16 Feb 2010

Benang Merah Antara Harokah Dan Khurofat 1/2

. 16 Feb 2010

BENANG MERAH ANTARA HAROKAH DAN KHUROFAT


Oleh
Syaikh Abdul Malik Ramadhaaniy Al-Jazaairy
Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2



Tidak diragukan lagi bahwa, mayoritas manusia akan mengingkari jika dikatakan bahwa seorang haroki masih mempercayai hal-hal khurofat. Karena seorang haroki lebih dekat kepada alam nyata, bahkan dia sangat berlebihan ketika mengagungkan suatu fenomena dan senantiasa merujuk kepada penyelesaian yang masuk akal saja. Sedangkan seorang yang mempercayai hal-hal khurofat, dia lebih dekat kepada alam gaib, sebagaimana telah kita ketahui bersama.

Akan tetapi, barang siapa yang mengamati dengan seksama kenyataan harokah di lapangan, niscaya akan mendapatkan kesimpulan, bahwa : hampir-hampir harokah itu tidak terpisahkan dari khurofat. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa : mayoritas tokoh harokah beraqidah Asy’Ariyah atau Maturidiyah, sekaligus seorang sufi

Dan kami tidak menundukkan orang-orang harokah dengan membawa bukti dari perkataan orang-orang awam diantara mereka, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap orang-orang yang menyelisihi mereka. Akan tetapi kami menundukkan mereka dengan menampilkan berbagai perkataan dari orang-orang yang tidak diragukan lagi ketokohannya di hadapan para pengikut harokah.

Wahai saudaraku yang masih memiliki kecemburuan di dalam masalah tauhid ! Bacalah dengan penuh keadilan uraian-uraian berikut ini.

[1]. Imam Harokah, Hasan Al-Bana Meyakini Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Senantiasa Menghadiri Perayaan-Perayaan Maulid Orang-Orang Sufi, Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Juga Memberikan Ampunan Kepada Semua Yang Hadir.

Jabir Rizq di dalam bukunya yang berjudul “Hasan Al-Bana bi Aqlaami Talaamiidzihi wa Mu’aashiriihi” (Hasan Al-Bana menurut yang semasa dengannya, -pent) menyebutkan sebuah nukilan dari majalan “Ad-Da’wah”, edisi bulan Februari, tahun 1951M dan semua telah mengetahui, betapa erat hubungan antara majalah “Ad-Da’wah Al-Mashriyyah”[1] dengan parti “Ikhwanul Muslimin”, didalamnya ada suatu cerita pembicaraan dari Abdurrahman Al-Bana mengenai saudaranya, yang bernama : Hasan Al-Bana. Diceritakan bahwasanya jika telah masuk bulan Robi’ul Awwal, Hasan Al-Bana pergi ke perkumpulan teman-temannya, seraya melantunkan bait-bait syair untuk menyambut perayaan maulid Nabi.

Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala sembuhkan anda dari penyakit fanatik buta, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugrahkan kepada anda kemarahan yang tulus karenaNya, maka renungkanlah kebid’ahan dan kesyirikan yang ada di dalam bait-bait syair berikut ini :

“Inilah sang kekasih (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersama orang-orang yang dicintai telah hadir.
Dia (Muhammad) mengampuni apa yang telah berlalu dan yang terjadi.
Sungguh dia telah mengedarkan araknya kepada orang yang mabuk cinta[2]
Untuk memalingkan, hampir-hampir cahayanya membutakan mata
Wahai Sa’ad, sebutlah berulang-ulang kekasih ini
Sungguh pendengaran kita bercerai-berai, wahai penyanyi orang-orang miskin.
Dan kenapa selendang para pengendara di sebuah padang agak miring [3]
Tidak diragukan lagi, bahwa kekasih kaum (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) telah hadir.[4].”

Saya (penulis) berkomentar : Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dialah yang memberikan maaf dan ampunan bagi semua orang, maka apakah ada makna yang masih tersisa di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Dan siapa lagi yang bisa mengampuni dosa selain Allah” [Ali Imran : 135] [5]

Inilah, sikap ekstrem (berlebih-lebihan) terhadap derajat kenabian [6], sekaligus sebagai sikap permusuhan terhadap Sang Pencipta. Hanya kepada Allah-lah kita mengadu.

[2]. Wakilnya, Al-Mursyid Al-‘Aam [7], Umar At-Tilmisaaniy Membela Para Penyembah Kubur

Umar At-Tilmisaaniy berkata di dalam bukunya yang berjudul “Syahidul Mihrob ‘Umar Ibnul Khottob” hal. (226)

“Jadi, tidak ada perlunya mengingkari dengan keras orang-orang yang meyakini karomah para wali, dan berlindung kepada kubur-kubur suci mereka, dan berdoa didepannya ketika tertimpa berbagai musibah. Karomah para wali itu merupakan bagian dari dalil adanya mu’jizat para nabi !!”

Inilah, sikap ekstrem (berlebih-lebihan) terhadap derajat-derajat kewalian, sekaligus sebagai sikap permusuhan terhadap Dzat yang disembah. Kami berlindung kepada Allah dari kemurkaanNya.

[3]. Imam Harokah Di Syria Pada Masanya, Sa’id Hawwa Memuji Aktivitas Para Tukang Sihir

Sa’id Hawwa berkata di dalam bukunya “Tarbiyatuna Ar-Ruhiyyah” (hal. 218, Cetakan ke 2) : “Suatu ketika, seorang nasrani menceritakan kepadaku tentang suatu kejadian yang dialaminya sendiri, dan hal itu merupakan suatu kejadian yang sudah diketahui dan dikenal, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengumpulkanku dengan pelakunya, setelah saya mengetahui kejadian tersebut dari orang lain.

Dia menceritakan kepadaku bagaimana dia hadir pada sebuah halaqoh dzikir, kemudian salah seorang peserta dzikir menusuk punggungnya dengan sebilah pedang sampai tembus dan dia bisa memegang ujung pedang yang menembus dadanya tersebut, lalu pedang tersebut dicabut tanpa meninggalkan bekas dan luka.

Sesungguhnya apa yang terjadi pada anak-anak para pengikut tarekat “ Ar-Rifa’iyyah” ini, termasuk keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling besar, yang dianugrahkan kepada umat ini …! [8]

Siapa saja yang melihat salah seorang umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang punggungnya tertembus oleh sebilah pedang, setelah dihunjamkan ke dadanya, kemudian pedang tersebut dicabut tanpa meninggalkan bekas dan luka. Apakah ini sesuatu yang menakjubkan ?!!

Maka hendaklah para ahli tauhid mengamati sekelompok penganut khurofat ini ; karena mereka ini bukanlah termasuk orang-orang yang awam, akan tetapi mereka diangkat kepada kedudukan para ulama dan para dai yang terpandang.

Saudara kami yang mulia, Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaliy telah membantah Sa’id Hawwa dengan sangat bagus, pada bukunya yang berjudul “Muallafat Sa’id Hawwa, Diroosatun Wa Taqwiimun” (Penelitian dan Penelusuran Karya-Karya Sa’id Hawwa) –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas syaikh dengan kebaikan-. Diantara bantahan terhadap Sa’id Hawwa yang paling bagus, adalah penjelasan syaikh yang mulia Dr. Ali bin Nashir Al-Faqiihiy – semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keselamatan kepadanya dan senantiasa melindunginya-. Beliau mengatakan pada muqoddimah buku Ibnu Mandah “Ar-Roddu ‘Alal Jahmiyyah” [9] (hal, 11).

Sebagian orang di zaman sekarang, mengatakan : Sesunggunya Jahmiyyah dan kelompok-kelompok sempalan Islam yang lainnya, seperti Mu’tazilah dan seterusnya telah sirna, maka tidak ada perlunya membahas mereka, dan menyebarkan buku-buku seperti ini [10], sama sekali tidak ada gunanya ; karena buku-buku tersebut membahas berbagai perkara yang tidak seorangpun memeluk dan meyakininya (sekarang). Kemudian mereka juga menambahkan, bahwa : pembahasan buku-buku tersebut akan memecah belah umat Islam.

Perkataan seperti ini, secara mendasar, membuktikan bahwa masih ada orang-orang yang meyakini kebenaran pemikiran-permikiran sesat ini, bahkan masih ada dai-dai yang mendakwahkannya.

Kami berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari dakwah memecah belah persatuan Islam. Yang Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui, bahwa kami tidaklah menginginkan kecuali persatuan umat Islam. Akan tetapi, kita semua telah mengetahui bersama, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di kota Mekkah selama tiga belas tahun. Di sana beliau membangun aqidah kaum muslimin dan membersihkannya dari segala kotoran syirik. Karena aqidah adalah prioritas utama yang diatasnya akan tegak sebuah bangunan, sehingga aqidah mereka tidak dibangun di atas berbagai khurofat yang diimani dan didakwahkan oleh para dai di zaman sekarang.

Diantara keyakinan khurofat itu, adalah : Barangsiapa yang berbaiat kepada syaikh tarekat “Ar-Rifa’i”, atau kadang-kadang tanpa ba’iat, akan tetapi cukup dengan menisbatkan dirinya kepada tarekat ini, maka senjata api, senapan dan pedang tidak akan terpengaruh terhadap dirinya !! [11]

Subhan Allah ! Jika memang demikian keadaanya, maka : Apakah boleh bagi dai ini [12] dan para pengikut tarekat “Ar-Rifa’iyyah” membiarkan Al-Quds tanah haram (suci) ketiga [13] yang mulia dan juga Palestina dijajah oleh Yahudi. Padahal orang-orang Yahudi tidak memiliki persenjataan kecuali senjata dan senapan. Sedangkan kedua jenis senjata tersebut sama sekali tidak bisa melukai para pengikut tarekat “Ar-Rifa’iyyah” (seperti yang mereka katakan). Akan tetapi kenyataannya, mereka membiarkan Yahudi di Al-Quds dan tidak mensucikannya dari kenajisan mereka ?! Inilah metode aktivitas mereka : khurofat kaum sufi!”

Sungguh dengan nukilan ini, saya benar-benar berusaha menunjukkan kepada pembaca yang budiman, suatu kesimpulan yang indah, karena di sini nampak jelas kecerdasan Ahlus sunnah, sebagaimana telah nampak jelas juga, bahwa : bid’ah itu tidak akan menambahkan kepada pelakunya, kecuali kedunguan. Wallahu ‘Aashim (Allah penjaga kita).

[Tulisan ini dialihbahasakan dari buku “Khuroofah Harokiy” karangan Syaikh Abdul Malik bin Ahmad bin Al-Mubaraak Ramadhaany Al-Jazaairy, halaman 19-24, Dan dimuat Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Isamiyyah Edisi 16 Th. III Ramadhan 1426H/Oktober 2005M, Penerjemah Abu Zahrah Imam Wahyudi Lc]
_________
Foote Note
[1] Majalah “Ad-Da’wah” didirikan sekitar tahun 1940-an oleh Dr Sholih Al-Asymaawiy. Beliau adalah salah seorang tokoh partai Ikhwanul Muslimin yang hidup semasa dengan Hasan Al-Bana. Majalah ini dibredel oleh pemerintah Mesir beberapa kali, dan yang terakhir dilakukan oleh presiden Mesir Anwar Sadad setelah wafatnya sang pendiri, lalu dicabut surat izin penerbitannya. Kemudian , muncullah majalah “Al-Muslimiun” yang didirikan oleh menantu Hasan Al-Bana, yang bernama Dr. Said Romadhon. Jadi, bisa dikatakan bahwa kedua majalah inilah yang menyuarakan dakwah partai ikhwanul Musimin. –pent
[2]. Perumpamaan betapa mabuknya orang sufi ketika berzikir. –pent
[3]. Gambaran kesibukan orang-orang yang hendak menyambut seorang yang terhormat.-pent
[4]. Ini gambaran secara umum pelaksanaan acar maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantara mereka berdiri secara bersamaan dengan keyakinan bahwa ketika itu ruh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir diantara mereka. Astaghfirullah. (pent)
[5]. Ini termasuk bukti kedekatan gerakan partai Ikhwanul Muslimin dengan aliran sufi, sebagaimana Hasan Al-Bana rahimahullah mendefinisikan partainya dengan mengatakan : “Sesungguhnya dakwah Ikhwanul Muslimin adalah dakwah salafiyah, bertarekat sunnah, berhakekat sufi, berbentuk politik …dst. Lihat Al-Mausu’ah Al-Muyassaroh, hal. 201. –pent
[6]. Derajat kenabian yang bertugas menyampaikan wahyu saja, naik ke derajat ketuhanan yang bisa memberikan ampunan atas dosa-dosa. Apa hal seperti ini tidak menyerupai perbuatan orang-orang Kristen ?! .-pent
[7]. Mursyi A’am adalah jabatan tertinggi di dalam partai atau kelompok Ikhwanul Muslimin. –pent
[8]. Maka kenapa orang-orang harokah sekarang malah sibuk melakukan ruqyah (pengobatan orang yang kemasukan jin) secara massal untuk menandingi para tukang sihir ? sedangkan Said Hawwa, tokoh yang mereka agung-agungkan masih melegimitasi atraksi para tukang sihir tersebut ?!! Apakah hal itu mereka lakukan hanya sekedar mencari massa untuk memperbanyak dukungan suara di pemilu yang akan datang ?! Atau …? Wallahu A’lam bishowab (-pent)
[9] Artinya : Bantahan terhadap kelompok Jahmiyah. –pent
[10]. Maksudnya buku Ibnu Mandah “Ar-Roddu ‘Alal Jahmiyah” .-pent
[11]. Di sini syaikh membantah Said Hawwa, sebagaimana beliau jelaskan pada catatan kaki buku “ Ar-Roddu ‘Alal Jahmiyyah”.
[12]. Sa’id Hawwa. –pent
[13]. Pemberian gelar terhadap Al-Quds sebagai tanah haram (suci) yang ketiga hanyalah berdasarkan anggapan kebanyakan orang atau diikut-ikutkan saja, karena tidak ada dalil yang shahih yang menyebutkan bahwa masjid Al-Aqsha termasuk tanah haram. Wallahu a’lam




Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1694&bagian=0

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | The Blog Full of Games