or.id/">muslimah.or.id</a><br />
Penulis: Fatihdaya Khairani<br />
Murajaah: Ust. Ammi Nur Baits</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Maraji’:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><ol style="text-align: justify;"><li><em>Tamasya ke Surga</em>, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul Falah, Jakarta.</li>
<li><em>Panduan Lengkap Nikah (Dari “A” sampai “Z”)</em>, Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdirrazzak, Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan ke-4, Bogor, 2006.</li>
<li><em>Bersanding Dengan Bidadari di Surga</em>, Dr.Muhamamd bin Ibrahim An-Naim, Daar An Naba’, Cetakan Pertama, Surakarta, 2007.</li>
<li><em>Mengintip Indahnya Surga</em>, Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, Aqwam, Cetakan Pertama, Solo, 2008.</li>
<li><em>Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu</em>, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul falah, Cetakan ke-11, Jakarta, 2003.</li>
<li><em>Majelis Bulan Ramadhan</em>, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, Pustaka Imam Syafi’i, Cetakan ke-2, Jakarta, 2007.</li>
<li><em>Bidadari Surga Agar Engkau Lebih Mulia Darinya</em>, ‘Itisham Ahmad Sharraf, IBS, Cetakan ke-3, Bandung 2008.</li>
</ol><a href="http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/laksana-bidadari-dalam-hati-suami-bagian-2.html">http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/laksana-bidadari-dalam-hati-suami-bagian-2.html</a>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-37187951377294821362011-07-20T17:59:00.000-07:002011-07-20T17:59:55.493-07:00Laksana Bidadari dalam Hati Suami 1 (Berhias Untuk Suami)<h1 style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Laksana Bidadari dalam Hati Suami 1 (Berhias Untuk Suami)</span></h1><img alt="" class="lead_image" height="225" src="http://muslimah.or.id/img/2010/52.jpg" title="" width="300" /><br />
<div style="text-align: justify;">Saudariku,</div><div></div><div style="text-align: justify;">Pada saatnya nanti kan tiba, engkau akan menjadi istri <i>-Insya Allah-.</i> Atau bahkan sekarang ini pun engkau sudah menjadi istri. Dan sudah barang tentu engkau pasti ingin menjadi wanita shalihah lagi berakhlak karimah. Ciri khas wanita shalihah yaitu wanita yang selalu berusaha merebut hati, mencari <a href="http://muslimah.or.id/tag/cinta">cinta</a> suami, selalu mengharap ridha suaminya agar mendulang pahala, demi meretas jalan menuju Al-Firdaus Al-A’la…di sanalah, dia akan berharap bisa menjadi “permaisuri” suaminya ketika di dunia.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Lalu, lewat jalan manakah hati seorang lelaki akan terebut…dan ridhanya pun menyambut, sehingga dua jiwa dalam satu cinta akan bertaut?</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Saudariku…</i><i>Bunga-bunga cinta suami dapat mekar bersemi,</i><i><br />
Harum semerbak mewangi di taman hati,<br />
Jika ia senantiasa disirami</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i> </i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Manis ucapan, santun perkataan, lembut perlakuan, dan baiknya pergaulan seorang wanita akan menjadi siraman yang dapat menumbuhkan benih-benih cinta di hati sanubari sang suami. Dan bukan hal yang mustahil, <b>karena akhlakmulah, duhai wanita…hati suami pun akan mencinta<span style="text-decoration: underline;">.</span></b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Agar memiliki akhlak wanita yang mulia, seorang wanita seyogyanya berkiblat pada figur wanita abadi nan sempurna. Sosoknya banyak digambarkan dengan parasnya yang sungguh sangat cantik jelita. Kiranya engkau pun tahu…karena dia adalah…bidadari surga.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bidadari surga teramat istimewa, wanita yang Allah ciptakan dengan penuh kesempurnaan yang didambakan pria. Dengan segala keistimewaan yang ada dalam dirinya, kiranya itu menjadi tantangan bagi wanita dunia untuk bisa berusaha menyamai karakteristik bidadari surga. Menyinggung soal karakteristik, tentunya wanita dunia tidak akan mampu bersaing dengan bidadari dalam urusan fisik, dan yang bisa kita contoh adalah ciri khas akhlaknya. Baiklah, mari kita bersama-sama telusuri tabiat yang khas dari bidadari surga.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: red;"><b>Cantik Parasnya, Baik Akhlaknya, dan Harum Bau Tubuhnya</b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i> menyifati bidadari dengan keelokan dan kecantikan yang sungguh sempurna, sebagaimana yang tergambar dalam ayat berikut,<b> </b></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">” <i>Dan Kami pasangkan mereka dengan bidadari – bidadari yang cantik dan bermata jelita. ” </i>(Qs. Ath-Thur: 20) – bagian yg berwarna sebaiknya dibuang, agar sesuai dg terjemahannya</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i><b>Huur</b></i> (<span class="arab"> حور</span>) adalah bentuk jamak dari kata <i>haura</i> (<span class="arab">حوراء </span>) yaitu wanita muda usia yang cantik mempesona, kulitnya mulus dan biji matanya sangat hitam.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hasan berkata, <i>“Al-Haura </i>(<span class="arab">الحوراء </span>)adalah wanita yang bagian putih matanya amat putih dan biji matanya sangat hitam.”</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i> </i>Zaid bin Aslamberkata, “<i>Al-Haura adalah wanita yang matanya amat putih bersih dan indah.”</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Muqatilberkata, <i>“Al-Huur adalah wanita yang wajahnya putih bersih.”</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Mujahid berkata, <i>“Al-Huur Al-’Iin </i><i>(<span class="arab">الحور العين </span>) adalah wanita yang matanya sangat putih dan sumsum tulang betisnya terlihat dari balik pakaiannya. Orang bisa melihat wajahnya dari dada mereka karena dada mereka laksana cermin.”</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Seorang penyair berkata,</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Mata yang sangat hitam di ujungnya telah membunuh kita<br />
Lalu tak menghidupkan kita lagi</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>Menaklukkan orang yang punya akal hingga tak bergerak<br />
Dan mereka ialah makhluk Allah yang paling indah pada manusia</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Benarlah memang, karena wanita juga akan tampak terlihat lebih menawan jika ia bermata indah, dengan kelopak mata yang lebar, berbiji mata hitam dikelilingi warna putih lagi bersih.</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="arab" style="text-align: justify;">فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“<i>Di dalam surga – surga ada bidadari – bidadari yang baik – baik lagi cantik – cantik.”. </i>(Qs. Ar-Rahman: 70)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i> </i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i><b>Khairaatun</b> </i>(<span class="arab"> خَيْرَاتٌ </span>) adalah jamak dari kata <i>khairatun</i>, sedangkan <i>hisaan</i> adalah bentuk jamak dari <i>hasanatun</i> ( <span class="arab"> حسنة</span>). Maksudnya, bidadari – bidadari tersebut baik akhlaknya dan cantik wajahnya. Beruntunglah seorang pria yang diberi anugrah wanita secantik akhlak bidadari surga. Perhatikan dan tanyakan pada diri kita…</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Apakah kita sudah sepenuhnya memenuhi hak-hak suami, memuliakannya dengan sepenuh hati dan segenap jiwa? Apakah kita sudah berterima kasih atas kebaikannya? Pernahkah kita menyakitinya dengan sadar atau tidak??</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Duhai istri…Suami yang beriman merupakan orang yang mulia di sisi Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i>. Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i> akan marah jika engkau menghina dan menyakiti lelaki yang memiliki kedudukan yang mulia di sisiNya. Sebagai gantinya, Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i> menugaskan para bidadari untuk menjunjung kemuliaan suami-suami mereka di dunia ketika para istri menyakiti mereka <i>- </i>sekalipun sedikit <i>-</i> di dunia.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda,</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya ketika di dunia, melainkan istri suami tersebut yang berasal dari kalangan bidadari akan berkata, ‘Jangan sakiti dia! Semoga Allah mencelakakanmu, sebab dia berada bersamamu hanya seperti orang asing yang akan meninggalkanmu untuk menemui kami.” (</i>Hr. Tirmidzi dan Ahmad. Menurut Imam Tirmidzi, ini hadits hasan)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Anas <i>radhiyallahu’anhu</i>, bahwasanya Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i>“Sekiranya ada seorang wanita penghuni surga, yang menampakkan dirinya ke bumi, niscaya ia akan menerangi kedua ufuknya serta memenuhinya dengan semerbak aroma. Kerudungnya benar-benar lebih baik daripada dunia dan seisinya.”</i> (Hr. Bukhari)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Saudariku, sebagaimana kita ketahui…kecantikan paras wanita dunia seperti kita sangatlah minim jika dibandingkan kecantikan paras bidadari surga. Kita niscaya tidak akan mampu menandingi kecantikan mereka, namun apakah kita harus bersedih? Sama sekali tidak!</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang beraneka rupa, sebagai tanda dari kehendak dan kekuasaanNya. Maka terimalah apapun yang telah Ia karuniakan bagimu, karena itu yang terbaik untukmu. Meskipun wajah kurang cantik dan fisik kurang menarik, janganlah takut untuk tidak dicinta. Berhiaslah dan percantiklah dirimu dengan hal – hal yang Allah halalkan, karena istri shalihah bukan hanya yang tekun beribadah saja, namun seorang istri yang bisa menyenangkan hati suami ketika suami memandangnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Saudariku… Dan apakah kau lupa, fitrahmu sebagai wanita yang tentu suka akan perhiasan? Perhiasan terkait dengan makna keindahan, sehingga seorang perempuan shalihah senantiasa menjaga daya tarik dirinya bagi suaminya… karena wanita adalah salah satu sumber kebahagiaan lelaki. Apabila seorang istri senantiasa melanggengkan berhias dan mempercantik diri di hadapan suami, itu akan menjadi hal yang menambah keintiman hubungannya dengan suami. Sang Suami pun tentu akan semakin cinta pada istri pujaan hatinya <i>insyaallah</i>.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bagi saudari-saudariku pada umumnya serta saudara-saudaraku pada khususnya, enak dipandang dan menyenangkan hati bukan berarti harus cantik sekali bukan? Dan berhias pun tidak harus menggunakan aksesori yang terlalu mahal . Lalu bagaimana jika Allah menentukan engkau mendampingi lelaki yang secara materi belum mampu “<i>madep mantep</i>“? (baca: hanya cukup untuk membiayai kebutuhan pokok)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Aku ingatkan engkau pada nasihat para pendahulu kita kepada putrinya…</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Abul Aswad berkata pada putrinya, <i>“Janganlah engkau cemburu, dan sebaik-baik perhiasan adalah celak. Pakailah wewangian, dan sebaik – baik wewangian adalah menyempurnakan wudhu.”</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ketika Al-Farafisah bin Al-Ahash membawa putrinya, Nailah, kepad Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan <i>radhiyallahu ‘anhu</i>, dan Beliau telah menikahinya, maka ayahnya menasihatinya dengan ucapannya, <i>“Wahai putriku, engkau didahulukan atas para wanita dari kaum wanita Quraisy yang lebih mampu untuk berdandan darimu, maka peliharalah dariku dua hal ini: bercelaklah dan mandilah, sehingga aromamu adalah aroma bejana yang terguyur hujan.”</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i> </i>Memang tubuhmupun dicipta tiada bercahaya dan harum mewangi laksana bidadari, namun engkau tentu bisa memakai wewangian yang disukai suamimu ketika engkau berada di kediamanmu bersamanya, dengan begitu penampilanmu tambah terlihat menawan dipandang mata.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bersambung <i>insyaallah</i></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Artikel <a href="http://muslimah.or.id/">muslimah.or.id</a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penulis: Fatihdaya Khairani<br />
Murajaah: Ust. Ammi Nur Baits</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Maraji’:</b></div><div style="text-align: justify;"></div><ol style="text-align: justify;"><li><i>Tamasya ke Surga</i>, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul Falah, Jakarta.</li>
<li><i>Panduan Lengkap Nikah (Dari “A” sampai “Z”)</i>, Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdirrazzak, Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan ke-4, Bogor, 2006.</li>
<li><i>Bersanding Dengan Bidadari di Surga</i>, Dr.Muhamamd bin Ibrahim An-Naim, Daar An Naba’, Cetakan Pertama, Surakarta, 2007.</li>
<li><i>Mengintip Indahnya Surga</i>, Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, Aqwam, Cetakan Pertama, Solo, 2008.</li>
<li><i>Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu</i>, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul falah, Cetakan ke-11, Jakarta, 2003.</li>
<li><i>Majelis Bulan Ramadhan</i>, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, Pustaka Imam Syafi’i, Cetakan ke-2, Jakarta, 2007.</li>
<li><i>Bidadari Surga Agar Engkau Lebih Mulia Darinya</i>, ‘Itisham Ahmad Sharraf, IBS, Cetakan ke-3, Bandung 2008.</li>
</ol><a href="http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/laksana-bidadari-dalam-hati-suami-bagian-1.html">http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/laksana-bidadari-dalam-hati-suami-bagian-1.html</a><ol style="text-align: justify;"></ol>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-16100645838112018382011-07-20T17:40:00.000-07:002011-07-20T17:40:34.944-07:00Wanita Mengkonsumsi Obat Pencegah Haidh Agar Dapat Berpuasa Sebulan Penuh<h1 style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Wanita Mengkonsumsi Obat Pencegah Haidh Agar Dapat Berpuasa Sebulan Penuh</span></h1><img alt="" class="lead_image" height="225" src="http://muslimah.or.id/img/2010/pic_170.jpg" width="300" /><div style="text-align: justify;"><strong>Wanita Mengkonsumsi Obat Pencegah Haidh Agar Dapat Berpuasa Sebulan Penuh</strong><br />
Haidh merupakan suatu ketentuan dari Allah <em>ta’ala</em> untuk seluruh kaum wanita, sebagaimana sabda Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> kepada ‘Aisyah <em>radhiyallahu ‘anha</em>,</div><div> </div><div style="text-align: justify;">إِنَّ هَذَا أَمْرٌ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ .</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“(Haidh) ini adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan bagi kaum wanita.”</em> [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 294) dan Muslim (no. 1211)]</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Seorang wanita tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat pencegah haidh pada bulan Ramadhan karena haidh adalah suatu ketetapan Allah bagi kaum wanita. Demikian pula para wanita pada zaman Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> tidak pernah memberatkan diri mereka dengan melakukan hal tersebut. Hendaklah kaum wanita itu bersabar ketika mendapatkan haidh pada bulan Ramadhan dan janganlah menjerumuskan dirinya ke dalam perkara yang membahayakan. [Lihat fatwa Syaikh Utsaimin mengenai masalah ini dalam kitab <em>52 Su'alan 'an Ahkaamil Haidh</em>, hal 19; Durus wa Fataawa al-Haram al-Makki, juz III hal. 273-274; dan <em>Fatwa-Fatwa Tentang Wanita</em> (I/273-274)]</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Namun, apabila penggunaan obat pencegah haidh itu tidak berdampak negatif terhadap diri dan kesehatan wanita tersebut, maka hal tersebut dibolehkan, dan puasanya sah selama wanita tersebut benar-benar tidak mengeluarkan haidh karena obat tadi. Akan tetapi, jika wanita tersebut ragu apakah haidhnya telah berhenti karena obat tadi, maka wanita tersebut dihukumi sama dengan wanita haidh, yaitu wajib berbuka pada masa-masa haidhnya dan mengqadha seluruh hari yang ditinggalkan karena haidhnya. [Lihat <em>Jaami' Ahkaamin Nisaa'</em> (II/392); <em>Ensiklopedi Fiqh Wanita</em> (I/462) dan <em>Majalah al-Buhuts al-Islamiyyah</em>, Edisi 22 hal. 62]</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***<br />
artikel <a href="http://muslimah.or.id/">muslimah.or.id</a> (Bagian ke 2 dari pembahasan: Problema Muslimah di Bulan Ramadhan)<br />
Penyusun: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad<br />
Murajaah: Ust Muhammad Abduh Tausikal</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Lihat pembahasan bagian 1: <a href="http://muslimah.or.id/ramadhan/belum-mengqadha-hutang-puasa-hingga-datang-ramadhan-berikutnya.html">Belum Mengqadha Hutang Puasa Hingga Datang Ramadhan Berikutnya</a></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>Maraji’:</strong></div><div style="text-align: justify;"> </div><ul style="text-align: justify;"><li><em>Al-Adzkar an-Nawawi</em>, Imam an-Nawawi; takhrij, tahqiq dan ta’liq oleh Syaikh Amir bin Ali Yasin, cet. Daar Ibn Khuzaimah</li>
<li><em>Ahkaamul Janaaiz wa Bida’uha</em>, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Maktabah al-Ma’arif</li>
<li><em>Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah</em>, ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, cet. Pustaka Imam asy-Syafi’i</li>
<li><em>Ensiklopedi Fiqh Wanita</em>, Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, cet. Pustaka Ibnu Katsir</li>
<li><em>Fatwa-Fatwa Tentang Wanita</em>, Lajnah ad-Daimah lil Ifta’, cet. Darul Haq</li>
<li><em>Meneladani Shaum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali al-Halabi al-Atsari, cet. Pustaka Imam asy-Syafi’i</li>
<li><em>Syarah Riyadhush Shalihin</em>, Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, cet. Pustaka Imam asy-Syafi’i</li>
<li><em>Tamamul Minnah fii Ta’liq ‘ala Fiqhis Sunnah</em>, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Daar ar-Raayah</li>
<li><em>Tiga Hukum Perempuan Haidh dan Junub</em>, Abdul Hakim bin Amir Abdat, cet. Darul Qolam</li>
</ul><a href="http://muslimah.or.id/ramadhan/wanita-mengkonsumsi-obat-pencegah-haidh-agar-dapat-berpuasa-sebulan-penuh.html">http://muslimah.or.id/ramadhan/wanita-mengkonsumsi-obat-pencegah-haidh-agar-dapat-berpuasa-sebulan-penuh.html</a>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8766894718547299941.post-11973331747032671722011-07-20T17:38:00.000-07:002011-07-20T17:38:25.822-07:00Mulia dengan Membela Sunnah<h1 style="text-align: center;"><span style="font-size: small;">Mulia dengan Membela Sunnah</span></h1><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-KwyqHLdY3ik/Tid04EsKexI/AAAAAAAAAXo/fCF1rKeiErE/s1600/185616_1850815481950shaf.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-KwyqHLdY3ik/Tid04EsKexI/AAAAAAAAAXo/fCF1rKeiErE/s1600/185616_1850815481950shaf.jpg" /></a></div><h1 style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"> </span></h1><div id="fb_share_1" style="float: right; margin-left: 10px;"><span class="fb_share_size_Small fb_share_count_wrapper"><span></span><span class="fb_share_count_nub_top "></span><span class="fb_share_count fb_share_count_top"><span class="fb_share_count_inner"></span></span><span class="FBConnectButton FBConnectButton_Small" style="cursor: pointer;"><span class="FBConnectButton_Text"><br />
</span></span></span></div><div style="text-align: justify;"> Penyusun: Ummu Asma’<br />
Muraja’ah: Ustadz Aris Munandar</div><div> </div><div style="text-align: justify;">Pernahkah kita membayangkan akan datangnya suatu masa dimana Islam mulai terpinggirkan, Al-Qur’an dan As-Sunnah mulai ditinggalkan? Ketika kita membuka mata dan melihat ke sekeliling kita, mungkin kita akan menyadari bahwa masa itu telah terbentang di hadapan kita.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span id="more-88"></span><br />
Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> telah bersabda yang artinya:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba’)”</em> (Diriwayatkan oleh Muslim 2/175-176 -An-Nawawiy)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Marilah kita tengok sejenak dan perhatikan berapa banyak orang yang menjadikan syari’at ini sebagai bahan perdebatan ataupun bahan olok-olokan? Contoh yang sederhana, masih ada saja di antara umat Islam yang mengolok-olok orang yang melakukan ta’adud (poligami). Padahal Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dengan jelas telah memperbolehkan masalah ini, sebagaimana firman Allah:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”</em> (QS. An-Nisa: 3)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Contoh yang lain, di berbagai tempat seperti di kampus, masih banyak orang yang menertawakan muslimah yang mengenakan cadar atau berjilbab besar dengan mengatainya sebagai “ninja” atau “kelelawar”. Terkadang seorang muslim yang komit dengan agamanya pun tak luput dari bahan tertawaan, mereka yang celananya di atas mata kaki seringkali diolok-olok, “Kebanjiran”.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Lihatlah wahai Saudariku, betapa ringannya orang menentang atau mengolok-olok syari’at yang lurus ini. Betapa mudahnya mereka menertawakan sunnah tanpa beban. Semua itu tidak terjadi melainkan disebabkan kebodohan akan agamanya sendiri, atau karena keengganan untuk melakukan syari’at ini. Banyak di antara umat Islam di negeri ini yang masih belum mengetahui bahwa mengolok-olok syari’at ini yaitu sunnah merupakan salah satu pembatal keislaman. Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab Al-Washaby <em>rahimahullahu Ta’ala</em> menyebutkan dalam kitabnya <em>Al-Qaul Al-Mufid fii Adillati At-Tauhid</em>, bahwa mengolok-olok sesuatu yang merupakan bagian dari agama Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, mengolok-olok pahala dari pengamalan agama atau siksa karena meninggalkan kewajiban agama, merupakan salah satu dari pembatal keislaman.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Orang-orang munafiq itu takut akan diturunkan terhadap mereka suatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka, ‘Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya)’ Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab, ’sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ “</em> (At-Taubah : 64-65)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dalam menghadapi fenomena tersebut, wajib bagi seorang muslim untuk meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap sunnah. Sebagaimana sabda Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> yang artinya:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Sesungguhnya jika manusia melihat kedzaliman lalu tidak mau mencegahnya, maka segera saja Allah akan menurunkan adzab bagi mereka semua.”</em> (HR. Abu Dawud [no, 4338], at-Tirmidzi [no.2168 dan 3057], Ahmad [no. 1, 16, 29, 53] dan lain-lain)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Adapun meluruskan penyimpangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui lisan, baik merupakan nasihat maupun kritikan, maupun dengan perbuatan yaitu mencegah dengan kekuatan fisik. Syaikh Abdul Malik Ar-Ramadhani <em>rahimahullahu Ta’ala</em> dalam kitabnya <em>Sittu Duror</em> berkata: “Manusia memiliki kemampuan dan peran yang berbeda-beda, sedangkan mengkritik kebatilan itu wajib apapun tingkatan orang itu.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah <em>rahimahullahu Ta’ala</em> berkata: “Memerintahkan kepada sunnah dan melarang dari bid’ah adalah merupakan bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar. Dan itu adalah seutama-utama amal shalih.” (<em>Minhajus Sunnah</em>, 5/523)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, meluruskan penyimpangan terhadap syari’at adalah merupakan pembelaan terhadap sunnah dan merupakan amar ma’ruf nahi munkar yang sangat mulia. Sangat berat terasa untuk tetap berjalan di atas kebenaran, sebagaimana beratnya langkah yang harus dilalui ketika kita menyerukan sebuah kebenaran. Mungkin kita pernah mendengar sebagian umat Islam mengatakan bahwa kita wajib menjaga persatuan umat, sehingga kita harus bertoleransi terhadap kesalahan yang dilakukan oleh saudara kita. Mereka berkata bahwa mengungkapkan kebenaran dan meluruskan kesalahan yang dilakukan oleh saudara kita hanya akan merusak persatuan dan menyebabkan perpecahan. Maka pada masa sekarang ini, banyak firqah atau kelompok dari kaum muslimin yang berdakwah dengan cara merangkul semua golongan yang ada tanpa memperdulikan tentang perbedaan manhaj (metode dalam beragama) bahkan perbedaan aqidah. Padahal persatuan yang benar adalah persatuan di atas aqidah yang bersih dan manhaj beragama yang lurus, yaitu manhaj Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan para shahabat. Persatuan di atas berbagai manhaj beragama dan aqidah bagaikan segelas air susu, yang partikelnya terlihat bersatu, namun ketika dibiarkan dia akan mengendap di dasar gelas. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya:</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><em>“Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah-pelah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak mengerti.” </em>(QS. Al-Hasyr: 14)</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sesungguhnya persatuan tidak akan pernah terwujud dengan bergolong-golongan. Dengan bersikap permisif dan lemah lembut atau mendiamkan orang atau kelompok yang melakukan penyimpangan terhadap sunnah dan melakukan bid’ah, bukan berarti menyelamatkan kaum muslimin dari perpecahan. Hal tersebut justru akan mendorong umat Islam ke jurang kehancuran, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Malik Ar-Ramadhani <em>rahimahullahu Ta’ala </em>dalam kitabnya <em>Sittu Duror</em>, dengan membantah orang yang melakukan penyimpangan maka bahaya dari dua sisi dapat ditangkis:</div><div style="text-align: justify;"> </div><ul style="text-align: justify;"><li>Bahaya dari luar, yaitu bahaya yang berasal dari orang-orang kafir yang selalu berusaha menghancurkan Islam dengan cara menyerang sendi-sendi aqidah, akhlaq serta hukum pemerintahan kaum muslimin.</li>
<li>Bahaya dari dalam, yaitu bahaya yang berasal dari diri kaum muslimin sendiri yang berwujud dengan banyaknya firqah dan kelompok yang tokoh-tokohnya dengan bebas menyusupkan pemahaman mereka ke dalam hati generasi muda.</li>
</ul><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Begitu berhati-hatinya salaf dalam menyikapi orang-orang atau kelompok yang menyimpang dari manhaj Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dan Shahabat, sehingga sikap mereka terhadap ahlul bid’ah lebih keras daripada sikap mereka terhadap orang-orang kafir. Hal ini dikarenakan bahaya yang ditimbulkan oleh penyimpangan kelompok dalam Islam jauh lebih besar daripada kejahatan orang-orang kafir. Bukan berarti dengan bersikap keras terhadap ahlul bid’ah berarti kita bersikap loyal terhadap orang-orang kafir. Sesungguhnya benarlah perkataan Syaikh Abdul Malik Ar-Ramadhani bahwa penyimpangan kaum muslimin terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah jendela bagi masuknya orang kafir, sebab orang kafir selalu mencari celah untuk menghancurkan Islam, dan celah itu adalah jauhnya kaum muslimin dari manhaj Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam.</em></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Maka suatu keutamaan untuk meluruskan saudara kita yang terjerumus dalam bid’ah meskipun harus menunjukkan identitasnya, namun menyebutkan identitas hanya dilakukan jika kondisi menuntut untuk itu. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan dirinya sekaligus menyelamatkan umat dari penyimpangan yang dilakukannya. Maka janganlah kita merasa sesak hati ketika diingatkan dari kesalahan yang kita lakukan. Dan janganlah merasa berat hati serta ragu untuk mengingatkan saudara kita yang melakukan kesalahan. Sesungguhnya, nasehat adalah bentuk kasih sayang terhadap sesama kaum muslimin, dan kritikan dapat menjadi sebab bagi kembalinya seseorang kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Karena setiap kejelekan lahir dari kejelekan, sehingga diam terhadap penyimpangan bagaikan meletakkan bara api di bawah tumpukan jerami yang lambat laun akan membuatnya menjadi arang. Sebagaimana Syaikh Abdul Malik Ar-Ramadhani mengutip perkataan Syaikh Yahya bin Yahya, guru dari Imam Bukhari, bahwa membela dan mempertahankan As-Sunnah adalah lebih mulia dari jihad. Sungguh indah perkataan Ibnu Taimiyyah <em>rahimahullahu Ta’ala</em> dalam kitab beliau <em>Majmu’ Fatawa</em> (28/53-54): “Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan dua tangan, masing-masing saling mencuci. Kadang-kadang ada suatu kotoran tidak bisa dibersihkan kecuali dengan gosokan yang keras (sedikit kekerasan atau paksaan), namun hasilnya tetap bersih dan indah.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Artikel <a href="http://www.muslimah.or.id/">www.muslimah.or.id</a></div>Abu Abdullah AL-Bantulyhttp://www.blogger.com/profile/08882185138897682634noreply@blogger.com0