30 Sep 2010

Nasehat di Tengah Malam

. 30 Sep 2010
0 komentar

Nasehat di Tengah Malam


 Author: Abu Mushlih

Hadits yang mulia ini banyak mengandung pelajaran, di antaranya:
  1. Hadits ini menunjukkan bahwa yang dimaksud larangan berbicara (ngobrol) selepas sholat Isyak -sebagaimana dalam hadits lainnya- adalah pembicaraan yang tidak dalam kebaikan. Dan hadits ini juga menunjukkan bolehnya melakukan ta’lim (pelajaran/kajian) atau mau’izhah (nasehat) di waktu malam (lihat Fath al-Bari [1/255]). Oleh sebab itu suatu ketika Umar bersama dengan Abu Musa al-Asy’ari pernah berbincang-bincang seputar permasalahan agama hingga larut malam, sehingga Abu Musa mengatakan, “Ini adalah saat sholat malam.” Maka Umar pun menjawab, “Sesungguhnya kita juga sedang sholat.” (dinukil dari Fath al-Bari[1/259])
  2. Hadits ini menunjukkan bolehnya mengucapkan ‘Subhanallah’ ketika merasa heran/takjub kepada sesuatu, entah sesuatu yang diherankan itu dominan membawa dampak buruk (semacam fitnah) ataupun yang tidak selalu memberikan dampak buruk (semacam perbendaharaan/harta) (lihat Fath al-Bari [1/256], lihat juga Shahih Bukhari, Kitab al-Adab, hal. 1272)
  3. Dianjurkan untuk berdzikir kepada Allah setelah bangun dari tidur (lihat Fath al-Bari [1/256])
  4. Dianjurkan bagi seorang suami untuk membangunkan isterinya di malam hari dalam rangka menunaikan ibadah, terlebih lagi di saat melihat atau mengalami kejadian yang menakjubkan (lihat Fath al-Bari [1/256])
  5. Dianjurkan mengerjakan sholat malam (lihat Shahih Bukhari, Kitab at-Tahajjud, hal. 234)
  6. Dianjurkan untuk bersegera mengerjakan sholat -sunnah- di saat-saat muncul kekhawatiran terhadap suatu keburukan yang akan menimpa (lihat Fath al-Bari [1/257])
  7. Dianjurkan bertasbih -membaca subhanallah- ketika menjumpai keadaan yang mengerikan atau menimbulkan kegoncangan (lihat Fath al-Bari [1/257])
  8. Semestinya seorang yang berilmu memberikan peringatan kepada orang-orang yang belajar kepadanya dari segala kondisi yang akan mereka hadapi dan pasti akan terjadi. Kemudian, ia semestinya juga membimbing mereka bagaimana cara mengatasi perkara yang membahayakan tersebut (lihat Fath al-Bari [1/257])
  9. Hadits ini menunjukkan salah satu bukti kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana beliau bisa mengetahui turunnya fitnah dan terbukanya perbendaharaan di malam tersebut (lihat Shahih Bukhari, Kitab al-Manaqib, hal. 752)
  10. Hadits ini menunjukkan betapa melekat ingatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai Allah ta’ala serta kampung akherat, dan hal itu mencerminkan ketekunan beliau dalam berdzikir kepada-Nya
  11. Tidak semestinya kenikmatan dunia ini melalaikan manusia dari beribadah kepada Rabbnya
  12. Tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, terutama di dalam lingkungan internal keluarga sangat dibutuhkan demi terwujudnya keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah
  13. Hadits ini mengisyaratkan bolehnya berpoligami dan hendaknya sang suami berlaku adil kepada isteri-isterinya, di antaranya adalah dalam hal tempat tinggal dan waktu bermalam
  14. Kedudukan sebagai isteri Nabi tidak boleh melalaikan kaum wanita dari beribadah kepada Allah (lihat Fath al-Bari [1/256]). Kalau isteri Nabi saja demikian, maka bagaimana lagi dengan selain mereka, seperti isteri pak kyai, ustadz, ataupun da’i…

    http://abumushlih.com/nasehat-di-tengah-malam.html/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Nasehat Bagi Si Sakit

.
0 komentar

Nasehat Bagi Si Sakit 


Author: Abu Mushlih


Hadits yang agung ini mengandung pelajaran di antaranya:
  1. Wajib berada dalam keadaan suci untuk sahnya sholat. Bahkan, umat Islam telah sepakat bahwa thaharah (suci) merupakan syarat sah sholat (lihat Syarh Muslim [3/8])
  2. Sahabat Ibnu Umar bermaksud menasehati seorang gubernur Bashrah -di saat dia terbaring sakit- agar bertaubat dari penyimpangan yang dilakukannya dengan menyampaikan hadits ini. Namun, hal itu bukanlah berarti bahwa doa yang dipanjatkan untuk kebaikan orang fasik adalah doa yang tidak mungkin dikabulkan (lihat Syarh Muslim [3/8])
  3. Hendaknya menjenguk orang yang sakit dan menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi kebaikan dirinya, sebagaimana teladan yang diberikan oleh Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma
  4. Teladan yang menunjukkan bahwa seorang ulama boleh menemui penguasa dalam rangka menasehatinya, dan hal itu bukanlah perkara yang tercela atau dinilai sebagai perbuatan menjilat penguasa
  5. Kasih sayang kepada sesama muslim -terlebih lagi kepada penguasa mereka- yang diwujudkan dalam bentuk nasehat -menginginkan kebaikan- bagi mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasehat.” Para sahabat bertanya, “Untuk siapa?”. Maka beliau menjawab, “Untuk -kesucian- Allah, Kitab-Nya, rasul-Nya, dan untuk kebaikan para pemimpin kaum muslimin serta rakyatnya.” (HR. Muslim dari Tamim ad-Dari, lihat Syarh Muslim [2/116]). Di antara bentuk nasehat itu adalah sebagaimana yang dilakukan Ibnu Umar. Secara fisik, beliau menjenguknya ketika menderita sakit. Adapun secara ma’nawi, maka beliau pun menasehatinya dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh, sebuah teladan yang demikian mengagumkan…
  6. Memberikan nasehat hendaknya menggunakan kata-kata yang tepat. Di antara kata-kata yang paling baik digunakan untuk menyampaikan nasehat adalah hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
  7. Hadits ini menunjukkan betapa besar pengagungan generasi salaf terhadap hadits Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan hadits itulah yang menjadi syi’ar kehidupan mereka sehingga dengan mudahnya hadits-hadits itu terlontar dalam percakapan di antara mereka
  8. Hendaknya seorang da’i memperhatikan kondisi mad’u -objek dakwah-nya. Apabila mereka membutuhkan bantuannya -sedangkan dia mampu- maka semestinya dia mengulurkan bantuan untuk mereka.
  9. Hadits ini menunjukkan bahwa semata-mata niat baik tidak bisa menjadikan amalan yang salah menjadi benar atau diterima. Orang yang dengan ikhlas ingin mengerjakan sholat tapi tidak suci, maka sholatnya tidak sah seikhlas apapun niatnya. Demikian juga orang yang bersedekah dengan ikhlas, maka sedekahnya tidak diterima jika hartanya berasal dari harta hasil rampasan (baca: hasil korupsi) seikhlas apapun niatnya. Islam tidak mengenal kaidah tujuan menghalalkan segala cara.
  10. Boleh meminta orang lain (yang salih) untuk mendoakan kebaikan untuk kepentingan pribadi, meskipun yang lebih utama adalah berdoa sendiri kepada Allah.
  11. Apa yang diinginkan seseorang belum tentu sesuatu yang terbaik baginya.
http://abumushlih.com/nasehat-bagi-si-sakit.html/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Lebih Baik Daripada Onta Merah

.
0 komentar

 Lebih Baik Daripada Onta Merah



Hadits yang agung ini mengandung pelajaran, antara lain:
  1. Kewajiban untuk berdakwah mengajak musuh (orang kafir) untuk masuk Islam sebelum dikobarkannya peperangan. Namun, apabila musuh tersebut sudah pernah didakwahi -tetapi menolak- maka hal itu tidak lagi wajib, namun dianjurkan (lihat Syarh Muslim [8/30], al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 69)
  2. Keislaman seseorang -orang kafir yang bersyahadat- tetap diterima meskipun dalam keadaan sedang terjadi peperangan (lihat Syarh Muslim [8/31])
  3. Hukum di dunia dibangun di atas apa yang tampak secara lahir. Adapun hukum batinnya diserahkan kepada Allah (lihat Syarh Muslim [8/31])
  4. Syarat sah keislaman adalah harus mengucapkan dua kalimat syahadat. Apabila dia bisu atau mengalami hambatan lain yang serupa maka cukup baginya mengisyaratkan terhadap syahadat itu (lihat Syarh Muslim [8/31])
  5. Hadits ini menunjukkan betapa besar keutamaan ilmu dan mendakwahkan petunjuk serta tuntunan-tuntunan yang baik (lihat Syarh Muslim [8/30])
  6. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah mengajak manusia untuk memeluk agama Islam (lihat Shahih Bukhari, Kitab al-Jihad wa as-Siyar, hal. 617). Ini merupakan bantahan yang sangat jelas bagi kaum Liberal dan Pluralis yang menganggap bahwa Islam yang diserukan kepada manusia adalah Islam dengan pengertian ‘kepasrahan kepada Tuhan semata’ tanpa ada kewajiban untuk masuk ke dalam agama yang disebut Islam.
  7. Hadits ini menunjukkan betapa besar keutamaan orang yang bisa mengajak kepada Islam kepada orang lain kemudian orang yang didakwahi tersebut menerimanya (masuk Islam), meskipun jumlahnya hanya satu orang (lihat Shahih Bukhari, Kitab al-Jihad wa as-Siyar, hal. 630)
  8. Hadits ini menunjukkan keutamaan yang sangat jelas pada diri Ali bin Abi Thalibradhiyallahu’anhu, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memujinya dengan kata-kata, “Dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan rasul-Nya pun mencintainya.” (lihat Shahih Bukhari, Kitab Fadha’il As-habin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 775)
  9. Wajibnya mencintai Ali bin Abi Thalib. Karena konsekuensi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kita juga harus mencintai apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya
  10. Allah memiliki sifat mencintai (lihat al-Jadid, hal. 69)
  11. Mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat al-Jadid, hal. 69)
  12. Hadits ini menunjukkan betapa besar semangat para sahabat untuk memperoleh kebaikan agama mereka (lihat al-Jadid, hal. 69). Karena mereka sangat ingin menjadi orang yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu mereka berharap untuk diberi bendera tersebut, bukan karena mereka menyimpan ambisi kekuasaan sebagaimana yang dituduhkan oleh kaum Syi’ah!
  13. Semestinya seorang pemimpin memeriksa keadaan rakyat atau orang yang dipimpinnya (lihatal-Jadid, hal. 69)
  14. Wajibnya beriman kepada takdir, tatkala bendera itu ternyata diberikan bukan kepada orang yang berusaha untuk bisa mendapatkannya (lihat al-Jadid, hal. 69)
  15. Seorang panglima perang hendaknya senantiasa bertindak dengan tenang, namun bukan berarti bersikap lemah dan tidak menunjukkan wibawa (lihat al-Jadid, hal. 69)
  16. Dua kalimat syahadat yang diucapkan dengan lisan tidak cukup jika tidak diiringi dengan amalam yang membuktikannya (lihat al-Jadid, hal. 69)
  17. Bolehnya bersumpah ketika menyampaikan suatu perkara untuk lebih menekankan atau ada kemaslahatan lainnya, meskipun ia tidak diminta bersumpah (lihat al-Jadid, hal. 69)
  18. Hendaknya seorang da’i dalam mengajak kepada objek dakwahnya, yang pertama kali diserukannya adalah agar mereka memahami dua kalimat syahadat (lihat al-Jadid, hal. 70)
  19. Diperlukannya bendera dalam peperangan
  20. Seorang pemimpin atau pun pemerintah hendaknya mengirim utusan orang-orang yang berdakwah kepada agama Allah -yaitu mendakwahkan tauhid dan Sunnah- sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafa’ ar-rasyidin (lihatFath al-Majid, hal. 90)
  21. Hadits ini menunjukkan pentingnya pendidikan bagi da’i
  22. Hidayah taufik hanya di tangan Allah
  23. Seorang da’i tidak perlu merasa sempit dan sedih semata-mata karena pengikutnya sedikit. Namun, semestinya dia bersedih karena manusia tidak mau menerima kebenaran, bukan karena jumlah pengikutnya sedikit
  24. Untuk berperang itu memerlukan strategi dan kehati-hatian
  25. Jihad dengan ilmu (dakwah) itu didahulukan daripada jihad dengan persenjataan (perang)
  26. Kemenangan berasal dari Allah, bukan semata-mata hasil perjuangan pasukan ataupun kelihaian panglimanya
  27. Ajaran Islam adalah ajaran yang penuh dengan kasih sayang kepada manusia. Islam tidak mengenal aksi pembunuhan membabi buta sebagaimana yang dilakukan oleh para teroris atau pelaku bom bunuh diri yang mengklaim tindakkannya sebagai jihad
  28. Dakwah itu harus dilakukan dengan mengikuti skala prioritas, mendahulukan perkara-perkara yang terpenting sebelum perkara penting lainnya
  29. Peperangan bukanlah tujuan dalam Islam, namun perang adalah cara terakhir yang memang harus ditempuh untuk menegakkan kebenaran di atas muka bumi ini
  30. Islam sangat menghargai nyawa manusia, meskipun itu adalah nyawa orang-orang kafir. Bahkan, orang kafir yang tinggal di negeri Islam dan dilindungi oleh pemerintah ataupun orang kafir yang tinggal di sebuah negara yang terikat perjanjian damai dengan kaum muslimin adalah haram untuk ditumpahkan darahnya
  31. Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang mulia adalah orang yang dicintai Allah. Sementara orang yang dicintai Allah adalah orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya
  32. Hadits ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa para sahabat yang lain selain Ali tidak dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, bahkan mereka adalah umat terbaik di atas muka bumi ini
  33. Hadits ini menunjukkan semestinya seorang da’i bertanya/berkonsultasi kepada da’i lain yang lebih senior, terlebih lagi dalam urusan umat yang memiliki pengaruh luas
http://abumushlih.com/lebih-baik-daripada-onta-merah.html/

Klik disini untuk melanjutkan »»

29 Sep 2010

Allah Pun Tertawa Karenanya

. 29 Sep 2010
0 komentar

Allah Pun Tertawa Karenanya


Hadits yang agung ini memberikan pelajaran, di antaranya:
  1. Beriman terhadap keberadaan surga dan neraka. Surga merupakan tempat tinggal bagi orang-orang yang beriman, sedangkan neraka merupakan tempat tinggal orang-orang yang kufur kepada Rabbnya
  2. Iman kepada hari akhir serta pembalasan amal manusia kelak di akherat
  3. Iman kepada perkara gaib
  4. Iman bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar-benar utusan Allah yang berbicara berlandaskan wahyu dari-Nya, bukan menyampaikan dongeng atau cerita yang beliau karang sendiri
  5. Dorongan untuk beramal salih agar termasuk penduduk surga, dan peringatan dari kemaksiatan yang dapat menyeret pelakunya ke dalam jurang neraka
  6. Boleh tertawa, dan hal itu bukanlah perkara yang dibenci dalam sebagian kondisi dan kesempatan. Hal itu juga tidak menyebabkan jatuhnya muru’ah/kehormatan selama tidak sampai melampaui batas kewajaran (lihat Syarh Muslim [2/315])
  7. Boleh menirukan tertawanya orang lain dengan tujuan menggambarkan keadaan sosok yang patut diteladani sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Mas’ud menirukan tertawanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat Fath al-Bari [11/503])
  8. Pada hari kiamat kelak, Allah berbicara kepada hamba-hamba-Nya (lihat Shahih al-Bukhari,Kitab at-Tauhid, hal. 1490-1491)
  9. Allah Maha kuasa atas segala sesuatu
  10. Allah adalah Sang Raja (al-Malik) yang menguasai jagad raya
  11. Allah adalah Rabb (pemelihara dan pengatur) alam semesta
  12. Allah Maha berkehendak
  13. Allah pun bisa tertawa, namun tertawanya Allah tidak sebagaimana makhluk. Allah ta’alaberfirman (yang artinya), “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. asy-Syura: 11). Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahberkata, “Para salaf telah bersepakat menetapkan ‘tertawa’ ada pada diri Allah. Oleh sebab itu wajib menetapkannya (menerimanya, pent) tanpa menyelewengkan maknanya, tanpa menolaknya, tanpa membagaimanakan sifatnya, dan tidak menyerupakannya. Itu merupakan tertawa yang hakiki yang sesuai dengan -keagungan- Allah ta’ala.” (lihat Syarh Lum’at al-I’tiqad, hal. 61)
  14. Kenikmatan yang ada di Surga jauh berlipat ganda daripada kenikmatan di alam dunia (lihat Shahih Bukhari, Kitab ar-Riqaq, hal. 1329). Oleh sebab itu tidak selayaknya kenikmatan yang sedemikian besar ‘dijual’ demi mendapatkan kesenangan dunia yang sedikit dan sementara saja, bahkan tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan akherat
  15. Khayalan atau perasaan tidak bisa dijadikan sebagai pegangan, tetapi yang dijadikan pegangan adalah wahyu/dalil atau perkataan orang yang benar-benar mengetahui/berilmu
  16. Wajib mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya
  17. Luasnya rahmat Allah ta’ala, tatkala orang yang paling terakhir keluar dari neraka pun masih merasakan kenikmatan surga yang sepuluh kali lipat dari kenikmatan dunia
  18. Orang mukmin yang dihukum di neraka karena dosa besarnya maka suatu saat akhirnya diapun akan dikeluarkan darinya dan masuk ke dalam surga. Sehingga ini merupakan bantahan bagi Khawarij yang beranggapan bahwa pelaku dosa besar kekal di dalam neraka (lihat Syarh Muslim[2/323])
  19. Ada sebagian orang beriman yang ‘mampir’ dulu ke neraka sebelum dimasukkan ke dalam surga, tentu saja hal itu bukan karena kezaliman Allah namun karena dosa besar yang mereka lakukan
  20. Peringatan atas bahaya dosa-dosa besar bagi pelakunya di akherat kelak -apabila dia belum bertaubat darinya-, karena pelakunya termasuk golongan orang yang diancam dengan siksa neraka, wal ‘iyadzu billah
  21. Tidak boleh bersikap meremehkan dosa-dosa besar
  22. Orang yang benar-benar memahami keutamaan tauhid bukanlah orang yang menganggap sepele dosa-dosa besar. Oleh sebab itu Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seolah-olah dia sedang duduk di bawah bukit yang dia khawatir akan runtuh menimpa dirinya. Adapun orang fajir melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di atas hidungnya kemudian cukup dia usir dengan cara seperti ini -yaitu dengan menggerakkan tangannya semata-.” (lihat Fath al-Bari [11/118])
  23. Hadits ini juga menunjukkan keadilan Allah ta’ala dimana Allah memberikan hukuman kepada orang-orang yang berbuat dosa besar kelak di akherat sesuai dengan kehendak-Nya, meskipun bisa saja Allah berkehendak untuk mengampuninya (untuk sebagian hamba-Nya)
  24. Hadits ini menunjukkan keutamaan orang yang lebih dulu masuk surga
  25. Anjuran untuk berlomba-lomba dalam beramal supaya bisa menjadi golongan orang yang terdahulu masuk surga
  26. Orang yang masuk surga itu bertingkat-tingkat dalam hal keutamaan diri dan balasan yang mereka dapatkan
  27. Hadits ini menunjukkan keutamaan tauhid, karena tidaklah orang masuk surga kecuali karena tauhid yang dilaksanakannya ketika di dunia
  28. Hadits ini juga menunjukkan bahaya syirik dan kekafiran, karena tidaklah seorang kekal di dalam neraka melainkan karena sebab dosa syirik besar dan kekafiran yang dilakukan olehnya

    http://abumushlih.com/allah-pun-tertawa-karenanya.html/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tuduhlah Akal Kalian!

.
0 komentar

Tuduhlah Akal Kalian!


Dahulu aku sempat terseret dalam salah satu pendapat sekte Khawarij -yaitu berkeyakinan bahwa pelaku dosa besar kekal di neraka, dan orang yang sudah masuk neraka tidak bisa lagi keluar darinya-. Pada suatu ketika, kami bersama serombongan orang banyak berangkat menunaikan ibadah haji.  Kemudian, kamipun keluar di hadapan orang-orang -sembari menyerukan pemikiran Khawarij dan menghasut orang-orang untuk mengikutinya-.

Ketika kami melewati Madinah, kami bertemu di sana dengan Jabir bin Abdullah -seorang sahabat Nabi- yang sedang menuturkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sekelompok orang sambil dia duduk bersandar kepada sebuah tiang. Ketika itu, dia menyebutkan hadits tentang al-Jahannamiyun (yaitu orang-orang yang dikeluarkan dari neraka lalu dimasukkan ke surga).
Aku pun (Yazid) berkata kepadanya,
“Wahai Sahabat Rasulullah, apa-apaan yang kalian ceritakan ini? Bukankah Allah telah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka maka Engkau benar-benar telah menghinakannya.” (QS. Ali Imran: 192). Allah juga menyatakan (yang artinya), “Setiap kali mereka -penduduk neraka- ingin keluar darinya maka mereka pun dikembalikan lagi ke dalamnya.” (QS. as-Sajdah: 20). Lalu apa-apaan yang kalian ucapkan tadi?”.

Jabir pun menjawab, “Apakah Engkau membaca al-Qur’an?”.
Kujawab, “Iya.”
Jabir berkata, “Apakah kamu pernah mendengar (di dalam al-Qur’an) mengenai maqam/kedudukan agung yang dimiliki oleh Muhammad ‘alaihis salam, yaitu yang beliau dibangkitkan oleh Allah di atasnya (maksudnya adalah syafa’at Nabi kepada umatnya kelak di akherat)?”.
Kujawab, “Iya.”
Jabir berkata, “Sesungguhnya hal itu -yang aku sampaikan- merupakan kedudukan terhormat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dengan sebab itu Allah berkenan mengeluarkan siapa saja yang ingin dikeluarkan-Nya -yaitu semua orang beriman-.”

Yazid berkata:
Kemudian Jabir menceritakan kejadian diletakkannya jembatan/shirath -di atas neraka- dan bagaimana keadaan orang-orang yang berjalan di atasnya, namun aku khawatir tidak hafal dengan baik rentetan ceritanya. Yang jelas, dia menceritakan bahwa ada suatu kaum yang keluar dari neraka yang sebelumnya mereka berada di dalamnya.
Dia -Jabir- berkisah, “Mereka itu keluar darinya dalam keadaan seperti pucuk-pucuk benih tanaman wijen -yang menghitam karena tersengat sinar matahari- (hal iti disebabkan tubuh mereka terbakar di dalam neraka, sebagaimana diceritakan dalam sebagian riwayat). Kemudian mereka masuk ke dalam sebuah sungai di antara sungai-sungai yang ada di surga dan mandi di dalamnya. Kemudian mereka pun keluar -dalam keadaan putih bersih- seperti lembaran-lembaran kertas.”

Setelah mendengar -hadits- itu, maka kami pun rujuk -dari pendapat kami-. Kami berkata, “Sungguh celaka kalian ini -maksudnya adalah diri mereka sendiri- apakah kalian mengira orang tua ini (yaitu Jabir bin Abdullah) berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”.
Setelah itu, kamipun  kembali pulang -seusai menunaikan ibadah haji-. Demi Allah, tidak ada di antara kami yang tetap berkeras untuk keluar (memberontak sebagaimana Khawarij) kecuali hanya satu orang.
Demikianlah isi kisah itu, atau sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Nu’aim -seorang guru dari gurunya Imam Muslim yang meriwayatkan hadits ini-.
(Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Muslim [2/323-324])
Kisah ini mengandung banyak pelajaran, di antaranya:
  1. Kewajiban mengimani adanya neraka dan siksaan pedih yang ada di dalamnya. Sehingga hal itu akan menumbuhkan rasa takut kepada Allah kemudian berupaya senantiasa menjauhkan diri dari meninggalkan kewajiban atau menerjang larangan-Nya.
  2. Semua orang yang beriman pasti masuk ke dalam surga, meskipun di antara mereka ada juga yang terlebih dahulu ‘mampir’ ke neraka untuk dibersihkan dosa-dosanya, semoga Allah menyelamatkan kita dari siksanya…
  3. Keutamaan tauhid yang sangat agung, karena tidak mungkin orang bisa masuk surga tanpa tauhid di dalam dirinya. Orang yang beriman tidak dikatakan beriman jika dia tidak mengikhlaskan (memurnikan ibadahnya) untuk Allah dan menjauhi segala bentuk kesyirikan. Oleh sebab itu Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia akan mengampuni dosa lain yang di bawahnya bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. an-Nisaa’: 48)
  4. Keadilan para sahabat. Artinya mereka adalah penukil berita dan hadits-hadits yang terpercaya. Oleh sebab itu para tabi’in tidak meragukan kejujuran mereka dalam meriwayatkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  5. Dakwah yang dikumandangkan oleh para sahabat adalah seruan untuk berpegang teguh dengan Sunnah. Oleh sebab itu mereka adalah orang-orang yang paling giat menyebarkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah manusia, bahkan mereka itulah narasumber  kunci periwayatan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada generasi-generasi lain sesudah mereka, semoga Allah membalas jasa-jasa mereka dengan sebaik-baik balasan.  Oleh sebab itu barangsiapa yang berupaya untuk mendiskreditkan para sahabat dan menjatuhkan kehormatan mereka di mata kaum muslimin -apalagi sampai mengkafirkan mereka- maka pada hakekatnya dia ingin menghancurkan agama Islam yang mulia ini dengan cara menolak riwayat-riwayat mereka! Maha suci Allah dari perbuatan keji yang mereka lakukan..
  6. Kedalaman ilmu para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Dimana mereka senantiasa mengembalikan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an kepada Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits). Karena mereka meyakini bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling paham tentang al-Qur’an. Dan juga mereka memahami bahwa apa yang disabdakan oleh Rasul tidak mungkin bertentangan dengan al-Qur’an. Karena kewajiban Rasul adalah menyampaikan apa yang diturunkan oleh Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami telah turunkan kepadamu adz-Dzikra (al-Qur’an) untuk kamu jelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka dan mudah-mudahan mereka mau memikirkannya.” (QS. An-Nahl: 44). Oleh sebab itu siapapun juga yang meninggalkan manhaj para sahabat dalam memahami al-Qur’an dan menerapkannya pasti akan tersesat… Kisah ini sebagai salah satu buktinya!
  7. Menyimpang dari manhaj (metode beragama) para sahabat akan berujung kepada kesesatan. Bagaimana tidak? Sementara Allah ‘azza wa jalla sendiri telah merekomendasikan mereka di hadapan segenap umat manusia di dalam Kitab-Nya Yang Mulia dalam firman-Nya (yang artinya), “Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan mereka pun pasti akan ridha kepada-Nya. Allah telah persiapkan untuk mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 100)
  8. Bantahan bagi Khawarij yang berpemahaman bahwa pelaku dosa besar kekal di neraka dan tidak mungkin keluar darinya. Dan pembuktian kepada mereka bahwa kesalahan yang mereka lakukan bukan terletak pada dalil (sumber hukum) yang mereka pakai, akan tetapi letak kesalahan mereka adalah dalam hal istidlal (cara penyimpulan hukum) dari dalil yang ada,  entah itu ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.Oleh sebab itu untuk mengikuti kebenaran tidak cukup dengan membawakan dalil tanpa disertai dengan cara pemahaman terhadap dalil yang benar! Dan betapa banyak orang yang tersesat  melalui pintu ini -istidlal yang salah-, maka ambillah pelajaran wahai saudaraku!
  9. Sebab utama sekte Khawarij menyimpang dari jalan yang lurus adalah karena mereka terlalu kagum dengan hasil pikiran mereka dan tidak mau mengikuti cara pemahaman para sahabatradhiyallahu ta’ala ‘anhum. Mereka ahli membaca al-Qur’an, namun mereka tidak memahaminya sebagaimana yang dipahami oleh Rasul dan para sahabat. Oleh sebab itulah mereka itu sesat dan menyesatkan. Bukankah ketika mengkafirkan Ali bin Abi Thalibradhiyallahu’anhu mereka juga berdalil dengan ayat al-Qur’an, namun ternyata mereka sendiri yang tidak paham tentang tafsirannya?!
  10. Tidak boleh mempertentangkan antara dalil al-Qur’an dengan dalil Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab keduanya adalah wahyu yang bersumber dari Allah ta’ala. Adapun sebuah hadits yang disandarkan kepada Nabi yang bunyinya, “Apa saja datang kepada kalian dariku maka bandingkanlah ia dengan apa yang ada dalam Kitabullah. Apabila ia cocok dengan Kitabullah maka itu berarti aku benar-benar mengucapkannya. Akan tetapi jika ia bertentangan dengan Kitabullah maka itu artinya aku tidak mengucapkannya…” maka ini adalah hadits yang tidak sahih yang dibuat-buat oleh kaum Zindiq dan Khawarij, sebagiamana yang diungkapkan oleh Abdurrahman bin Mahdi dan dikutip oleh Ibnu Abdil Barr (lihat kutipannya dalam Ma’alim Ushul Fiqh ‘inda Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Dr. Muhammad bin Husain al-Jizani hal. 126)
  11. Meninggalkan bimbingan para ulama Rabbani -dan para sahabat adalah tokoh terdepan dalam barisan mereka- akan menjerumuskan umat ke dalam jurang kehancuran. Salah satu penyebab utama terjadinya hal itu -baik di masa dahulu maupun sekarang- adalah rasa percaya diri yang berlebihan dan kekaguman terhadap pendapat pribadi atau kelompoknyasehingga menganggap diri telah paham perkara agama tanpa terlebih dulu berkonsultasi kepada para ulama. Maka camkanlah hal ini baik-baik, wahai para pemuda! Dan ketika ulama sudah ditinggalkan, maka yang diangkat adalah sosok Ruwaibidhah yaitu orang-orang yang bodoh -meskipun dijuluki dengan Kiyai, Ustadz, atau Cendekiawan- yang nekad berbicara soal urusan orang banyak.. Laa haula wa laa quwwata illa billaah
  12. Syafa’at Nabi bagi para pelaku dosa besar agar dikeluarkan dari neraka adalah benar adanya. Hal itu sebagaimana yang dikisahkan oleh Hammad bin Zaid ketika dia bertanya kepada Amr bin Dinar, “Apakah kamu pernah mendengar Jabir bin Abdullah -radhiyallahu’anhuma- menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang isinya: Sesungguhnya Allah akan mengeluarkan sekelompok orang dari neraka dengan sebab syafa’at?”. Maka dia menjawab, “Benar.” (lihat Sahih Muslim yang dicetak bersama Syarh Muslim [2/322])
  13. Keutamaan ahlul hadits, yaitu orang-orang yang berpegang teguh dengan hadits-hadits Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada di antara ulama salaf dahulu yang mengatakan, “Para malaikat adalah penjaga-penjaga langit, sedangkan ahlul hadits adalah penjaga-penjaga bumi.” Semoga Allah membalas jasa-jasa mereka dan meneguhan kita untuk berada di dalam rombongan mereka, Allahul musta’an…
http://abumushlih.com/tuduhlah-akal-kalian.html/

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | The Blog Full of Games