4 Mei 2011

Download Bedah Buku: N.I.I Dalam Timbangan ‘Aqidah (Ustadz Abu Hudzaifah Suroso Abdussalam) (Penting!!!)

. 4 Mei 2011
0 komentar

Download Bedah Buku: N.I.I Dalam Timbangan ‘Aqidah (Ustadz Abu Hudzaifah Suroso Abdussalam) (Penting!!!)

Salah satu yang menarik apabila memperhatikan sejarah Indonesia adalah begitu seringnya terjadi pemberontakan-pemberontakan, baik pada awal kemerdekaan sampai saat ini. Salah satu pemberontakan terlama yang ditumpas yaitu DI/TII yang bercita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia (N.I.I) yang dipimpin oleh SM Kartosuwiryo.
Dan sampai saat ini N.I.I pun tetap ada walaupun pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan telah lama ditumpas dan pimpinannya pun, yaitu SM Kartosuwiryo telah tewas bersama pasukannya, ketika ditumpas oleh TNI. Berbagai cara secara gerakan bawah tanah dilakukan dalam upaya membangun kembali cita-cita tersebut.
Untuk itulah, Divisi Perpustakaan Lembaga Dakwah dan Taklim (L-DATA) Jakarta bersama Remaja Mutiara Hadits menyelenggarakan bedah buku berjudul “N.I.I Dalam Timbangan Aqidah” karya Ustadz Abu Hudzaifah Suroso Abdussalam. Yang diselenggarakan pada hari Ahad, tanggal 25 Agustus 2002 mulai pukul 08.30 s.d. 12.00 WIB bertempat di Musholla Al Anwar di Jl. Jatinegara Barat, GG. Anwar I RT 012/01
Buku ini sendiri lebih membahas N.I.I dalam perspektif aqidah. Khususnya dalam mengungkap bagaimana sebenarnya seluk beluk akidah N.I.I, khususnya pemahaman tentang iman, hijrah, dan jihad, lalu menimbangnya dengan timbangan manhaj salaf.
Yang menarik dari bedah buku ini adalah karena Ustadz Abu Hudzaifah Suroso Abdussalam sendiri adalah mantan aktivis/pejabat NII yang sekarang bermanhaj salaf.
Silahkan download kajiannya pada link di bawah, selamat menyimak!
Atau download dalam format mp3.zip Disini
Sumber : Dipublikasi ulang dari http://moslemsunnah.wordpress.com
http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2011/05/02/download-bedah-buku-n-i-i-dalam-timbangan-%E2%80%98aqidah-ustadz-abu-hudzaifah-suroso-abdussalam-penting/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Bukti Kesesatan NII (Negara Islam Indonesia)

.
0 komentar

Bukti Kesesatan NII (Negara Islam Indonesia)

Oleh: Al-Ustadz Hartono Ahmad Jaiz
Bangunan Megah di Pesantren Al-Zaytun, Indramayu
NII – Pesantren Al-Zaytun (1)
Bukti-bukti Kesesatan NII KW IX Abu Toto
Sepak terjang NII KW IX (Negara Islam Indonesia Komandan Wilayah IX), dalam kurun waktu di bawah kepemimpinan Haji Abdul Karim dan kemudian Haji Muhammad Ra’is dari tahun 1984 s/d 1992 maupun di bawah kepemimpinan Abu Toto Asy-Syaikh AS Panji Gumilang (gelar kebesarannya saat ini) sejak dari tahun 1992 hingga tahun 2001 telah menimbulkan banyak korban. Secara nyata yang lebih banyak dirugikan baik moril maupun material oleh KW IX sejak masa Haji Karim sampai Abu Toto adalah umat islam pada umumnya, dan secara khusus kalangan NII atau DI (Darul Islam).
Kerugian yang diderita ummat Islam secara moril adalah telah tercemarinya pemikiran dan pemahaman mereka tentang Islam, sehingga mereka sama sekali tidak menyadari dan tanpa terasa telah terjerumus pada suatu keyakinan yang menjungkir-balikkan prinsip-prinsip keimanan (aqidah) yang untuk selanjutnya berdampak pada pelecehan terhadap syari’at serta bermuara pada kemerosotan akhlak.
Suatu tindakan pemurtadan sekaligus penindasan dan pemiskinan telah berlangsung terhadap umat Islam Indonesia yang dilakukan oleh KW IX di Indramayu Jawa Barat, Gerakan sesat yang mengatasnamakan NII di balik pesantren mewah Al-Zaytun. Suatu tindak kejahatan politik, sosial dan pelanggaran HAM yang sangat serius yang mungkin belum pernah dilakukan oleh kelompok sempalan maupun yang ada dalam masyarakat dan bangsa Indonesia.
Penyimpangan ‘Aqidah
Kezhaliman yang paling dahsyat yang dilancarkan oleh KW IX baik pada masa kepemimpinan Haji Abdul Karim, Haji Ra’is maupun kepemimpinan Abu Toto adalah menciptakan syirik. Berdasarkan data-data yang telah tertuang di atas dan beberapa kesaksian dan laporan para mantan peagikut Abu Toto, maka syirik yang diciptakan NII KW IX dalam kurun 1984-5 s/d 2001 sekarang adalah menyusun sistematika tauhid secara serampangan, dengan membaginya ke dalam 3 substansi tauhid, yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Mulkiyyah dan Tauhid Uluhiyyah tanpa dasar disiplin ilmu sedikit pun.
Pertama, mereka mengumpamakan Tauhid Rububiyah dengan akar kayu, Mulkiyyah adalah batang kayu, Uluhiyyah adalah buahnya. Selain itu mereka juga menafsirkan Rububiyah dengan undang-undang, Mulkiyyah adalah negara, dan Uluhiyah adalah ummatnya. (2)
Tafsiran semacam itu sungguh sangat menyesatkan, karena telah merendahkan, menghina Allah, dan telah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.
Kedua, mereka juga meyakini kerasulan dan kenabian itu tidak akan berakhir selama masih ada orang yang menyampaikan da’wah Islam kepada manusia. Kesimpulan mereka, bahwa setiap orang yang menyampaikan da’wah Islam pada hakikatnya adalah Rasul Allah.
Ketiga, menciptakan ajaran dan keyakinan tentang adanya otoritas nubuwwah pada diri dan kelompok mereka dalam menerima, memahami dan menjelaskan serta melaksanakan maupun dalam memperjuangkan AI-Qur’an dan Sunnah Rasulullah  hingga tegaknya syari’ah dan kekhalifahan di muka bumi. Dengan menetapkan doktrin tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah secara serampangan serta sangat menyesatkan antara lain:
  • Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu’alaihi wa  Sallam untuk menata dunia secara baik dan benar menurut yang dikehendaki dan ditetapkan Allah. Dengan demikian Al-Qur’an juga sebagai Undang-undang, Hukum dan Tuntunan yang harus diterima dan dilaksanakan manusia. Namun dalam prakteknya bagaimana mereka mensikapi, memperlakukan ataupun dalam memahami AI-Qur’an maka itu terserah manusia, yakni bebas melakukan ta’wil maupun tafsir baik terhadap ayat yang muhkamat maupun yang mutasyabihat. (3)
  • As-Sunnah adalah perilaku Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa  Sallam dalam melaksanakan Al-Qur’an yang ternyata mengikuti milah (ajaran) dan tata cara pengabdian Nabi lbrahim Alaihissalam. Selain itu Nabi Muhammad juga diyakini sebagai kader Nabi Isa bin Maryam yang dididik dan dibina oleh kaum Hawariy yang nota bene pengikut setia Nabi Isa Alaihissalam atau hasil transformasi ajaran Nabi Isa Alaihissalam. (4)
Keempat, Menggunakan nama-nama Nabi untuk hirarki kepangkatan (jabatan struktural dan fungsional), sehingga menimbulkan kesan bahwa Nabi yang satu bisa diperintah oleh Nabi lainnya yang berada pada struktur lebih tinggi.
Kelima, Melakukan tipu daya kepada pengikutnya dengan memberikan iming-iming pangkat maupun jabatan serta futuh (kemenangan) terhadap penguasa Rl, dan meyakinkan melalui doktrin bahwa secara diam-diam sekitar 50% dan kekuatan TNI-PoIri (ABRI) telah berpihak kepada NII sehingga pasti menang, yang dalam istilah mereka menunjuk kepada sebuah ayat yang berbunyi: Nashrun minallahi wa fathum qariib.
Penyimpangan Syari’ah
Merubah Syari’at Zakat Fithri dan Syari’at Qurban
Dalam majalah bulanan Al-Zaytun terbitan Ma’had Al-Zaytun dinyatakan,
” Pada kesempatan ‘led Al Fithri kali yang pertama di awal Januari tahun 2000, Ma’had AI Zaytun, telah mengawali langkah yang tepat sekaligus berani, untuk mengelola sumber dana dalam Islam, yakni dengan mengaktualkan nilai zakat fithrah, ini dilakukan bukan untuk mencari sensasi, tapi semata-mata untuk meningkatkan kualitas ummat. Zakat fithrah tidak lagi dihargai dengan 3,5 liter beras. Karena dosa setahun sudah tidak wajar lagi dibersihkan dengan 3,5 liter beras, dan sangat ironis jika hanya dengan 3,5 liter beras kita bercita-cita untuk mensejahterakan ummat. (5)
“Alhamdulillah, seluruh civitas Ma’had Al Zaytun menyambut langkah ini dengan antusias, termasuk para santri, dan wali santri pun menyambut dengan baik dan penuh kefahaman. Sehingga pada kesempatan ‘led itu, dari santri saja terkumpul dana zakat fithrah hampir mencapai 100 juta rupiah (hanya dari 1235 muzakki, kalau dibuat rata-rata masing-masing santri membayar zakat fithrah, kurang lebih sebesar 75 ribu rupiah) untuk itu kita layak berdo’a: “Taqabbalallahu minna waminkum”
“Pada pertengahan Maret tahun 2000 ini kita bertemu dengan ‘led al Adha, dimana ummat Islam diperintahkan untuk berqurban. Kalau pada ‘led Al Fithri kita bisa melakukan suatu harakah yang bermutu, maka pada ‘led Al adlha inipun kita harus melakukan hal yang sama, bahkan harus lebih hebat lagi.
“Pada ‘led Al Fithri (hari kembali fithrahnya manusia) itu telah mengajak Ummat untuk berzakat fithrah dengan harakat ramadhan-nya. Maka pada ‘led Al Adha (hari berqurbannya manusia) tata mengajak ummat untuk berqurban, mengurbankan sesuatu yang dicintainya dan mendekatkan diri kepada Allah. “
Pengertian Berqurban (menurut Al-Zaytun)
“Menurut bahasa (lughawi) kata qurban berasal dari kata qarraba yang berarti “dekat”, sedangkan dalam kamus AI-Munjid hal 617 kata qurban diartikan sebagai berikut : “apa-apa yang bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menyembelih atau dengan yang lainnya.”
Jadi, namanya berqurban itu tidak selamanya dengan menyembelih hewan, menyembelih hewan hanyalah sekedar lambang dari pengorbanan.
Manfaat zakat dan qurban ditinjau dari aspek sosial adalah untuk memberi makan fakir dan miskin. Memberi makan dalam arti luas adalah bukan hanya memberi makan pada jasmani (perut) tetapi termasuk juga di dalamnya memberi makan kepada rohani (akal dan bashirah). Makaman otak manusia, bukanlah daging kambing, tapi makanan otak manusia adalah ilmu.
Ilmu secara formal bisa didapat lewat pendidikan, maka jika qurban dikeluarkan dalam bentuk uang (misalnya) dan uang yang terkumpul digunakan untuk membangun sarana pendidikan, gedung pembelajaran, asrama, masjid perpustakaan, laboratorium dan kelengkapan lain yang menunjang pendidikan, itu berarti qurban yang kita keluarkan akan lebih abadi (pahala/manfaatnya) bagi Islam dan ummatnya.
Dengan pendidikan kita bisa mendapatkan generasi Islam yang berotak jernih (brilian) dan sekaligus memiliki bashiroh yang tajam. Dengan cara ini qurban jadi lebih, aktual, efektif dan efisien…dst
Yang kemudian pada akhir tulisan tersebut antara lain:
“…Inilah arti berqurban secara luas (arti yang sebenarnya) bukan arti secara sempit, yang hanya mengandalakan berkorban dengan menyembelih hewan saja, hanya berorientasi kepada kebutuhan jasmani (perut) saja. Inilah paradigma berqurban yang optimis dan berwawasan masa depan, bukan pandangan berkorban secara sempit yang hanya memikirkan gegembiraan fakir miskin di hari raya saja, tetapi pandangan jauh ke depan memikirkan nasib ummat seratus bahkan seribu tahun yang akan datang.(6)
Sikap dan pandangan serta praktek zakat fithrah yang menyimpang sebagaimana diatas yang diterapkan pada para santri Al-Zaytun, toh tetap berjalan dan bahkan malah semakin parah pada Ramadhan tahun 2000 ini. Sebagaimana yang dilansir media antara lain,
“Sumber dana lain yang bakal dipergunakan untuk pengembangan pesantren antara lain zakat fithrah. Zakat yang lazim ditunaikan ummat Islam menjelang ‘ledul Fithri. Selain itu, pimpinan Ma’had Al-Zaytun sempat mengumumkan kepada 3200 santri tentang jumlah pembayar zakat fithrah terbesar yang dilakukan seorang santri dari Nusa Tenggara Timur sebesar Rp. 1 juta, pembayar zakat fithrah terbesar kedua diraih oleh santri asal Gorontalo senilai Rp 500 ribu, demikianj juga diumumkan pembayar zakat fithrah terkecill sebesar Rp 10 ribu “. (7)
Sedangkan menurut pemberitaan majalah Al Zaytun sendiri malah menggambarkan keberhasilan yang fantastis dari gerakan Ramadhan yang mampu menghasilkan pemasukan uang sebanyak 5 miliar rupiah lebih. (8)
Eksploitasi (pemerasan) maupun eksplorasi (penggalian dana) dan program pemiskiinan ummat Islam (korban jeratan rekruitmen) dengan mengatas-namakan Zakat Tazkiyah Baitiyah, Shadaqah Tathawwu’, Infaq Sabilillah, Khijanah tajwidiyah, Qiradl, Shadaqah (Ja-uka dan isti’dzan, Nikah, tahkim, Musyahadah dan Tartib) maupun Kaffarat dan lain sebagainya telah mencerminkan adanya motif manipulasi/penipuan yang sangat merugikan dan meresahkan umat serta merusak ajaran Islam.
Diantara para korban, ada yang terkena jerat program Qiradh dan lddikhar (tabungan), sampai sebanyak 250 gram emas, bahkan salah seorang pejabat Bank Indonesia (sekarang mantan) sampai rela menyerahkan 2,5 kg emas. Dan dua orang putranya pun, sempat pula menjadi perampok, yang untuk itu mereka harus merelakan tulang iganya putus lantaran demi untuk menyelamatkan diri dari kejaran masa, hanya kareana mengejar target setoran yang harus di bayarkan kepada jama’ah – Negara!
Pemerasan
Kalkulasi di bawah berdasarkan perkiraan jumlah minimal yang konstan dan aktif sebagai anggota NII KW IX dari tahun 1993 s/d tahun 2000 sebanyak 60.000 orang, sekalipun banyak keterangan dari mantan NII KW IX yang menyatakan bahwa jumlah anggotanya sekarang lebih dari 100.000 orang, namun diperkirakan terjadi banyak pula yang keluar ataupun yang masuk.
Dana umat yang disedot oleh NII struktural adalah (Satu Triliyun Empat Ratus Satu Milyar Dua Ratus Juta Rupiah) yang kemudian diwujudkan dalam bentuk bangunan mewah Ma’had Al Zaytun, yang konon biayanya menelan angka sampai hitungan sekitar 4 trilyun rupiah. Maka kekurangan dari jumlah keseluruhan yang dibutuhkan oleh Al-Zaytun masih banyak.
Menurut penuturan salah seorang mantan pengikut Abu Toto yang sempat dipercayakan memegang posisi Majelis Hai’ah (semacam departemen keuangan), Pak Andreas (Ismail Subardja), dana abadi yang berhasil dikumpulkan oleh KW IX hingga akhir tahun 1996 saja sudah mencapai 40 miliar rupiah. Dan seluruh dana yang ada dalam KW IX dimasukkan dalam rekening Bank ClC atas nama Abu Ma’ariq alias Abu Toto Abdus Salam (AS Panji Gumilang) dan keluarganya. (9)
~ Disalin secara utuh dari buku ” Aliran dan Paham Sesat di Indonesia “ dari hal. 45-50. Oleh: Al-Ustadz Hartono Ahmad Jaiz. Penerbit: Pustaka Al-Kautsar ~
Footnote:
(1). Diambil dari LPPI, tulisan Umar Abduh dengan sedikit perubahan
(2). Majalah Al-Zaytun no.11 Th.2000 hlm. 31
(3). Mabadiuts Tsalatsah, karya Abdul Karim Hasan (Buku Pedoman NII)
(4). Wawancara dengan Imam Shalahuddin (Mantan NII KW IX), tgl 22 Desember 2000. Baca juga MBM Al-Zaytun 6-7 Th. 2000 hlm. 99
(5). Ditulis oleh Guru MAZ dalam MB Al-Zaytun, edisi III Maret Th.2000 hal. 10-11
(6). Ibid
(7). Pos Kota, edisi 23 Desember 2000 hal.8 dan sebagaimana yang dimuat dalam MB Al-Zaytun, edisi 12-2000
(8). MB Al-Zaytun, edisi 12-2000 hal.13
(9). Wawancara UA dengan Bpk. Andreas, 10 Desember 2000.
Sumber : Dipublikasi ulang dari http://moslemsunnah.wordpress.com/
http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2011/05/02/bukti-kesesatan-nii-negara-islam-indonesia/

Klik disini untuk melanjutkan »»

N.I.I = Negara Islam Indonesia (Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat)

.
0 komentar

N.I.I = Negara Islam Indonesia

Oleh: Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat Hafidzahullah
http://moslemsunnah.files.wordpress.com/2011/04/bendera-nii.jpg?w=395&h=187&h=295
N.I.I adalah ahlul bid’ah dari firqah yang sesat dan menyesatkan. Mereka ini telah pecah menjadi berfirqah-firqah, salah satunya adalah Pesantren Al-Zaytun yang ada di Indramayu yang di ketuai oleh Abu Toto.
Di antara bid’ah-bid’ah N.I.I ialah:
1. Aqidah mereka yang sagat rusak sekali, sebagaimana di jelaskan oleh saudara kami Ustadz Suroso Abdussalam seorang mantan tokoh N.I.I di kitabnya ” N.I.I Dalam Timbangan Aqidah “. (1)
2. Kejahilan mereka dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Tidak adanya ilmu diantara mereka, kecuali kebodohan yang telah ada di antara mereka yang diawali oleh pendirinya dan seterusnya hari ini terhadap ilmu agama. Oleh karena itu -dengan izin Allah- tidak sedikit di antara  mereka yang keluar dari firqah sesat ini dan kembali kedalam ajaran Islam  yang shahih yang di bawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menurut pemahaman para Shahabat.
4. Mereka mendirikan khilafah palsu dan mewajibkan kaum muslimin membai’at khalifah dan imamnya.
Bid’ahnya Ajaran-ajaran Bai’at (2)
Yakni, yang mewajibkan kaum muslimin berbai’at kepada khalifah-khalifah palsu dari mereka. Ajaran bai’at ini tidak syak lagi tentang bid’ahnya dan kejahilannya meskipun mereka menurunkan sejumlah hadits shahih di Bukhari dan Muslim. Akan tetapi mereka telah tersesat di dalam memahami hadits tanpa perantara ahli ilmu.
Karena yang dimaksud dengan bai’at dan membai’at seseorang ialah hanya kepada khalifah yang sah dari Quraisy untuk seluruh kaum muslimin dan apabila telah tegak daulah Islamiyyah.
Kalau hadits-hadits bai’at kita fahami sebagaimana pemahaman yang sesat  dari kaum bai’at bersama khalifah atau imam palsu dan bayangan dari mereka, niscaya kapan saja dan siapa saja dapat dibai’at yang kemudian di angkat menjadi imam atau khalifah. Kalau demikian, alangkah banyaknya jumlah khalifah di dunia ini.
Oleh karena itu berdasarkan nash Al-Qur’an dan Sunnah bersama perjalanan para Shahabat, mengikuti ajaran bai’at adalah bid’ah dan kesesatan. Sebaliknya, meninggalkan ajaran bai’at berarti kita telah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah.
5. Mereka membuat kelompok (firqah) dan memisahkan diri dari kaum muslimin, kecuali yang masuk ke dalam firqah mereka.
6. Bahkan sebagian dari firqah mereka telah meninggalkan shalat dan lain-lain ibadah atau kewajiban di dalam Islam dengan alasan masih berada di periode Makkah.
Disalin dari buku ” Risalah Bid’ah “ hal. 312-313 Oleh guru kami Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat ~semoga Allah menjaganya~ Penerbit: Pustaka Abdullah, Jakarta. (dengan sedikit edit kata dari admin)
Footnote:
(1). Bacalah kalau engkau mau kitab ” N.I.I Dalam Timbangan Aqidah ” oleh saudara kami Ustadz Suroso Abdussalam, mantan pengajar N.I.I
(2). Disalin dari kitab yang sama pada hal. 316 poin 522. Bid’ahnya ajaran-ajaran bai’at (admin)
Sumber : Dipublikasi ulang dari  http://moslemsunnah.wordpress.com
http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2011/05/02/n-i-i-negara-islam-indonesia-ustadz-abdul-hakim-bin-amir-abdat/

Klik disini untuk melanjutkan »»

NII KW IX Berhaji ke Indramayu Tiap 1 Muharram

.
0 komentar

NII KW IX Berhaji ke Indramayu Tiap 1 Muharram

http://moslemsunnah.files.wordpress.com/2011/04/a-02.jpg?w=410&h=277
Jakarta – Ini pengakuan seorang mantan anggota Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah (NII KW) 9. Sejak awal bergabung, dia tidak pernah dikenalkan rukun Islam.
Layaknya umat Islam, NII KW 9 juga berhaji. Tapi, Tanah Suci bagi mereka adalah Ponpes Al Zaytun.
“Saya tidak mengenal materi rukun Islam sejak awal bergabung. Karena bagi mereka, Islam adalah yang masuk dan dibai’at NII KW 9. Selain itu, kafir,” ujar mantan anggota NII KW 9, Bahtiar, dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (28/4/2011).
Bahtiar bergabung dengan NII KW 9 pada 1994. Kala itu, dia masih duduk di semester 3 Jurusan Teknik Fisika UGM. Selama hampir dua tahun dia menjadi warga NII, Ponpes Al Zaytun belum berdiri. Saat itu, anggota NII KW 9 diberi tahu adanya program pembelian surga. Artinya, uang-uang yang diserahkan anggota merupakan wujud pembelian kavling surga.
“Saat saya masih jadi anggota NII KW 9, ternyata ada program pembebasan tanah di Indramayu yang kemudian dibangun Al Zaytun itu. Nah, bagi NII KW 9, yang namanya naik haji itu adalah berkunjung ke Al Zaytun setiap 1 Muharam kalender Hijriyah,” terangnya.
Menurut keterangan orang-orang yang pernah ‘berhaji’, imbuh Bahtiar, mereka diberi tahu kalau Al Zaytun yang megah dibangun dari dana yang telah mereka sumbangkan. Di sana mereka juga diberi materi untuk menguatkan pemahamannya akan NII KW 9.
“Di sana mereka bisa bertemu dengan anggota NII KW 9 lainnya, bisa berkenalan dengan yang lain untuk memupuk rasa kebersamaan. Kalau di waktu biasa, anggota NII hanya bertemu dengan pemimpin di atasnya, tidak dibolehkan bertemu dengan anggota lain di luar jalur komando,” jelas Bahtiar.
Sumber: http://us.detiknews.com/read/2011/04/28/142314/1627720/10/nii-kw-9-berhaji-ke-al-zaytun-tiap-1-muharam?991101mainnews
Dipublikasi ulang dari http://moslemsunnah.wordpress.com/
http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2011/05/02/nii-kw-ix-berhaji-ke-indramayu-tiap-1-muharram/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Mengenal Ciri-Ciri Aliran Sesat N.I.I

.
0 komentar

Mengenal Ciri-Ciri Gerakan NII

Sekarang media massa hingar bingar dengan peristiwa dialami anak-anak muda yang “hilang”, dan kemudian diketemukan dalam keadaan seperti “linglung”, serta menurut pengakuan mereka, mereka mengalami pencucian otak. Benarkah mereka yang “hilang” itu menjadi korban dari proses cuci otak yang dilakukan oleh NII?
Berbagai kajian yang pernah diterbitkan media massa Islam, menilai ada NII yang menyimpang jauh dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, dan disebut-sebut memiliki kaitan erat dengan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.
Pondok pesantren modern ini berdiri pada akhir tahun 1990-an, dan diresmikan oleh Presiden RI B.J. Habibie. Pondok Pesantren yang dipimpin oleh Abu Toto alias Syeikh Panji Gumilang itu, bukan hanya diresmikan oleh Presiden BJ Habibie semata, tetapi sejumlah tokoh penting pernah berkunjung dan memberikan bantuan kepada Pesantren Az-Zaytun, konon termasuk diantaranya sejumlah tokoh penting militer dan intelijen, dan bahkan diisukan mendapat suntikan dana dari Pemerintah Kerajaan Inggris.
Sampai sekarang media massa meributkan tentang NII dan dikaitkan dengan Az-Zaytun, tetapi tidak pernah ada tindakan apapun terhadap pesantren dan pengasuhnya. Seakan Pesantren itu kebal dari aparat dan hukum. Sementara itu, orang-orang yang mempunyai kaitan dengan NII, banyak yang kemudian menjadi tersangka atau dipenjara dalam waktu tertentu. Entah dituduh sebagai teroris atau melakukan gerakan yang dianggap menjadi ancaman keamanan negara.
Berbagai media massa Islam menampilkan hasil-hasil penelitian, analisis para pakar, hingga kesaksian para mantan santri pesantren tersebut sebagai bukti “kesesatan” Al-Zaytun dengan NII “jadi-jadiannya”.
Banyak yang mengatakan bahwa yang muncul ke permukaan yang menjadi fenomena sekarang ini, dan berlanjut menjadi sebuah permasalahan pelik, merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk menghancurkan umat Islam di Indonesia. Seandainya, argumentasi ini benar, wajar bagi umat Islam untuk menjadikan pihak-pihak yang terkait dengan gerakan tersebut sebagai ancaman serius yang selalu harus diwaspadai.
Sebuah media menyebutkan ciri-ciri kelompok bawah tanah yang mengatasnamakan NII tersebut.
Berikut ini adalah sebagian ciri-cirinya:
1. Dalam mendakwahi calonnya, mata sang calon ditutup rapat, dan baru akan dibuka ketika mereka sampai ke tempat tujuan.
2. Para calon yang akan mereka dakwahi rata-rata memiliki ilmu keagamaan yang relatif rendah, bahkan dapat dibilang tidak memiliki ilmu agama. Sehingga, para calon dengan mudah dijejali omongan-omongan yang menurut mereka adalah omongan tentang Dinul Islam. Padahal, kebanyakan akal merekalah yang berbicara, dan bukan Dinul Islam yang mereka ungkapkan.
3. Calon utama mereka adalah orang-orang yang memiliki harta yang berlebihan, atau yang orang tuanya berharta lebih, anak-anak orang kaya yang jauh dari keagamaan, sehingga yang terjadi adalah penyedotan uang para calon dengan dalih demi dakwah Islam. Tetapi semua itu, hanya sebagai alat (sarana) untuk menyedot uang.
4. Pola dakwah yang relatif singkat, hanya kurang lebih tiga kali pertemuan, setelah itu, sang calon dimasukkan ke dalam keanggotaan mereka. Sehingga, yang terkesan adalah pemaksaan ideologi, bukan lagi keikhlasan. Dan, rata-rata, para calon memiliki kadar keagamaan yang sangat rendah. Selama hari terakhir pendakwahan, sang calon dipaksa dengan dijejali ayat-ayat yang mereka terjemahkan seenaknya, hingga sang calon mengatakan siap dibai’at.
5. Ketika sang calon akan dibai’at, dia harus menyerahkan uang yang mereka namakan dengan uang penyucian jiwa. Besar uang yang harus diberikan adalah Rp 250.000 ke atas. Jika sang calon tidak mampu saat itu, maka infaq itu menjadi hutang sang calon yang wajib dibayar.
6. Tidak mewajibkan menutup aurat bagi anggota wanitanya dengan alasan kahfi.
7. Tidak mewajibkan shalat lima waktu bagi para anggotanya dengan alasan belum futuh (masih fatrah Makkah). Padahal, mereka mengaku telah berada dalam Madinah. Seandainya mereka tahu bahwa selama di Madinah-lah justru Rasulullah benar-benar menerapkan syari’at Islam.
8. Sholat lima waktu mereka ibaratkan dengan doa dan dakwah. Sehingga, jika mereka sedang berdakwah, maka saat itulah mereka anggap sedang mendirikan shalat.
9. Shalat Jum’at diibaratkan dengan rapat/syuro. Sehingga, pada saat mereka rapat, maka saat itu pula mereka anggap sedang mendirikan shalat Jum’at.
10. Untuk pemula, mereka diperbolehkan shalat yang dilaksanakan dalam satu waktu untuk lima waktu shalat.
11. Infaq yang dipaksakan per periode (per-bulan), sehingga menjadi hutang yang wajib dibayar bagi yang tidak mampu berinfaq.
12. Adanya qiradh (uang yang dikeluarkan untuk dijadikan modal usaha) yang diwajibkan walaupun anggota tak memiliki uang, bila perlu berhutang kepada kelompoknya. Pembagian bagi hasil dari qiradh yang mereka janjikan tak kunjung datang. Jika diminta tentang pembagian hasil bagi itu, mereka menjawabnya dengan ayat Al Qur’an sedemikian rupa sehingga upaya meminta bagi hasil itu menjadi hilang.
13. Zakat yang tidak sesuai dengan syari’at Islam. Takaran yang terlalu melebihi dari yang semestinya. Mereka menyejajarkan sang calon dengan sahabat Abu Bakar dengan menafikan syari’at yang sesungguhnya.
14. Tidak adanya mustahik di kalangan mereka, sehingga bagi mereka yang tak mampu makan sekalipun, wajib membayar zakat/infaq yang besarnya sebanding dengan dana untuk makan sebulan. Bahkan, mereka masih saja memaksa pengikutnya untuk mengeluarkan ‘infaq’. Padahal, pengikutnya itu dalam keadaan kelaparan.
15. Belum berlakunya syari’at Islam di kalangan mereka, sehingga perbuatan apapun tidak mendapatkan hukuman.
16. Mengkafirkan orang yang berada di luar kelompoknya, bahkan menganggap halal berzina dengan orang di luar kelompoknya.
17. Manghalalkan mencuri/mengambil barang milik orang lain.
18. Menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, seperti menipu/berbohong, meskipun kepada orang tua sendiri.
Sebuah fenoma seperti puncak gunung es, yang sekarang ini terus berkembang di tengah-tengah masyarakat, dan mempunyai dampak luas dalam kehidupan umat Islam. Dengan stigma yang sangat menganggu, setiap peristiwa yang dikaitkan dengn NII akan selalu berdampak negatif.
Cobalah dipahami dan dipikirkan 18 ciri yang merupakan “methode” gerakan NII, yang akhir-akhir mendapatkan perhatian luas masyarakat. (mh)
Sumber: Eramuslim.com, Selasa, 26/04/2011 15:05 WIB
Cara NII mencari mangsa
Biasanya, calon korban yang diincar NII gadungan itu orang cerdas dan memiliki harta. Kalau NII sempalan hanya memburu korban yang diketahui banyak duit.
Selanjutnya, inilah pengakuan mantan pelakunya yang diberitakan detikbandung:
Ini Dia Ciri Pelaku Cuci Otak NII Sempalan dan Gadungan
Bandung – Mantan aktivis kelompok Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9), Adnan Fahrullah (40), mengatakan gerak-gerik dan ciri NII gadungan dan sempalan mudah dikenali. Pola kerja pelaku mengicar korban nyaris serupa.
“NII gadungan itu lebih mengutamakan pria yang bertugas pencuci otak. Sementara NII sempalan mengandalkan kaum wanita,” ujar Adnan saat ditemui di salah satu kawasan di Kota Bandung, Kamis (21/4/2011).
Pelaku cuci otak, kata Adnan, relatif berusia produktif. Bahkan, NII gadungan mempunyai pencuci otak yang masih remaja. “Baik NII gadungan dan sempalan, setiap mencari calon korban biasanya bergerak dua orang. Jarang yang melakukan sendirian,” ujar bekas pelaku pencuci otak yang merekrut ribuan orang hijrah ke NII KW 9 di Jawa Barat ini.
Lebih lanjut Adnan menambahkan, tidak ada style atau busana khusus yang diapakai oleh pelaku cuci otak. Pelaku mendekati calon korban serta meminta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Pelaku pun tidak pernah memberikan identitas lengkap dan jelas.
“Pencuci otak itu bertukar alamat dengan calon korban. Padahal alamat yang diberikan kepada korbannya itu fiktif. Selain itu, pelaku punya nama samaran dari satu tempat ke tempat lain,” ungkap Adnan yang bergabung kelompok NII KW 9 pimpinan Panji Gumilang pada 1989 hingga 2004.
NII gadungan dan sempalan secara bertahap merayu calon korbannya agar terhasut. Menurut Adnan, pelaku cuci terus berusahan ‘mengikat’ mangsanya bila sudah ada tanda-tanda terdoktrin.
“Pencuci otak itu punya target seminggu, paling cepat dua hari mereka dan korban rutin melakukan pertemuan dua hingga tiga kali dalam seminggu dengan membahas keislaman. NII gadungan langsung mengajak hijrah dan membaiat korban, setelah itu dibina. Kerjanya sistematis dan rapi. Kalau NII sempalan hanya membawa korban ke suatu tempat, setelah itu dikuras harta bendanya. Kalau ini hanya sesaat karena untuk memenuhi urusan perut,” paparnya.
Setiap sekali pertemuan, ujar dia, pelaku dan calon korban hanya berjumpa dua jam. Biasanya, calon korban yang diincar NII gadungan itu orang cerdas dan memiliki harta. Kalau NII sempalan hanya memburu korban yang diketahui banyak duit.
Ciri-ciri mudah seperti apa yang perlu diwaspadai terhadap gerakan mereka?
“Nah, ciri-cirinya, pencuci otak ini mengajak mempelajari Islam secara sembunyi-sembunyi. Lalu konten pembicaraannya mengkafirkan orang, memvonis bahwa pemerintah saat ini thogut (setan). Dan diarahkan untuk melakukan penggalangan dana,” tutur Adnan.
(bbn/ern)
Sumber: Baban Gandapurnama – detikBandung, Kamis, 21/04/2011 13:07 WIB
Dipublikasi ulang dari http://moslemsunnah.wordpress.com/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Hakikat Kehidupan (Bagus!)

.
0 komentar

” HAKIKAT KEHIDUPAN

undefined
oleh Ustadz Armen Halim Naro Lc, Rohimahullahi ta’ala
Dikutip dari Buku : Untukmu Yang Berjiwa Hanif
Cerita Kehidupan
Ketika seseorang sudah mulai beranjak dewasa, ketika akalnya mulai sempurna, mulailah ia berpikir tentang hakikat kehidupan, yaitu kehidupan yang sedang ia jalani sebagaimana yang dijalani juga oleh yang lainnya. Bumi ini telah penuh sesak dengan manusia, semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi, ada yang lahir dan ada yang mati.
Jika hari ini berkuasa seorang raja, besok akan berkuasa lagi raja lainnya. Sekiranya hari ini ada pengangkatan seorang menteri atau seorang jenderal, dahulunya kita juga mendengar bahwa di suatu negeri telah diangkat pula seorang menteri atau panglima. Yang tetap itu hanya peran manusia dalam kehidupan ini, sedangkan yang silih berganti adalah para pelaku dan yang memeraninya.
Peran kehidupan itu ada yang baik dan ada yang buruk, hanya saja manusia disuruh untuk memilih peran baik bukan peran buruk!
تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yangdiusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (QS: al-Ba qarah:141)
Pada masa Nabi Musa Alaihimussalam orang-orang disibukkan dengan kekuasaan Fir’aun, bahan cerita orang terfokus pada kekayaan Qarun dan decak kagum orang hanya pada arsitektur bangunan yang dirancang oleh Haman. Akan tetapi, mana cerita kehidupan itu sekarang ini?!
Semuanya sirna dan punah, yang kita temukan hanya cerita pada lembaran kitab-kitab suci. Dan apa yang tersisa dan sejarah kepongahan tersebut?! Yang tersisa hanya bekas-bekasnya saja.
Dan sepanjang penjalanan hidup manusia yang beragam ini, baik pada masa kekuasaan orang-orang yang shalih maupun dalam cengkraman orang-orang thalih, Allah tetap menjaga alam ini, memelihara bumi dan dunia sekitarya, dalam keseimbangan yang berkesinambungan, dalam keindahan yang menakjubkan dan ciptaan yang berjenis dan berpasang-pasangan. Adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, semuanya itu pertanda adanya pencipta.
Salah seorang Badui jahiliah berkata, “Lautan yang berombak dan langit yang berbintang serta bumi yang berlembah, bukankah semua itu menunjukkan adanya Sang Pencipta ?!“
Begitu besar penciptaan langit dan bumi beserta isinya, memberi pengertian kepada kita bahwa Allah menciptakannya bukan sekedar bermain-main. Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main- main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. al-Mukminun: 115)
أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” ( QS. al-Qiyamah: 36)
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. ( QS. al-Ankabut: 64)
Sekiranya kehidupan yang penuh keseimbangan ini tidak diciptakan untuk bersenda gurau, lalu untuk apa Allah ciptakan?! Apa tugas manusia ? Apakah mereka hanya sekedar makan, minum, menikah dan memiiki keluarga dan mempererat suku saja?! Atau Ia hidup dalam tidak bertujuan sebagaimana Ia mati tidak bertujuan?! tanah terakhir yang diletakkan oleh orang pada kuburannya, itu pula akhir dan cerita kehidupannya?!
Bagaimana yang kaya dengan kezhalimannya, bagaimana yang berkuasa dengan kediktatorannya?! Apakah mereka dibiarkan begitu saja?! Bagaimana pula si miskin dengan kefakirannya atau rakyat jelata dengan penderitaan mereka?! Kapan mereka dapat kebahagiaan pula?! Bagaimana pula dengan para nabi dan rasul, para ulama dan ahli ibadah yang terusir dan belum memperoleh kebahagiaan?!
Sekiranya dunia ini diciptakan dengan keadilan Sang Pencipta, tentu balasan baik atau buruk dengan keadilanNya juga?! Sekiranya dunia ini mampu Dia ciptakan dari asal yang tidak ada, berarti Dia pula mampu untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan.
Allah azza wa Jalla berfirman :
() وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ
وَآيَةٌ لَهُمُ الأرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ
() يَأْكُلُونَ
() وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ
( ) لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلا يَشْكُرُونَ
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
( ) وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ
( ) وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
( ) وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ ()
“Dan setiap mereka semuanya akan dikumpukan lagi kepada Kami. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pusangan- pusangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; kami tanggàlkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia seba gai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edamya”. (QS. Yasin:32- 40 )
Dan Allah berfirman,
أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى وَهُوَ الْخَلاقُ الْعَلِيمُ
Dan ía membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; Ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur Iuluh?”Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu Tuhan yang men jadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu”. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, Dia berkuasa. dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (QS. Yasin: 78-81)
Tujuan Hidup
Rasanya semua orang sepakat dengan tujuan hidup yaitu mencari dan menggapai kebahagiaan. Semua manusia ingin hidupnya bahagia, dan semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan itu perlu pengorbanan. Hanya saja, manusia banyak salah mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang Ia sangka di sana ada pantai kebahagiaan, padahal itu adalah jurang kebinasaan, itu hanya sebatas fatamorgana kebahagiaan, bukan kebahagiaan yang hakiki. Celakanya lagi, semakin dilalui jalan fatamorgana tersebut semakin jauh pula Ia dari jalan kebahagiaán hakiki, kecuali Ia surut kembali ke pangkal jalan.
Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta, karenanya ia berupaya mencari sumber sumbernya dengan berletih dan berpeluh. Setelah Ia peroleh harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan masih gelisah!! Ada saja yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang munculnya dari anak-anaknya, kadang-kadang dari istrinya atau tidak jarang juga datang dari usaha itu sendiri.
Banyak pula yang nenyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah kebahagiaan. Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan bertahta, secara lahir mereka begitu tampak bahagia hidupnya! Pergi dijemput pulang diantar, ketika ia berkehendak tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi!! Akan tetapi setelah diselidiki lebih mendalam, kita masuk menembus dinding istananya, akan terdengar keluh kesahnya, dalam harta yang banyak itu terdapat jiwa yang rapuh.
Jadi apa kebahagiaan yang sebenarnya ? Apa kebahagiaan sejati yang seharusnya dicari oleh manusia ? Siapa yang sebenarnya orang yang berbahagia ? Apa sarana untuk mencapainya?
Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla , bukan mereka yang menciptakan diri mereka, tentu yang paling tahu tentang seluk-beluk manusia termasuk tentang sebab bahagia atau sebab sengsara adalah Dia Allah subhanahu wa ta ‘ala bukan manusia. Sama halnya dengan sebuah produk, sekiranya hendak mengetahui hakikat produk tersebut tentu ditanyakan kepada pembuatnya, bukan kepada produk itu sendiri. Allah berfirman;
أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan)? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-Mulk:14 )
Ketika Al-Qur’an ditadabburi dan syariat Islam dikaji, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mengaplikasikan penghambaan diri kepada Allah Azza Wa Jalla . Orang yang bahagia adalah orang yang telah berhasil menjadi hamba Allah Azza Wa Jalla . .Sarana kebahagiaan adalah semua sarana yang telah disediakan olehNya dalam meniti jalan penghambaan diri kepada Allah .
Karena penghambaan diri inilah sebab diciptakannya manusia dan jin..karena ubudiah kepada Allah ditegakkannya langit dan dibentangkannya bumi… karena penghambaan inilah diturunkannya kitab dan diutusnya rasul…
Allah berfirman;
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu”. (QS.az-Zariat: 56)
Orang yang berpaling dari penghambaan diri ini dialah orang yang sengsara, Allah berfirman;
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha:124)
لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا
“Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dan barang-siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat”. (QS. al-Jin:17)
Allah Subhanahu wa ta’ala telah menentukan taqdir semua makhluk dan tidak ada yang dapat merubah taqdir selainNya. Allah Azza Wa Jalla tentukan kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesengsaraan, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan. Manusia tidak bisa melawannya, sekiranya Allah telah menentukan kemiskinan pada seseorang, maka tidak ada yang mengkayakannya, ketika Allah telah menentukan kepadanya kesengsaraan, maka tidak ada satupun yang dapat membahagiakannya.
Kalaulah begitu, kemana manusia hendak lari?! Kemana manusia hendak berteduh dan bernaung dari taqdir yang Ia tidak memiliki daya dan upaya untuk merubahnya kecuali atas izinNya?! Kemana manusia hendak bersandar dari sesuatu urusan yang tidak di tangannya?!
Manusia yang berakal tentu akan bernaung kepada Zat yang telah mentaqdirkan segala sesuatu, dalam naungan-Nya Ia akan merasakan ketenangan, dalam menyandarkan diri kepadaNya , akan ia peroleh kebahagiaan, dalam ke-pasrahan diri kepadaNya akan sirna segala kecemasan dan kesedihan.
Bagaimana ia tidak bahagia, bukankah Jejak jejak kasih sayang Allah begitu tampak dalam taqdir kehidupannya?! Bagaimana ía tidak tenang, bukankah semua taqdir yang ía suka atau yang ía benci, merupakan sarana untuk menggapai ridho dan cintaNya?
Dari mana kesedihan masuk ke dalam dirinya atau rasa takut menyelimutinya, karena sebelumnya ia telah diajarkan tentang cara menghadapinya, bersabar ketika sengsara dan beryukur ketika bahagia, sehingga sengsaranya tidak membawa kepada keputusasaan dan senangnya tidak membawanya kepada kesombongan dan kecongkakan.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiah rohimahullah ta’ ala menguñgkapkan hakikat tersebut yang berlaku pada dirinya, beliau berkata,
“Apa yang dapat dilakukan oleh musuh-musuhku ?! Surga ada di dadaku, kemanapun dan dimanapun aku, Ia tetap bersamaku!! Sekiranya mereka memenjarakanku, maka penjara bagiku adalah kholwat. Sekiranya mereka mengusirku, usiran itu bagiku menjadi tamasya. Sekiranya mereka membunuhku, terbunuhnya diriku adalah syahid di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala”.
Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai manusia yang paling sempurna ubudiahnya kepada Allah , ketika Allah telah mentaqdirkan sesuatu yang berat dalam dakwah beliau, yaitu dua orang yang selama ini sebagai pembela dan penopang dakwah beliau, Khadijah Radliallahu anha istri beliau dan Abu Thalib paman beliau, telah meninggal dunia. Membuat kaum Quraisy meningkatkan permusuhan mereka kepada beliau dan memberi ultimatum untuk menghentikan dakwah beliau, bahkan telah berani pula mengusir beliau dan Mekkah.
Berangkatlah beliau ke Thaif, berharap pembelaan dan bantuan. Kiranya bukan pembelaan yang beliau dapat dan bukan bantuan yang beliau peroleh, tapi malah cacian dan cemoohan, bahkan usiran oleh anak-anak dan wanita-wanita di sana, sedangkan beliau seorang utusan Allah Azza wa Jalla , Allah yang memiliki langit dan bumi.
Mereka telah melukai melempar beliau dengan batu hingga luka kaki beliau, sebagaimana sebelumnya mereka telah melukal hati dan perasaannya. Belum sampai di situ malaikat gunung Akhsyabain meminta izin kepadanya untuk menimpakan gunung tersebut kepada mereka, sebagai tanda bahwa beliau bukan sendirian.
Bertambah sedih beliau, karena yang beliau inginkan bukanlah balas dendam atau kepuasan diri, yang beliau inginkan hanya menampakkan bukti peng hambaan diri kepadaNya, hal itu nampak betul dari doa beliau panjatkan kepadaNya,
“Ya Allah Azza wa Jalla kepadaMulah daku keluhkan lemahnya kekuatanku, sedikitnya hilafku, hinanya diriku di mata manusia. Wahai Zat yang paling Pemurah ! Engkaulah Rabb orang-orang yang lemah, dan Engkaulah Rabbku! Kepada siapa Engkau hendak titipkan diriku?! Apakah kepada orang yang jauh yang tidak peduli dengan diriku atau engkau hendak serahkan perkara diriku kepada musuh?!
Meskipun begitu, selagi Engkau tidak murka kepadaku, aku tidakpeduli!! Akan tetapi pen gampunanMu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya wajahMu -yang telah menerangi semua kegelapan, dengannya berjalan perkara dunia dan akhirat- dan turunnya murkaMu kepadaku atau jatuh kepadaku kebencianMu, hanya kepadaMu pengaduanku sampai Engkau ridho, dan tidak ada daya dan upaya kecuali denganMu “.
Al-Quran menyebutkan bahwa orang berbahagia adalah orang yang menjalankan perintah Allah azza wa Jalla , Allah berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ
إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
“Se.sungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-o rang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) danjanjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya “. (QS. al-Mukminun:1 -9)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ,
الم
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Alif laam miin. Kitab (Al Quran) inii tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tercipta mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. aI-Baqarah:1 -5)
Sebaliknya Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa orang yang melanggar perintahNya atau merekalah orang yang merugi, Allah Azza wa Jalla berfirman, :
قُلْ كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi.Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi”. (QS. al-An kabut: 52)
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”. (QS. al-Baqarah :27)
Beban Amanah
Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia pada kehidupan dunia ini untuk sebuah tujuan yang sangat mulia. Dia tundukkan semua alam untuk mereka, darat dan lautan, bumi dan Langit, gunung dan lembah, binatang dan tumbuhan. Itu semua agar manusia siap untuk menunaikan tujuan tersebut. Kiranya tujuan sangat besar, tugas sangat sukar dan amanah yang akan dipikul sangat berat. Pantas saja, sebelumnya tidak ada yang mau memikul amanah tersebut dari langit yang tinggi, gunung yang menjulang atau bumi yang terbentang, semuanya menyampaikan keengganannya, kecuali hanya manusia, dan mereka itu bodoh dan zhalim. Allah menceritakan tentang perihal tersebut,
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
“Sesungguhnya Kami telah sampaikan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. [QS. al-A hzab: 72 )
Apa gerangan amanah yang telah diikrarkan itu? Mengapa manusia disifati dengan bodoh dan zhalim? Amanah itu adalah Islam dan peraturanNya, amanah itu adalah janji kepatuhan kepada Allah Azza wa Jalla .
Ibnu Katsir rohimahullah ta’ ala berkata : dalam merangkum perselisihan ulama dalam hal itu, “Semua pendapat (tentang makna amanah-pen) tidak menafikan yang lainnya, bahkan ia saling menguatkan dan semuanya mengacu kepada taklif (beban) dan patuh kepada perintah dan larangan dengan segala konsekuensinya, yaitu sekiranya ia tunaikan akan diberi pahala dan jika lalai ia dihukum. Lalu diterima oleh manusia dengan segala kelemahan, kebodohan dan kezhaliman kecuali yang diberi taufiq oleh Allah Azza wa Jalla . Kepada-Nyalah minta tolong” (Tafsir Ibnu katsir, 6/489 ) .
Muqatil bin Hayyan rohimahullah ta’ala , berkata: “Ketika Allah Azza wa Jalla menciptakan rnakhluk, Dia kumpulkan antara manusia dan jin, langit, bumi dan gunung. Lalu Dia mulai dengan langit, ditawarkan kepadanya amanah yaitu ketaatan,
Dia berkata, “Apakah kalian mau mengemban amanah, akan Kuberi kemuliaan, keutamaan dan surga ?“
Langit berkata, “Wahai Rabb, kami tidak mampu memikul perkara ini, kami tidak memiliki kekuatan, akan tetapi kami patuh kepadaMu”.
Lalu amanah tersebut ditawarkan kepada bumi, Dia berkata, “Apakah engkau akan men gemban amanah dan menerimanya dariKu, akan Aku anugerahkan keutamaan dan kemuliaan?”
Bumi berkata, “Kami tidak kuat dan kami tidak mampu, wahai Rabb! Akan tetapi, kami selalu mendengar dan mematuhiMu, kami tidak akan berlaku maksiat pada semua perintahMu”.
Lalu ditawarkan kepada Adam alaihissalam lalu Dia berkata, ‘Apakah engkau siap men gemban amanah dan mau menjaga dengan sebenarnya?”
Berkatalah Adam, “Apa ganjaranku di sisiMu?”
Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata, “WahaiAdam, sekiranya engkau berbuat baik, engkau patuh dan engkau jaga amanah itu, maka engkau akan memperoleh kemuliaan, keutamaan dan pahala yang baik di surga. Sebaliknya, sekiranya engkau berlaku maksiat dan tidak menjaganya dengan baik serta engkau berlaku buruk, maka Aku akan men yiksamu dan Aku masukkan ke dalam nerakaKu”.
Lalu Adam alaihissalam berkata, “Aku telah terima”, maka diembanlah amanat itu olehnya. Lalu Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman, ‘Aku telah embankan amanah itu kepadamu”.( Tafsir ibnu katsir, 6/489- 490 )
Itulah perjanjian yang Allah Azza wa Jalla ambil kepada manusia, tatkala mereka masih di dalam sulbi Adam alaihissalam, yaitu pengakuan hamba bahwa ia telah berilahkan Allah Azza wa Jalla Yang Esa dan tidak berbuat syirik.
Allah berfirman,”
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Rabbmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak men gatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”. (QS. al-A ‘raf:1 72)
Ahsanu Amalan
Al-Quran menyebutkan bahwa penciptaan alam, hidup dan mati untuk menguji manusia mana yang lebib baik amalnya. Itulah yang disebut dengan “ahsanu ‘amala”. Allah Azza wa Jalla berfirman;
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih balk amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pen gampun”. (QS. al-Mulk:2 )
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الأرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. (QS.al-Kahfi:7)
لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka, dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas”. [QS.an-Nur: 38]
Fudhail bin ‘Iyadh rodhiallahu anhu , berkata: “Ahsanu amala, adalah amalan yang paling ikhlas dan yang paling benar”.
Jadi, dan semua bentuk penghambaan diri yang paling sempurna adalah penghambaan diri yang berdasarkan ahsanu amala. Ia berdiri dengan 2 syarat, yaitu:
1. Hendaklah ‘ubudiah kepada Allah * disertakan keikhlasan kepadaNya.
2. Hendaklah ‘ubudiah tersebut sesuai dengan syariat.
Sekiranya salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka penghambaan diri hanya akuan saja, ikhlas saja kepadaNya tanpa mengikuti syariat, Ia tertolak. Sebagaimana sesuai saja tanpa ikhlas, ia juga tertolak. Jadi, ikhlas dan mengikuti syariat adalah dua sayap ibadah. Tidak akan bisa terbang seseorang dalam penghambaan dirinya kecuali dengan keduanya sekaligus.
Kesimpulan
Bahwa tujuan hidup adalah mencarii kebahagiaan dan jalan kebahagiaan adalah dengan menghambakan diri kepada Allah azza wa Jalla .. Penghambaan diri itulah Tauhid
dan Islam, itulah amanah yang harus dipikul oleh manusia dan itulah perjanjian yang telah disepakati.
Tauhid dan Islam tidak akan membuahkan amal shalih kecuali dengan ahsanu ‘amala yaitu ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan syariat).
Allahu ta’ala a’lam bish showab.
Sumber : Dikutip dari Buku “ Untukmu yang berjiwa Hanif “ oleh Ustadz Armen Halim Naro Lc, “ Penerbit : Darul Ilmi Cetakan pertama Zul Qa’dah 1427H , Februari 2007 )

http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2010/07/03/hakekat-kehidupan/

Klik disini untuk melanjutkan »»

Taubatnya Malik Bin Dinar Rohimahullah Ta’Ala3

.
0 komentar

Taubatnya Malik Bin Dinar Rohimahullah Ta’Ala

Taubatnya Malik Bin Dinar Rohimahullah Ta’Ala.
undefined
Oleh : Musthafa Shadiq ar-Rafi’I ( Dari Silsilah Hikayat Hawa )
Kehidupanku dimulai dengan kesia-siaan, mabuk-mabukan,maksiat , berbuat dzalim kepada manusia, memakan hak manusia, memakan riba, dan memukuli manusia. Kulakukan segala kedzaliman, tidak ada satu maksiat melainkan aku telah melakukannya. Sungguh sangat jahat, sehingga manusia tidak menghargaiku karena kebejatanku.
Malik Ibnu dinar Rohimahullah menuturkan :
” Pada suatu hari aku merindukan Pernikahan dan Memiliki anak dari Pernikahan tersebut. Maka kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang putri yang kuberi nama Fathimah. Aku sangat mencintainya. Setiap kali dia bertambah besar, bertambah pula keimanan didalam hatiku dan semakin sedikit maksiat didalam hatiku. Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang segelas khamr, maka diapun mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut hingga tumpah mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap dua tahun.
Seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang membuatnya melakukan hal tersebut.
Setiap kali dia bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan didalam hatiku. Setiap kali aku mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla selangkah, maka setiap kali itu pula aku akan menjauhi maksiat sedikit demi sedikit. Hingga usia Fathimah genap tiga tahun. Saat usianya genap tiga tahun itulah Fathimah Meninggal Dunia.
Maka akupun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya. Aku belum Memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang mukmin yang menguatkanku diatas cobaan musibah . Kembalilah aku menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Setanpun mempermainkanku, hingga datang suatu hari, setanku berkata :kepadaku : “Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.” Maka aku bertekad untuk mabuk dan meminum khamr sepanjang malam.
Aku minum,minum dan minum. Maka aku lihat diriku telah terlempar di alam mimpi.
Hingga kemudian aku melihat sebuah mimpi. Aku melihat hari kiamat . Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api dan bumipun telah bergoncang. Manusia berkumpul pada hari kiamat. Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara aku berada diantara manusia, mendengar seorang penyeru memanggil : Fulan ibn fulan, kemari! Mari menghadap al Jabbar. Aku melihat siFulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena sangat ketakutan. Hingga aku mendengar seorang penyeru menyeru namaku : “ Mari menghadap Al Jabbar!”
Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitarku seakan-akan tidak ada seorangpun di Padang Mahsyar. Kemudian aku melihat seekor ular besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan membuka mulutnya. Akupun lari karena sangat ketakutan . Lalu aku mendapati seorang laki-laki tua yang lemah, akupun berkata “ Hai selamatkanlah aku dari ular ini” , Dia menjawab “ Wahai anakku aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah kearah ini mudah-mudahan engkau selamat!”
Akupun berlari kearah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada dibelakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada dihadapanku. Akupun berkata : “Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk menjatuhkan diri kedalam api?.”
Akupun kembali berlari dengan cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada Lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata : “Demi Allah, wajib atasmu menolong dan menyelamatkanku . “ Maka dia menangis karena iba dengan keadaanku seraya berkata :” Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatupun, akan tetapi larilah kearah gunung tersebut, mudah-mudahan engkau selamat!”.
Akupun berlari menuju gunung tersebut, sementara ular akan mematukku . Kemudian aku melihat diatas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil, dan aku mendengar semua anak tersebut berteriak : “ Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu! “
Dia Rohimahullah berkata : Kemudian aku mengetahui bahwa dia adalah putriku. Akupun berbahagia bahwa aku mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia tiga tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi tersebut.
Maka diapun memegangku dengan tangan kanannya dan mengusir ular itu dengan tangan kiranya, sementara aku seperti mayit yang sangat ketakutan. Lalu dia duduk didepan pangkuanku sebagaimana dia dulu didunia. Dia berkata kepadaku : “ Wahai ayah “ Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah ( QS. Al-Hadid:16)
Maka kukatakan : “ Wahai putriku beritahukanlah kepadaku tentang ular ini . “ Dia berkata : Ini adalah amal keburukanmu, engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir memakanmu. Tidakkah engkau tahu Wahai Ayah, bahwa amal-amal didunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari Kiamat ? Dan Lelaki yang lemah tersebut adalah amal shalihmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis karena kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu.
Seandainya saja engaku tidak melahirkanku, dan seandainya saja tidak mati saat kecil, tidak akan ada yang memberi manfa’at kepadamu”.
Dia Rohimahullah berkata : Akupun terbangun dari tidurku dan berteriak “ Wahai Rabbku, sudah saatnya Wahai Rabbku, ya Belumkah datang waktunya bagi orang-orang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” Lantas aku Mandi dan keluar untuk sholat shubuh dan ingin segera bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dia rohimahullah berkata : “ Akupun masuk kedalam Masjid dan Ternyata Imampun membaca ayat yang sama : “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah ( QS. Al Hadid:16 )
Itulah dia, Malik bin Dinar rohimahullah, salah seorang Imam generasi Tabi’in, dan termasuk ulama Basrah. Dia dikenal selalu menangis sepanjang malam dan berkata : “ Ya Ilahi, hanya Engkaulah satu-satunya Dzat yang mengetahui penghuni sorga dan penghuni Neraka, maka manakah aku diantara keduanya ? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk penghuni Sorga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni Neraka .
Malik bin Dinar Rohimahullah bertaubat dan beliau dikenal bahwa pada setiap harinya selalu berdiri dipintu Masjid menyeru dan berkata : “ Wahai para hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolongmu ! Wahai orang-orang yang lalai, kembalilah kepada Penolongmu! , Wahai orang-orang yang melarikan diri ( Dari ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla ) kembalilah kepada Penolongmu! yang senantiasa menyeru memanggilmu dimalam hari dan Sianag hari . Dia berfirman “ Barang Siapa mendekatkan dirinya kepadaKu satu jengkal, maka akupun mendekatkan diriKu kepadanya satu Hasta.Jika dia mendekatkan dirinya kepadaKu satu Hasta, maka Aku mendekatkan diri-Ku satu depa. Siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berjalan kecil.”
Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan Rizki Taubat kepada kita . Tidak ada sesembahan yang Haq selain Engkau Ya Rabb, Maha Suci Engkau ,Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim.
Malik bin Dinar Rohimahullah wafat pada tahun 130 H. Semoga Allah Azza wa Jalla merahmatinya dengan rahmat-Nya yang luas ( Diambil dari Mizanul I’tidal, III/426 )*
Sumber : Majalah Islam Qiblati Edisi 06 Tahun II- Maret 2007M /Shafar 1428H.

http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2010/10/23/taubatnya-malik-bin-dinar-rohimahullah-ta%E2%80%99ala/

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | The Blog Full of Games