9 Nov 2009

Berhati-hatilah dari sifat sombong

. 9 Nov 2009

Berhati-hatilah dari sifat sombong
Penulis: Syaikh Abdul Wahhab Al Wushaby al Abdali
Manhaj, 16 Desember 2004, 10:13:35

Nasehat ke-4
Berhati-hati dari sifat sombong

Sesungguhnya syaithan apabila tidak sanggup untuk memalingkan dirimu dari menuntut ilmu niscaya akan datang dari pintu yang lain dan berusaha untuk membisik-bisikkan kepadamu: “Kamu adalah orang alim, kamu orang zuhud, kamu orang shalih, kamu orang yang rajin membaca atau kamu penuntut ilmu. Lihat kepada teman-temanmu, apa artinya mereka dihadapanmu, mereka tidak menyamaimu walaupun seujung kuku tangan atau seujung kuku kakimu”.

Dia (syaithon) akan berusaha mendatangimu dari pintu pujian ini. Maka berhati-hatilah kamu! Jangan sampai kamu tersembelih (dengan pujian tersebut-pent). Sungguh dia dalam posisi seperti ini telah menyesatkan dirimu dan keluargamu kecuali jika Allah Ta’ala melimpahkan rahmatNya kepadamu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
لا يدخل الجنة من كان فى قلبه مثقال ذرة من كبر, فقال رجل: يا رسول الله إن الرجل يحب أن يكون نعله حسنة وثوبه حسنا, فقال صلى الله عليه و سلم : إن الله جميل و يحب الجمال, الكبر بطر الحق و غمط الناس (رواه مسلم عن عبدالله بن مسعود)

Artinya:”Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji dzarah dari kesombongan.” Seorang berkata:”Ya Rasulullah, seseorang senang terhadap sandalnya yang bagus dan pakaiannya yang bagus?” Beliau bersabda : ”Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR Muslim dari shahabat Abdullah bin Mas’ud)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan kesombongan itu dengan dua perkara, yakni menolak kebenaran dengan tidak mau menerimanya serta merendahkan orang lain. Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan sekecil apapun.

Kalau demikian tatkala dalam hatimu syaithan meniupkan ruh kesombongan, ujub, keangkuhan terhadap dirimu, maka ingatlah bahwa kamu tidak memiliki apa-apa.

Telah ada sebelum kamu para ulama bagaikan gunung-gunung yang kokoh sedangkan kamu tidak lebih bagaikan kerikil.

Telah ada sebelum kamu orang-orang zuhud, ahli ibadah, orang-orang sholih dan orang alim sedangkan kamu tak ubahnya hanya sehelai rambut yang ada di punggung salah seorang dari mereka.

Terlebih jika kamu membaca perjalanan shahabat, orang-orang shalih dan perjalanan hidup para Nabi dan ketika kamu membaca kisah para malaikat, maka kamu akan mendapati bahwa ibadah yang kamu lakukan itu belum seberapa dibandingkan mereka. Kalau kamu membaca perjalanan hidup para ulama kamu menjumpai bahwa ilmumu tidak seberapa dibanding mereka.

Wahai saudaraku…para penuntut ilmu, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan barakah kepadamu dan kepada ilmumu. Berhati-hatilah dari pintu syaithan yang akan menipumu. Jika dia tidak sanggup dari pintu ini maka dia akan mendatangimu dari pintu kedua. Jika dia tidak sanggup melalui pintu maka dia akan masuk melalui celah yang lain. Dia akan berusaha dengan segala cara untuk menyesatkan kamu dengan kesesatan yang jauh,. Dan berhati-hatilah dari jalan-jalan syaithan, dan ingatlah firman Allah Ta’ala:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ﴿٦۹﴾ [العنكبون: ٦۹]
Artinya: " Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [QS Al 'Ankabut: 69]

Berjuanglah dirimu di jalan Allah Ta’ala! Karena walau bagaimanapun indahnya suaramu, namun siapakah yang memberikan suara yang bagus tersebut? Bukankah Allah? Siapakah yang memberimu warna kulit yang indah? Bukankah Allah? Siapakah yang memberimu akal dan kecerdasan ? Bukankah Allah? Siapakah yang memberimu kuat hafalan dan kuat ingatan, bukankah Allah? Tentu jawabannya Iya. Kalau demikian untuk apa hakmu menyombongkan diri? Kamu menyombongkan diri dengan sesuatu yang tidak kamu miliki, padahal semuanya datang dari Allah Ta’ala. Tidakkah kamu mengkhawatirkan dirimu dan tidaklah kamu mengetahui bahwa jika Allah Ta’ala menghendaki mengambil apa yang telah diberikanNya kepadamu niscaya Dia sanggup untuk mengambilnya dan Dia tidak ditanya apa yang diperbuatNya, akan tetapi merekalah yang ditanya tentang apa yang telah mereka perbuat.

Ada seorang memberitahukan kepadaku tentang kisah seorang yang aku telah melihatnya. Dia berkata:”Kemudian bangunlah orang tersebut dengan rambut yang sangat bagus dan dia menyombongkan diri dengannya. Pada suatu ketika, tanpa diduga tiba-tiba rambut yang ada di sekujur tubuhnya rontok berguguran, yang ada di kepalanya, di wajahnya, di kedua tangannya, bahkan di seluruh jasadnya, bahkan yang ada di kedua alisnya. Dan aku melihat orang tersebut pada keadaannya yang kedua.

Allah Ta’ala yang memberimu keadaan yang pertama dan keadaan yang kedua. Orang yang memberitakan kepadaku adalah orang yang dapat dipercaya. Allah Ta’ala berbuat apa saja yang dikehendakiNya dan tidak ditanya ada yang diperbuatNya akan tetapi merekalah yang ditanya tentang apa yang telah mereka perbuat.

Dan lihatlah ketika dia menyombongkan diri dengan rambutnya yang banyak dan indah, dia tidak memuji Allah Ta’ala, tidak bersyukur kepadaNya. Dia tidak merendahkan diri dan pemberian ini tidak menyebabkan dia menunaikan kesyukuran atas nikmat tersebut sehingga seakan-akan dialah yang menciptakan rambutnya sendiri. Maka lihatlah bagaimana Allah Ta’ala mencabut nikmat tersebut. Begitu juga kuatnya ingatan, apabila kamu menyombongkan diri dengannya, kamu tidak akan menduga jika tiba-tiba Allah mencabut kuatnya ingatanmu, akalmu, kecerdasanmu, hafalan, dan kepandaianmu, sehingga kamu menjadi orang yang paling bodoh dan tolol di negerimu.

Rendahkanlah dirimu karena Allah Ta’ala! Beramallah dengan Kitabullah dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam!

(Dikutip dari 20 Mutiara Indah Bagi Penuntut Ilmu dan Da’I Ilallah” hal 34-39, judul asli ‘Isyrun Nashiha li Tholibil ‘Ilmi wa Da’i Ilallah, penulis Syaikh Abdul Wahhab Al Wushaby al Abdali al Yamani dan Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i rahimahullah. Diterjemahkan al Ustadz Abu Usamah Abdurahman al Lomboki. Diterbitkan oleh Pustaka al Atsary Kp Cikalagan RT 10/02. Cileungsi Bogor)

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | The Blog Full of Games